3.

757 94 6
                                    

Selesai dengan membeli baju, Sofiah,Eva dan Evi menuju restorant yang tadi sempat di masuki Eva. Oh iya, tadi Evi menyusul Eva yang sudah masuk restoran dan mencari Eva, malah terlihat Eva sedang celingak celinguk bingung. Setelah Evi sampai di samping Eva, Evi langsung menyeret Eva keluar restoran untuk balik ke Sofiah berada tadi.

"Kita pesen makanan sama minuman buat di bawa pulang ya, nanti makannya di rumah aja, soalnya udah mau ashar" Usul Sofiah kepada Eva dan Evi.

"Iya aja lah, Eva juga udah capek" Keluh Eva sambil memijit pelipis. Padahal yang buat lari tadi kan kaki.

"Iya,Evi juga". Keluh Evi sambil duduk di kursi restoran diikuti Sofiah dan Eva.

"Okh fix. Aku pesenin dulu, kalian yang biasa kan?" Tanya Sofiah yang di balas anggukan dari si kembar.

Selesai sudah urusan di mall, mereka pulang menuju rumah si kembar dulu, masalahnya Sofiah harus mengantar mereka ber dua dengan selamat. Selanjutnya Sofiah juga langsung pamit pulang tidak mampir terlebih dahulu karena ada urusan di tempat lain.

***

Malam hari yang dingin dengan di temani bintang dan rembulan di langit gelap menambah kesan indah untuk ciptaan Allah Swt.

Tapi tidak terasa dingin di keluarga bapak Robi Khalif. Selesai menjalankan sholat isya' berjama'ah sekeluarga berkumpul di ruang keluarga untuk menonton televisi juga di temani cemilan kue yang di buat bunda Arin Sabil.

"Pah,Bun caranya agar Eva sama Evi tidak bertingkah macam anak-anak gimana sih?" Celetukan Eva membuat sang papah dan bunda saling bertatapan bingung, sedangkan Radit yang tadi sibuk berebut kue dengan Evi langsung memandang Eva.

"Kenapa Eva tiba-tiba tanya begitu?" Tanya Papah dengan lembut.

"Eva sama Evi hanya pengin berubah jadi wanita dewasa lah pah, juga kan Eva bentar lagi mau sekripsi abis itu lulus kuliah, butuh jadi wanita dewasa buat bekerja dan menjadi istri" Penjelasan Eva yang menyangkut tentang 'menjadi istri' tambah membuat semuanya penasaran, sedangkan Evi hanya diam, toh pertanyaannya sudah di wakilkan Eva.

"Kok Eva tiba-tiba bilang 'menjadi istri?' Emang Eva sama Evi sudah siap buat jadi seorang istri? Kalau masalah kerja, kalian berdua nggak usah kerja, papah malah senang dengan keputusan Eva sama Evi buat berubah jadi dewasa buat menjadi seorang istri" Jawaban dengan penuh kelembitan tanpa beban malah membuat si kembar tersipu.

"Emm Evi cuma pengin jadi wanita dewasa aja dulu Pah, soal 'menjadi istri' Evi kan belum ada calon"

"Nanti Papah cariin" Jawaban enteng Papahnya.

"Lah, Abang aja belum nikah kok malah mau si upin-ipin dulu pah?" Protes Radit.

"Kan Abang juga belum ada calon, mau nikah sama siapa? Sama tetangga sebelah yang suka nyanyi-nyanyi sendiri?" Pernyataan dan pertannyaan dari sang bunda mengundang tawa Eva,Evi, dan juga Papah Robi.

"Masa bunda tega Abang nikah sama cewek yang agak rada-rada itu?" Tanya Radit merajuk dengan merendahkan suara ketika menyebut 'agak rada-rada' takut tetanggannya dengar.

Eva dan Evi tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah masam Abangnya.

"Ya bunda tega aja kalau Abangnya setuju"

"Lah bunda? Segitu nggak lakunnya Abang ya?" Protes Radit lagi.

"Abang mau nya calon istri yang kaya Evi ya?" Pertanyaan menggoda Evi membuat Radit begidik.

"Idih pede banget Dek, Abang malah repot sendiri nanti ngurusin bayi besar"

"Iihh Abang!!" Rengek Evi sambil memukul Radit dengan bantal sofa.

"Balik ke topik pembahasan masalah 'berubah jadi dewasa sama menjadi seorang istri' Papah sejujurnya sudah nyiapin calon buat Eva, kemarin anak temen Papah bilang mau melamar Eva segera, nggak peduli Eva manja, kekanakan, atau nggak bisa apa-apa, dia mau nerima Eva apa adannya diri Eva, tapi kalau Evi belum ada calon nggak papa kan Nak?" Penjelasan serta pertannyaan untuk Evi membuat Evi lega, tapi tidak untuk Eva, masalahnya Eva sudah suka sama si ekhem eh kok malah mau di jodohin segala.

Eva langsung merengek pada sang Papah dengan wajah memelas penuh pengharapan agar sang Papah membatalkan niatnya.

"Papah..Eva nggak mau di jodoh-jodohin, Eva udah__" Eva nggak jadi melanjutkan kata-katanya ketika melihat tatapan sang Papah,Bunda juga Abangnya penuh selidik.

"Udah punya pacar?!" Pertannyaan tajam sang Papah membuat Eva kicep.

"Enggak! Eva nggak punya pacar Papah..Eva aja nggak punya temen laki-laki juga, cuma nomer Abang aja yang Eva simpen, nggak ada yang lain" Eva langsung menjelaskan bahwa dia nggak punya kontak cowok lain selain Abangnya.

"Terus kenapa tadi sayang?" Pertannyaan lembut Bundannya.

"Eva udah suka sama pak polisi ganteng nda," Pernyataan polos Evi mengundang tanya semua orang, tapi tidak dengan Eva, yang menatap Evi dengan membulatkan mata.

"Iihh Evi ember banget sih?! Nanti kalau Eva di suruh Papah ngomong sama mas Fariz buat lamar Eva kan Eva jadi malu, tapi mau ding hahaha" Batin Eva.

"Pak polisi ganteng siapa?" Pertanyaan kompak dari Papah,Bunda dan Radit.

"Itu loh Pah,Bun, Bang yang waktu la__" Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Evi sudah di bekap Eva dengan telapak tangannya.

"Eehh semuanya, kita balik ke kamar dulu ya, Eva sama Evi mau ngerjain tugas kuliah" Pamit Eva sambil menarik tangan Evi untuk berdiri dan menuju kamar mereka di lantai dua.

"Lah bocah itu..eehh Evaa! Kamar kamu di sebelah kiri loh!" Ingat sang Bunda sambil geleng-geleng kepala.

"Sudahlah nggak usah di pikirin, paling juga mereka tadi cuma kepo" Papah mengedikkan bahu acuh, sedangkan Radit?

"Sapa juga yang mikirin".

  ***

Firda Sunanti
Kebumen, 25 September 2020

REVA Dan REVI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang