Tanda Tanya

14K 295 3
                                    

Hawa disekitar rumah pak David lumayan dingin, terlebih lagi aku sekarang hanya menggunakan rok levis pensil sebatas paha dengan belahan di samping paha kananku berwarna biru dipadukan dengan t-shirt tipis bersablon suatu kata berlengan pendek ber...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hawa disekitar rumah pak David lumayan dingin, terlebih lagi aku sekarang hanya menggunakan rok levis pensil sebatas paha dengan belahan di samping paha kananku berwarna biru dipadukan dengan t-shirt tipis bersablon suatu kata berlengan pendek berwarna putih yang dengan sempurnanya memampangkan setiap lekuk tubuhku.

Bila aku mengetuk pintunya, takut menganggu ketentraman tetangga yang lain.
Mungkin lebih baik aku memberi tahukan kedatanganku dengan mengirim pesan pada pak David saja, batinku dan berusaha mengeluarkan ponselku dalam tas.

Akan tetapi, saat aku sedang berusaha mengetikan pesan untuk pak David bahwa sekarang aku sedang berada di depan rumahnya, tapi niatanku terurungkan karna tiba tiba saja pintu di depanku terbuka dan menampakkan seorang wanita dewasa yang cantik dengan penampilan yang begitu sangat fulgar.

"Oh astaga. Kau mengejutkanku" katanya dengan mengelus elus dadanya karna terkejut dengan keberadaanku.

Melliza: "Maaf bila aku mengejutkanmu" ucapku sedikit tidak enak hati karna telah membuatnya terkejut.

"Cari siapa yah malam malam begini?" tanyanya.

Baru saja aku akan menjawab, namun dia sudah angkat bicara lagi.

"Ooh cari pak David yah?" katanya dengan tebakannya yang sangat benar.

Melliza: "Iya" kataku dengan menganggukan kepala.

Pak David?
Kenapa istrinya sendiri memanggil pak David dengan sebutan pak juga?

"Mari masuk"

"Silahkan duduk dulu" katanya mempersilahkan aku duduk disalah satu sofa diruangan itu.

Melliza: "Iya terima kasih mbak...

"Vanessha, nama gue Vanessha" katanya memperkenalkan dirinya.

Melliza: "Oh iya namaku Melliza mbak Vanessha" kataku mengulurkan tangan dan disambut hangat olehnya.

Vanessha: "Tunggu sebentar ya biar aku panggil pak David dulu, siapa tahu dia belum tidur" katanya dan beranjak pergi ke dalam.

Loh kok siapa tahu?
Dia istrinya kan?

Saat rasa penasaran itu mulai timbul, aku lebih dikejutkan lagi oleh sepasang suami istri yang rumahnya kini aku singgahi.
Aku semakin terkejut saat melihat mbak Vanessha mengetuk pintu yang aku masih yakini itu adalah kamar pak David.

Setelah memberi tahu kedatanganku pada pak David, mbak Vanessha kemudian bersiap siap seperti akan pergi.

Melliza: "Loh mbak Vanessha mau kemana malam malam begini?" tanyaku karan merasa heran.

Vanessha: "Mau ketemu pacar" dia mengedipkan matanya sebelah mencoba menggodaku.

Pacar?
Lah pak David bukannya suaminya?

Vanessha: "Mau ikut. Disana banyak cogan loooh pasti mereka suka kalau lo ikut gabung apalagi lo cewenya modis banget"

Melliza: "Ah tidak terima kasih" tolakku dan mbak Vanessha pun berlalu pergi keluar.

Ketemuan sama pacar?
Lah memangnya pak David tidak tahu?

Pertanyaan itu selalu berputar putar di kepalaku membuat aku menjadi semakin pusing.
Aku memijit mijit kepalaku yang terasa pening karnanya terlebih karna akhir akhir ini aku kurang nyenyak beristirahat perihal hukuman dari sang dokter pembimbingku yang sangat baik hati.

Saat rasa lelahku berusaha aku keluarkan, aku mulai terjaga lagi akan ucapan seseorang yang sedari tadi telah aku tunggu cukup lama.

"Apa kamu sebegitunya tidak ingin menjadi kekasih ku Clara, sampai melakukan semua ini?" ucapnya tiba tiba saat sudah duduk di kursi lain yang ada dengan memandangi tiga buku tebal besar yang biasa digunakan anak akuntan untuk menulis dokumen keuangan.

Melliza: "Saya hanya berusaha melaksanakan hukuman yang anda berikan pak David"

David: "Jika hanya untuk melaksanakan hukuman, kenapa tidak memilih menjadi kekasih ku saja Clara?"

David: "Kenapa kamu harus repot repot mencopy ulang semua ini?" ucapnya menunjuk buku yang berada di atas meja.

David: "Kenapa kau begitu keras kepala Clara?" aku hanya diam dan mendengarkan semua perkataannya, karna bila aku pun menjawab itu tidak ada gunanya.

David: "Kamu bahkan selalu melewatkan makan siangmu dan istirahatmu hanya untuk menyelesaikan hukuman yang bahkan menyiksamu"

Ternyata dia selalu mengawasiku tanpa sepengetahuanku, batinku melihat ke arahnya.

David: "Apa menjadi kekasih ku adalah hal yang buruk Clara?!" pak David mulai membentakku, tapi aku tetap diam tidak menjawab.

David: "FINE!!!"

David: "Jika itu mau mu, kamu menang dr. Melliza"

David: "Anda boleh keluar sekarang juga dari rumah saya dan pergi yang jauh dari hidup saya. Hukuman ini sudah selesai, selanjutnya teruslah berusaha untuk menjauhi saya, usahakan agar anda tidak menampakkan diri lagi di hadapan saya"

Mendengar perkataannya membuat dadaku entah mengapa terasa sesak sekali.
Begitu menyakitkan dan seakan tidak terima dengan apa yang baru saja pak David katakan.
Namun apa daya, bukankah ini yang kamu inginkan Melliza?
Pergi menjauh dari kehidupannya dan tidak menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya.

Aku pun akhirnya memutuskan untuk berdiri dan berjalan keluar ke arah pintu hendak memasuki mobilku.
Meninggalkan dirinya sendiri yang masih dengan setianya duduk di tempat yang sama.

.
.
.

"Bangun sayang ini sudah pagi"

Ku buka perlahan kedua mataku yang terasa berat.
Ku lihat sebuah senyuman manis yang menyapa diriku saat pertama kali membuka mata.

"Good morning dear, let's wake up" katanya mengelus pipiku lembut dan mengecup keningku dengan penuh kehangatan.

Aku tersenyum padanya lalu mengecup bibirnya sekilas dan lebih mengeratkan pelukanku padanya.

Melliza: "Sebentar lagi yah, aku masih mengantuk pak David"

Dr. ClaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang