• 21+++
• Adult
• Mature Content
Seorang dokter muda berparas cantik, memiliki bentuk tubuh yang sempurna dan menjadi pujaan bagi kaum para pria tidak disangka telah menaruh hati pada seorang pria yang telah beristri dengan usia yang terlampau cuku...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku lantas melenggang pergi menuju kamar mandi dalam kamar mas David setelah pria itu telah aku pastikan lenyap oleh pintu dan menyisakan diriku sendiri. Sejuta rasa melingkupi perasaanku saat ini, karna betapa senangnya hatiku mendapatkan perhatian dari mas David yang sudah menjadi kekasih ku. Aku memang selalu membayangkan bagaimana jika aku menjadi kekasihnya, tidur seranjang dengannya tapi tak pernah terbayangkan olehku jika aku akan menggunakan bajunya dan sekarang, sekarang aku akan mandi di kamar mandi pribadinya dan menggunakan sabunnya.
Sebuah sabun cair berhasil membuat tubuhku harum seketika setelah aku mengguyurkan air dari shower.
Melliza: "Ya ampun ini aku mau memakai handuknya mas David, tidak salah?" kataku memegangi handuk yang tergantung disebuah jemuran kecil yang ada.
Karna tidak ada pilihan lain alhasil aku pun mengenakannya dan melilitkannya menutupi tubuh putih bersih yang sudah wangi. Dan setelahnya, aku baru ingat bila baju gantiku berada di dalam mobil. Ya karna setiap kali aku keluar pasti aku membawa baju ganti untuk berjaga jaga di dalam mobil pribadiku.
Ku buka pintu kamarnya yang langsung menampakkan seorang pria dewasa yang sedang menggoreng telur di dapur walaupun jaraknya cukup lumayan jauh.
Melliza: "Mas?" panggilku namun tidak ada respon darinya.
Melliza: "MAS!" panggilku sedikit berteriak.
David: "Hah. Iya kenapa Clara?"
Melliza: "Tolongin akuuu" jawabku dengan sedikit nada manja.
Dia mematikan kompor listrik yang berada di hadapannya dan berjalan ke arahku.
David: "Kenapa?"
Melliza: "Tolong ambilkan bajuku di mobil yang tergantung di pintu belakang samaaa..
David: "Sama apa?" tanyanya heran.
Melliza: "Eemmm.. ituuu....
David: "Itu apa?" dia semakin heran.
Melliza: "Celana dalam sama bra yang ada di paper bag jok belakang" kataku lirih karna merasa malu.
Mas David pun menyunggingkan senyumannya, dan karna itu pula membuat aku semakin malu terhadapnya. Setelah beberapa menit dirinya pergi, mas David kembali lagi memasuki kamar dan membawa apa yang aku pesankan.
Melliza: "Terima kasih" kataku yang melihat mas David sedang berjalan menuju lemari bajunya.
Melliza: "Loh kenapa ini tidak sepasang mas?" tanyaku yang heran karna CD dan bra ku tidak senada warnanya.
Kebiasaanku sedari telah mengenal dunia fashion adalah selalu menggunakan CD dan bra yang sepasang dan dengan warna yang senada. Karna menurutku itu sangat indah dipandang saat aku selalu berada di depan cermin sebelum mengenakan pakaian.
David: "Memangnya kenapa kalau tidak sepasang?"
Melliza: "Aku tidak suka, aku sudah biasa pakai yang senada warnanya" jelasku tanpa sadar bahwa sebenarnya ini adalah hal yang privasi.
Melliza: "Tolong ambilkan CD pasangannya ini yah?" bujukku pada mas David agar mau mengambilkan CD yang berwarna hitam.
David: "Tidak ada" jawabnya singkat dan berjalan ke arahku.
Melliza: "Loh kok bisa tidak ada, perasaan kemarin aku cek masih ada" kataku lirih mengingat kembali saat aku memasukkannya ke dalam paper bag.
David: "Ya karna sekarang itu menjadi milik mas" jawabnya membuat mataku terbelalak.
Melliza: "Ih itukan punya aku, balikin. Mau untuk apa sama mas David?" kataku sedikit mengancam agar mas David mau mengembalikannya.
David: "Untuk disimpan"
Melliza: "Itukan punya aku mas, lagi pula kalau mau ambil itu minta terlebih dahulu sama yang punya jangan main ambil ambil sembarangan. Aku tidak suka pakai kalau tidak senada mas David" jelasku berusaha agar mas David mau mengembalikannya.
David: "Ya sudah sini bra nya sekalian disimpan sama mas supaya kamu tidak usah pusing memikirkannya" mas David berusaha mengambil bra hitam yang berada di tanganku sedari tadi.
Melliza: "Tidak!" tolaknya menepis.
Melliza: "Awas. Aku tidak mau!"
Melliza: "Mas David minggir" kataku terus berusaha menghindarinya.
David: "Clara"
David: "Kamu sadar tidak kamu ini hanya menggunakan handuk?"
David: "Semakin kamu seperti ini, semakin mas panas melihatnya"
Aku baru tersadar, ternyata sedari tadi aku hanya menggunakan handuk di hadapan mas David. Sontak aku langsung ingin melarikan diri menuju kamar mandi, tapi sayang..
David: "Sudah terlambat bagimu untuk melarikan diri sayangku" katanya dan menarik tanganku hingga ditempelkannya disalah satu dinding kamar.
Melliza: "Mas aku mau pakai baju" aku mencoba melarikan diri tapi tidak bisa.
David: "Nanti dulu" jawabnya dengan menahan kedua bahuku.
Melliza: "Kenapa maaaashh" lagi lagi payudaraku diremas olehnya.
David: "Harus sering diremas sama cowonya supaya cepat besae" katanya sedikit menggodaku.
Melliza: "Modus!" serunya dengan masih diremas olehnya.
Melliza: "Bilang sajahh pingin meremas pakai banyak alasan"
David: "Beneran Clara, mas tidak bohong. Apalagi kalau remasnya langsung terkena kulit tanpa ada sehelai bahan pun yang menghalangi pasti lebih cepat besarnya"
David: "Kamu wangi Clara, mas suka"
Mas David semakin menggila melihat tubuhku yang hanya menggunakan sehelai handuk berwarna cream miliknya. Dia mencium setiap inci kulit rahang serta leherku tanpa henti. Mengecupnya dan terus hingga turun tepat di atas batas handuk yang sedang aku kenakan. Mas David berhenti sesaat dan hendak melepaskan tanganku yang sedari tadi memegangi handuk yang takut terlepas.
David: "Mas ingin melihatnya Clara" katanya dengan menciumi payudaraku dari balik handuk.
Melliza: "TIDAK BOLEH!!!" jawabku lantang mendorongnya dengan sebelah tangan.
David: "Kenapa?"
David: "Kamu tahu kan sifat mas ini tidak suka ditolak?"
Memang benar sifat terburuknya mas David adalah tidak suka ditolak keinginannya. Tapi aku punya hak bukan untuk menolaknya, secara ini adalah tubuhku dan milikku sendiri. Aku yang menjaga dan merawatnya.
Melliza: "Mas David lihat itu jam berapa, sudah kesiangan mas nanti terlambat. Aku belum sarapan mas juga belum mandi, kapan kapan lagi bisa kan?" tawarku setelah mencari alasan yang masuk akal.
David: "Baiklah lain kali kasih ya?" katanya kemudian melepaskanku dari kungkungannya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.