Empat hari berlalu setelah insiden pemaksaan, dan mas David tetap mengantar jemput aku rutin setiap hari.
Walau aku kadang keluar rumah sakit sedikit lebih terlambat namun mas David dengan setianya tetap menungguku di parkiran rumah sakit.
Setelah kejadian pemaksaan itu, mas David memberikan waktu sehari bagi tubuhku atau lebih tepatnya payudaraku yang mengalami pembengkakan terutama dibagian puting untuk beristirahat dari sentuhannya.
Hal yang paling mas David sukai adalah meremas dan memainkannya yang diiringi dengan ciuman kita yang saling memburu, tak pernah lupa sekalipun dia meninggalkan tanda tanda merah kepemilikannya setiap kali memanjakan payudaraku. Bahkan sisa sisa tanda yang sebelumnya belum hilang, mas David akan lebih memperbanyak lagi membuat kedua bukitku tak pernah luput dari tanda tanda manis darinya.Karna hampir selalu disentuh olehnya dikala kita berdua bertemu, aku merasa bahwa kedua bukitku kini lama kelamaan telah menjadi sebuah gundukan gunung bukan hanya sekedar bukit meski masih terlihat belum begitu besar tapi ini sudah jauh lebih baik dari apa yang aku inginkan.
Aku sudah mulai terbiasa dengan permintaan mas David yang minta nete kapan saja dan aku tidak pernah sekali pun melarangnya.
Hanya saja, aku memberikan syarat bahwa aku mau menurutinya jika situasinya memungkinkan. Aku tidak pernah mau jika dia memintanya di dalam lingkungan rumah sakit, tapi jika di parkiran rumah sakit yaitu di dalam mobil, aku dengan senang hati membuka bajuku untuknya.🍂🍂🍂
Hampir tiga bulan aku bekerja di rumah sakit ini, dan sudah sebulan pula aku berstatus sebagai kekasih gelapnya mas David.
Melliza: "ehh.. mash nanti akuh pulang sama Mar. syahh"
David: "mmm"
Melliza: "Kitahh mau ke mall.. aw jangan kencang kencang"
Mas David melepaskan hisapannya pada putingku.
Ya beginilah kegiatan dipagi hariku, harus netein bayi besar kesayanganku terlebih dulu sebelum masuk kerja disetiap harinya.David: "Sakit?"
David: "Maaf yah" katanya dan menciumi puncak payudaraku lembut.
Aku melumat bibirnya dengan mengelus elus dadanya yang lebar, menikmati setiap detik kebersamaan kita berdua.
Aku selalu merasa gemas dengan sikap perhatian mas David bila aku merasakan sakit yang disebabkan karna ketidak sengajaannya.Melliza: "Sudah tidak apa apa kok, jadi aku boleh kan nanti pergi sama Marsya?" kataku meminta jawaban darinya.
David: "Iya boleh asal tidak sama pria juga" jawabnya memasangkan setiap kancing bajuku.
Melliza: "Memangnya kenapa kalau ada pria juga?"
Mas David berhenti seketika memasangkan kancing bajuku dan menatap mataku tajam, sangat menakutkan dan aku merasa seperti akan dimakan hidup hidup olehnya.
David: "Kamu berani mau pergi sama pria lain?" tanyanya tak luput dari tatapan horornya.
Melliza: "Tidak kok tidak, aku hanya pergi berdua dengan Marsya tidak ada yang lain" jawabku gugup sebelum mas David benar benar murka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Clara
Romance• 21+++ • Adult • Mature Content Seorang dokter muda berparas cantik, memiliki bentuk tubuh yang sempurna dan menjadi pujaan bagi kaum para pria tidak disangka telah menaruh hati pada seorang pria yang telah beristri dengan usia yang terlampau cuku...