Kini aku tengah duduk di kursi pada sebuah ruang tamu yang tidak cukup besar dengan nuansa klasik yang menghiasi ruangan itu. Ku amati sekilas ruangan itu, tidak ada satu pun foto pak David atau sang istri yang ikut menghiasi selain beberapa lukisan yang terpampang indah pada tempatnya.
David: "Ayo katanya mau makan" ajaknya yang telah mengganti pakaiannya.
Baru saja aku hendak berdiri dari dudukku, ku lihat sesosok perempuan yang lebih sexy dariku melintas di depan kami menuju arah keluar pintu dengan terburu buru.
Siapa dia?
Apa wanita itu istrinya?
Pantaslah pak David tidak tertarik padaku, dia saja setiap harinya disanding dengan wanita yang bahkan lebih sexy dariku. Apalagi dengan dadanya yang menonjol, bila dibandingkan dengan milikku jelas aku kalah jauh darinya batinku dengan pandangan yang menyedihkan terarah pada dua bukit kembar yang bertengger indah di dadaku.
Aku pun melihat pak David yang nampaknya biasa biasa saja saat melihat wanita itu pergi berlalu. Pak David pun tetap melangkahkan kakinya menuju ruang tengah dan tidak memperdulikan kepergian wanita cantik dan super sexy yang baru melewati kami berdua.
Aku ikuti langkah kakinya yang masuk ke dalam ruang tengah, kemudian aku bisa melihat terdapat sebuah meja makan yang tidak terlalu besar karna hanya ada empat kursi duduk yang melengkapinya.Aku duduk disalah satu kursi berhadapan dengan pak David, ku perhatikan semua lauk pauk yang berada di atas meja makan yang terlihat begitu menggugah selera makanku.
David: "Ayo! Apa hanya melihatnya perut anda sudah kenyang?" tanyanya tanpa melihat ke arahku.
Melliza: "Baik pak, maaf saya merepotkan bapak" kataku dan mulai membalikkan piring yang berada di depanku.
Pria di hadapanku tidak menjawab, dia lebih fokus pada makanan yang berada di hadapannya.
Sungguh dia semakin terlihat tampan meski hanya menggunakan kaos polos berwarna putih itu. Kadang aku yang tengah makan sesekali mencuri pandang ke arahnya, karna bagaimanapun ini adalah hal pertama yang aku lakukan pada seorang pria yang bahkan usianya terpaut sebelas tahun denganku.Sesendok demi sesendok ku makan makanan yang telah tersedia di atas piringku.
Melliza: "Waaah masakan istri bapak enak juga ya, jadi kangen masakan bibik di rumah" kataku dengan senyum cerah yang sangat indah.
Puji sedikit keahlian istrinya memasak pasti akan membuat aku terkesan di matanya, kau memang pintar Melliza batinku.
Tiba tiba pak David menghentikan kegiatan makannya lalu meletakan sendok serta garpunya karna ucapanku dan mulai menatapku. Aku yang serasa ditatap pun berusaha untuk senyum semanis mungkin meskipun jantungku sudah berdetak tak beraturan sejak di dalam mobil tadi.
Satu perasaan timbul saat mata hitam lekat yang sangat tajam itu semakin menusuk diriku ke dalam lembah perasaan yang seharusnya tidak diijinkan untuk ada.David: "Ini bukan masakan istri saya"
Bhuhuk.. uhuk.. uhuk...
Aku terbatuk batuk mendengar perkataannya, gagal sudah mencari perhatiannya batinku miris.
Tapi yang tak kalah mengejutkannya dari kegagalan pujianku itu yaitu sekarang pak David sedang menyodorkan segelas air putih untukku. Aku sangat terkesan hinggga masih diam tak berkutik karnanya.
David: "Diminum" katanya dengan begitu singkat padat dan sangat jelas.
Aku masih terperangah dan perlahan tangan kananku menerimanya dan mulai menenggaknya tanpa henti hingga tandas tak bersisa. Dan jangan lupakan mataku yang tak kunjung berkedip melihat ke arah pak David yang sedang melanjutkan makan yang tadi.
Kemudian tanpa ku duga, tiba tiba dia melihat ke arahku. Mata kami saling bertemu dan saling menatap bahkan bersirobok satu sama lain.
Dan disini aku malah yang gelagapan dan semakin salah tingkah olehnya.
Karna merasa canggung dan tak enak hati kepergok tengah menatapnya, aku pun mengakhiri kegiatan makanku dan hendak menuju ke arah tempat pencuci piring.Saat aku yang sudah siap akan membereskan meja makan, tapi niatanku terurungkan karna pemandangan pak David yang dengan telitinya membereskan lauk pauk sisa makan kami berdua dan siap akan mengelap meja.
Aku yang merasa tidak enak hati karna telah menumpang makan pun mendekati dia agar dapat mengambil alih pekerjaan yang seharusnya aku kerjakan.Melliza: "Pak biar saya saja" pintaku.
David: "Tidak, anda tamu disini" sangkalnya dan mulai mengelap meja.
Ku pegang tangan kanannya yang tengah memegang lap yang sedang digunakan olehnya untuk mengelap meja dan aku pun mengambil paksa lap meja itu darinya.
Melliza: "Sudahlah pak, saya sudah terbiasa. Lagi pula yang seperti ini itu tugas wanita pak" kataku dan mulai mengelap seluruh permukaan meja hingga bersih tanpa noda.
Ku arahkan pandanganku pada pak David, dan lagi lagi dia sedang menatapku.
Sejak kapan pak David menatapku?
Karna merasa gerogi diperhatikan oleh seseorang yang membuat diriku terpana, akhirnya ku putuskan untuk pergi mencuci piring. Tidak banyak karna yang makan hanya aku dan pak David, ku selesaikan cucian piring dengan cukup cepat.
Aku lap tanganku yang basah karna air dengan lap yang tergantung di dinding dekat tempatku berdiri sekarang.Melliza: "Huff... akhirnya kelar juga" kataku dan mulai memperhatikan sekeliling siapa tahu masih ada yang terlewat aku bereskan.
Saat aku membalikkan badan, aku dikejutkan dengan sepasang mata yang masih setia memperhatikanku dengan posisi yang sama seperti tadi dan tatapan mata yang sama pula.
Melliza: "Aduh pak David maaf jangan melihat saya seperti itu pak, saya jadi gerogi" kataku dengan salah tingkah.
David: "Berapa umur anda?" tanyanya.
Aku melihat ke arahnya dalam diam dan terus masih saja memperhatikannya.
Kenapa pak David bertanya tentang umurku?
Apa wajahku terlihat tua dengan usia mudaku?
Perasaan aku rutin merawat wajahku, tak pernah aku ijinkan pasukan jerawat ataupun keriput terpasang di wajah yang licin seperti pantat bayi ini.
Melliza: "Umur saya dua puluh tujuh pak" jawabku jujur.
Pak David hanya diam, tapi dengan tatapan yang masih mengarah padaku.
Melliza: "Kalau begitu saya pamit ijin pulang ya pak, sudah terlalu malam tidak enak merepotkan pak David terlalu lama" pamitku pada pak David.
Melliza: "Terima kasih atas makanannya pak Davin" ucapku tulus saat hendak pergi meninggalkannya.
Sebenarnya aku masih betah di rumah ini apalagi jika harus dekat dekat dengan pak David tapi kenapa setiap ditatap oleh matanya itu aku seperti kaku lalu salah tingkah sendiri?
Jadilah aku minta ijin pulang sebelum pak David tahu kalau jantungku hampir saja copot karna tatapannya.
Andai saja.
Ini hanya andai saja bila pak David tidak memiliki istri, aku pasti akan berjuang demi mendapatkannya.
Atau mungkin, bila saja dia bercerai dengan istrinya mungkin aku pun tetap mau menjadi istrinya.Namun apalah daya bila pak David akan terus mencintai istrinya hingga akhir hayatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Clara
Romance• 21+++ • Adult • Mature Content Seorang dokter muda berparas cantik, memiliki bentuk tubuh yang sempurna dan menjadi pujaan bagi kaum para pria tidak disangka telah menaruh hati pada seorang pria yang telah beristri dengan usia yang terlampau cuku...