Mencari Kesempatan

19.3K 317 3
                                    

"Berikan bibirku ciuman yang mesra"

Aku terkejut mendengar perkataannya, hukuman macam apa ini.
Apa dia sedang bermain main denganku?
Atau tengah mempermainkanku karna aku harus tunduk padanya karna kuasanya yang menjadi dokter pembimbingku?

Melliza: "Hukuman macam apa ini pak David?"

Melliza: "Apa dihukuman ketiga anda berniat memberikanku hukuman untuk melepas semua bajuku?" sarkasku menatap matanya.

David: "Kamu berfikir terlalu jauh Clara, tapi jika kamu bersedia aku tidak akan melarangnya" sahutnya yang disertai dengan senyum semlirik.

Mendengar perkataannya membuat aku malu sendiri, ternyata otak aku ini terlalu berfikir jauh tentangnya.

David: "Bagaimana Clara, kamu mau melakukannya tidak?"

David: "Nanti keburu dr. Marsya datang dan melihatmu di pangkuanku seperti ini menurutmu apa yang akan dia pikirkan tentang kita?"

Benar juga jika Marsya sampai melihat ini pasti dia akan menggantungku atau mungkin menguburku hidup hidup karna dikira menjadi pelakor.

Aku telan salivaku, dan ku lihat bibirnya yang lebih tebal dari milikku.
Bibir yang telah mencuri ciuman pertamaku kala itu.

David: "Lakukanlah Clara jangan hanya melihatnya, bukankah kau sudah pernah mencoba rasanya?"

CUP

Ku kecup bibirnya sekilas, namun saat bibirku hendak melarikan diri tengkukku ditahan olehnya.

Dia kembali menciumku dengan panas, tangannya terus mengelus punggungku yang tertutup oleh baju.
Sedangkan tangannya yang satu mendorong pinggangku agar lebih dekat dengannya hingga tubuh kami saling menghimpit satu sama lain.
Dan entah mengapa lama kelamaan aku duduk di pangkuannya, aku merasa ada sesuatu di bawah sana yang keras berusaha untuk keluar.

Saat ini aku sangat menikmatinya.
Ku tutup mataku kemudian tanganku perlahan mengelus lehernya menekan lebih tengkuknya.
Hingga akhirnya aku mulai sadar kembali dan mendorong bahunya berusaha melepaskan ciuman panas kita berdua.

David: "Aku mencintaimu Clara" bisikan di telinga kiriku.

Melliza: "Dan apa hukuman yang terakhir" tanyaku berharap semua ini akan berakhir dalam waktu sehari.

David: "Hukuman yang ketiga... jadilah kekasih ku Clara"

Melliza: "Tidak!" jawabku sangat jelas di depan wajahnya.

David: "Kalau begitu kamu masih berhutang satu hukuman padaku"

Melliza: "Apa tidak bisa diganti pak?"

Melliza: "Saya sudah melakukan dua hukuman yang pak David sebutkan tadi" aku terus berusaha mendapatkan toleransi darinya.

David: "Sudah aku katakan tidak Clara" katanya terus terusan kekeh pada keputusannya.

Aku terus berfikir.
Apa mungkin aku iya kan saja?
Bukankah ini yang aku inginkan?
Cintaku tidak bertepuk sebelah tangan?

Tapi bagaimana dengan istrinya?
Bagaimana jika Marsya tahu?
Apa aku benar benar akan menjadi orang ketiga?
Benarkah?
Menjadi seorang pelakor?

David: "Jangan terlalu lama berfikir Clara, waktu terus berjalan dan aku masih ada urusan lain"

David: "Jika sangat sulit bagi mulutmu untuk mengatakan iya, maka berikan aku jawaban dari ciumanmu"

David: "Ciuman yang lebih tulus dari yang tadi dan penuh dengan kelembutan"

David: "Ciuman yang lebih tulus dari yang tadi dan penuh dengan kelembutan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂🍂🍂

"Maaf pak David, saya benar benar tidak bisa"

Itulah kalimat terakhir yang menjadi penutup adegan pangku di pangku.

Sekeluarnya dari ruangan pak David pun aku langsung diinterogasi seperti penjahat oleh Marsya.

Hukuman apa yang diberikan oleh pak David?

Kamu bisa melaksanakannya atau tidak?

Hukumannya sulit atau tidak?

Pak David kelihatannya memaafkanmu atau tidak?

Apa kamu butuh bantuanku untuk membujuknya?

Dan masih banyak lagi sampai gendang telingaku hampir pecah karna ocehannya disetiap langkah kami menuju ruangan masing masing.

Kini aku tengah duduk sendiri di ruanganku.
Ku sentuh bibirku dan ku pejamkan kedua mataku. Tanpa sadar garis bibirku terangkat ke atas, aku tersenyum dengan membayangkan kejadian tadi di ruangan pak David tentang betapa hangatnya bibir miliknya.
Aku merasa terbuai olehnya, perlakuannya yang lembut meski memelukku dengan erat tapi pak David tidak membuatku sesak nafas.

"Andai pak David, andai saja anda belum beristri jangankan untuk menjadi kekasih anda menjadi istri anda pun saya siap" kataku lirih.

"Andai pak David, andai saja anda belum beristri jangankan untuk menjadi kekasih anda menjadi istri anda pun saya siap" kataku lirih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah kejadian di hari itu, aku benar benar menjauh bahkan menghindar dari pak David. Ibarat di ilmu kedokteran pak David adalah virus yang belum ditemukan obatnya. Jadi aku
pun harus menjaga jarak agar tidak terjangkit olehnya.

Berpuluh puluh pesan dan panggilan yang masuk ke ponselku dari nomor yang sama yaitu pak David mulai menggangu hidupku yang awalnya tenang.
Aku hanya membiarkannya saja tidak meresponnya sedikit pun.
Hingga pada akhirnya aku dipanggil lagi oleh pak Budiman untuk datang ke ruangannya karena laporan dari pak David setelah satu minggu rapat tempo lalu.

Budiman: "dr. Melliza sebenarnya mau anda itu apa?" tanya pak Budiman padaku langsung tanpa basa basi.

Melliza: "Mau saya?"

Melliza: "Maksud perkataan pak Budiman itu apa yah?" tanyaku balik karna merasa bingung.

Budiman: "dr. David melapor pada saya bahwa katanya anda tidak mau melaksanakan hukuman yang dr. David berikan, apa betul dr. Melliza?"

Melliza: "Iya pak, karna bagi saya itu tidak wajar disebut sebagai hukuman" kataku berusaha membela diri.

Budiman: "Tidak wajar apanya?"

Ya jelas tidak wajar lah, masa iya aku disuruh menjadi kekasihnya ya walaupun aku sebenarnya menginginkannya batinku.

Budiman: "Anda hanya dihukum untuk mencopy kembali peraturan rumah sakit ini sebanyak tiga kali"

Budiman: "Bagi saya itu wajar disebut hukuman. Ya meskipun rumah sakit ini memiliki peraturan yang lumayan banyak tapi menurut saya itu akan membantu dr. Melliza dengan mudah agar dapat mengingat semua peraturan yang ada dan tidak mengulangi kesalahan anda dr. Melliza" terangnya.

Apa?

Pak David mengganti hukumannya?

Aku tidak salah dengar kan?

Mencopy peraturan rumah sakit?

Tiga?

Oh astaga peraturan rumah sakit ini kan banyaknya minta ampun, jika dicopy pun pasti akan membentuk sebuah kamus bahasa Indonesia.

Dr. ClaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang