"Aaaakh sakit paah"
"Tenang ya mah, tenang"
"Tenang tenang apanya yang bisa tenang! Sakit ini aaaakh"
"Iya mah iya papah tahu tahan yah"
"Tahu apanya! Memang papah tahu yang mamah rasakan?! Aduuuh sakiit"
Kreeek
Suara pintu itu mengalihkan pandangan kedua insan manusia yang diselimuti akan rasa risau dan gelisah yang belum berkesudahan.
"Dokter tolong istri saya dok" ucap pria yang masih kalang kabut saat aku baru saja masuk ke dalam ruang persalinan.
"Suster!" instruksiku pada seorang suster.
"Pak mohon bapak tunggu di luar" kata suster yang baru saja ikut masuk bersamaku.
"Baik suster, tapi tolong istri saya dia sangat kesakitan" sahut pria yang juga ikut terbawa suasana.
"Bapak tenanglah bantu persalinan ini dengan semua doa terbaik bapak" sahut suster di sebelahku lagi.
"Peralatannya sudah disiapkan?" tanyaku pada suster lain yang ikut membantu.
"Sudah dok, pasien sudah pembukaan ke sembilan dan ketubannya juga sudah pecah" jawab suster dengan penjelasannya
"Baiklah kita lakukan sekarang" jawabku yang telah memasang sarung tangan siap melakukan tindakan pertamaku.
Aku mulai memposisikan diri, berusaha memahami meski sebenarnya aku belum tahu akan apa yang wanita itu rasakan karna aku masih terbalut akan kata perawan seutuhnya tanpa goresan.
"Hallo nyonya Sinta, mohon nyonya mendengarkan aba aba dari saya ya" sapaku pada seorang wanita yang terbaring di atas brankar.
"Aduuuh dokter ini itu sudah sakit sekali dok" keluhnya.
"Iya ibu.. tolong ibu atur nafas ibu" ucapku tetap mencoba agar wanita itu tetap dalam situasi yang aku harapkan.
"Ibu jangan panik, tarik nafas dalam dalam... buang perlahan.. tarik nafas dalam dalam.. buang perlahan dan dorong!" instruksiku mulai memberi arahan.
"Aaaakh" teriakannya melengking.
"Ok.. iya.. terus ibu terus" aba abaku.
"Aaakh.. saya tidak kuat dok"
"Ok ibu atur nafas ibu kembali, tarik nafas hembuskan.. tarik nafas lagi hembuskan lalu dorong ibu!" kataku memberi instruksi untuk kesekian kalinya.
"Aaaaaaaakh"
"Ayo ibu bisa! Sedikit lagi.. Ya! Bayinya sudah kelihatan ibu.. dorong lagi ibu.. dorong!" perintahku.
Suara tangisan bayi yang baru saja hadir di dunia yang sama sepertiku menangis dengan cukup kencangnya.
Seperti berusaha memanggil orang dan mengharapkan orang lain tahu akan kehadirannya."Syukurlah" ucap syukurku pada Tuhan yang telah membantu.
"Suster tolong bereskan ini, saya akan membersihkan sekaligus menimbang dan mengukur bayinya terlebih dulu"
"Baik dok"
Dr. Melliza Clara Utomo Sp.OG, usia dua puluh tujuh tahun, putri bungsu dari pemilik Surya Utomo Hospital. Menjadi dokter magang di rumah sakit swasta terbesar di Jakarta.
🍂🍂🍂
Perkenalkan namaku Melliza Clara lebih sering dipanggil dokter cantik dan sebagian pria menyebutku dokter seksi. Karna penampilanku yang tidak terlihat seperti dokter pada umumnya.
Aku selalu menggunakan mini dress di atas lutut atau terkadang menggunakan celana jeans pendek sebatas paha yang mempertunjukan kaki putih mulus yang jenjang karna tinggi badanku seratus enam puluh tiga dengan berat badan empat puluh delapan kilogram.
Bagi mereka aku itu kurus, tapi menurutku ini ideal karna tak pernah ku izinkan berat badan ku melebihi angka empat puluh delapan. Jika itu terjadi maka diet ekstralah solusinya.Setelah selesai dengan praktek aku berjalan sendirian di lorong rumah sakit tempat ku bekerja sebagai dokter magang.
Apa kalian mulai bertanya kenapa aku malah menjadi dokter magang di rumah sakit lain padahal ayahku sendiri pemilik salah satu rumah sakit terbesar bahkan terakreditasi A di kota Malang?
Karna kedua kakak ku yang memiliki sifat iri itu selalu merendahkanku, mereka selalu mengatakan bahwa aku tidak akan bisa berdiri sendiri.
Aku hanya akan terus bergantung pada ayah terutama kakekku. Aku adalah cucu kesayangan kakekku, bahkan sebelum Surya Utomo Hospital diwariskan pada ayahku ia berencana akan mewariskannya kepadaku secara langsung.Sungguh itu membuat kedua kakak perempuanku semakin panas tentunya. Akhirnya ku putuskan untuk mencari pengalaman di luar dan akan kembali jika sudah membawa bukti bahwa aku mampu tanpa membawa embel embel keluarga Utomo.
Aku terus berjalan hingga aku sampai pada sebuah pintu yang terdapat tulisan dr. Melliza Clara Sp.OG.
Aku sengaja tidak membawa nama Utomo di Jakarta, ya walaupun fasilitas ku tidak seperti dokter magang.
Aku yang tinggal disebuah apartemen tidak besar hanya ada ruang tv yang menjadi satu dengan dapur, meja makan kecil, kulkas tidak terlalu besar dan ada sebuah sofa berukuran sedang melengkapinya.
Dan ada satu kamar yang hanya berisi tv, kasur serta dilengkapi kamar mandi yang ukurannya cukup besar untuk diriku seorang.Meskipun tidak besar tapi ini adalah salah satu kamar elite yang ada di gedung apartemen ini.
Gajiku sebagai dokter magang mana cukup untuk membayar sewanya. Ya hanya kakekku lah yang berdiri dibalik kenyamanan ini, belum lagi sebuah mobil mini cooper yang selalu mengantarkanku dengan setianya.Kata beliau..
Jangan harap kamu bisa pergi jika tidak menerima semua yang sudah kakek siapkan.
Niatan awalku untuk mandiri dihalangi oleh kakek tersayangku. Tapi ya sudahlah memang nasib menjadi kesayangan semua orang itu begini.
Cantik, bertubuh ideal, berpendidikan dan pintar lebih lebih terlahir dari keluarga yang memiliki nama besar dalam bidang kesehatan.
Bagi wanita lain hidupku sangatlah sempurna, namun nyatanya tidak sama sekali.Ayahku tidak sebaik ayah pada umumnya. Cinta kasih keluarga yang orang luar lihat hanya sebatas image untuk menutupi segala kemungkinan buruk yang pernah terjadi.
Dan aku, meski aku nampak sempurna dengan hidupku. Meski aku nampak beruntung memiliki nasib yang serba ada dan kecantikan yang melekat kuat tanpa kekurang. Tapi hakekatnya aku memiliki rasa sepi sendiri.
Aku merasa kesepian disetiap waktu meski terdapat orang lain di sekitarku.
Aku merasa seperti hidup sendiri, terlebih lagi tidak ada orang lain yang dapat mengerti perasaanku selain kakekku.Dan kini aku sangat ingin memiliki seseorang yang bisa lebih mengerti diriku selain kakekku.
Seseorang yang lebih dekat denganku dan mengerti segala apa mau ku.
Seseorang yang mau dengan ikhlasnya memberi perhatiannya padaku secara gratis tanpa embel embel latar belakang keluargaku atau karna tubuh molekku.
Seseorang yang mau berkorban banyak hanya demi diriku. Demi satu rasa yang tidak terbatas dan terbalut akan manisnya suatu hubungan.Cinta.
Aku ingin mendapatkannya, aku menginginkannya tanpa suatu alasan lain. Benar benar tanpa alasan lain selain satu rasa yang akan membuat orang merasa bahagia.Aku ingin bahagia.
Aku ingin bahagia hingga aku tenggelam di dalamnya. Lupa akan segala urusan dunia yang terlalu pahit yang telah selama ini aku rasakan.Bila saja aku telah menemukannya, mungkin aku tidak akan pernah melepaskannya.
Aku tidak akan membuatnya pergi. Pergi kemana pun itu aku tidak akan membiarkannya, meski hanya sesaat jangan harap aku akan melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Clara
Romance• 21+++ • Adult • Mature Content Seorang dokter muda berparas cantik, memiliki bentuk tubuh yang sempurna dan menjadi pujaan bagi kaum para pria tidak disangka telah menaruh hati pada seorang pria yang telah beristri dengan usia yang terlampau cuku...