"Apa itu?"Pertanyaan penuh menyelidik itu terlontar dari bibirnya yang sangat jarang berbicara saat pertama aku baru saja meletakan kotak makan berwarna biru tua di hadapannya.
Melliza: "Saya bawakan semur ayam untuk pak David, pak David suka semur ayam kan?" tanyaku balik padanya dengan senyuman yang tak pernah pudar dari bibirku terlebih lagi bila harus berhadapan dengannya maka aku akan terus berusaha agar senyuman ini tidak akan pernah pudar.
David: "Dari mana anda tahu?" tanyanya balik dengan tatapan tajamnya membuat diriku menjadi mengkeret.
Meski merasa terintimidasi olehnya, oleh tatapannya aku tetap berusaha untuk menahan diri agar tetap terlihat tenang dan penuh kewibawaan.
Karna itu adalah kesan pertama yang akan dinilai oleh para pembimbing.Melliza: "Karna waktu malam itu saya perhatikan pak David begitu lahap memakan semur ayam hingga memakan tiga potong ayam. Jadi menurut saya bapak pasti suka" jawabku dengan penuh percaya diri.
Dia hanya menatapku dengan tatapan tajam yang menjadi ciri khasnya.
Melliza: "Tolong dimakan ya pak, ini saya masak sendiri"
Tidak juga ada jawaban akhirnya aku pun berniat untuk pamit dari ruangannya.
Dia terus menatapku tanpa berkedip bahkan hingga aku lenyap di balik pintu ruangan itu.Rasa kecewa terus terpancar dari raut wajahku karna tidak mendapatkan apa yang aku mau.
Kenyataan yang aku dapat tidak seperti ekspektasi yang aku dambakan.Melliza: "Dasar Melliza, mengapa juga kamu harus banyak menaruh harapan pada pria tampan yang memiliki ekspresi datar seperti pak David, maka tanggunglah sendiri akibatnya" ocehku disetiap langkah beratku menuju ruanganku.
Aku terus melangkah menuju ruanganku dengan hati dangkal yang disebabkan oleh dokter pembimbingku bahkan hingga sampai pada ruanganku sendiri.
Di depan pintu ruanganku, dengan sangat berat hati aku membuka pintu itu, dan betapa terkejutnya aku dengan penampakan wanita yang memberikan tatapan mata penuh hingar binar dan senyuman menyeringai yang menampakkan giginya yang rapih dan putih itu."Bagaimana bagaimana?" tanya Marsya dengan penuh antusias dan tidak sabaran.
Melliza: "Bagaimana apanya?" sahutku ketus yang malah balik bertanya padanya.
Marsya: "Aduh Elliza,, ya tadi bagaimana sama pak David, apa dia terkesan?"
Marsya: "Waaah selamat ya pagi pagi begini kamu sudah dapat senyumannya pak David" dia memelukku dengan senyuman yang membuat aku ingin membuang teman satuku ini ke antartika.
Melliza: "Terkesan apanya?!" sentakku penuh emosi.
Melliza: "Jangankan senyuman, mengucapkan terima kasih saja berat bagi mulutnya" jawabku melepaskan pelukan yang membuatku sesak bernafas.
Marsya: "Masa sih?" tanyanya terheran heran.
Melliza: "Yeee tidak percaya, memang tampang aku ada tanda tanda kebohongan?" tanyaku balik dengan menunjuk wajah cantikku dengan jari telunjuk kananku.
Dia hanya menggeleng dengan wajah polosya yang membuat aku semakin emosi ingin rasanya menampol wajah polos yang penuh dosa itu.
Melliza: "Sepertinya percuma deh aku berusaha mendekati pak David, karna pada kenyataannya dia tidak akan pernah luluh dengan apa yang aku lakukan untuknya" kataku dengan ekspresi sedih yang diselimuti rasa putus asa.
Marsya: "Jangan menyerah seperti itu dong, baru juga pertama ya wajar. Mungkin pak David masih terkejut dengan apa yang kamu lakukan, nanti lama kelamaan dia juga akan terbiasa dan akan mulai menerima perlakuan manismu. Dan akhirnya dia pun luluh dan akan membantumu menyelesaikan masa magangmu dengan mudah, iya kan?" ucapnya terus berusaha memberikan dorongan untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. Clara
Romance• 21+++ • Adult • Mature Content Seorang dokter muda berparas cantik, memiliki bentuk tubuh yang sempurna dan menjadi pujaan bagi kaum para pria tidak disangka telah menaruh hati pada seorang pria yang telah beristri dengan usia yang terlampau cuku...