16.

372 41 0
                                    

"Sudah siap belum?" Tanya Fasha pada Evi yang sedang berada di depan kaca rias.

Evi menoleh dan mendapati Fasha bersandar di daun pintu kamar. Fasha sudah siap dengan memakai hoodie warna hitam dan celana jins warna khaki. Rambutnya tertata rapih tak seperti biasanya yang berantakan, karena tak memakai pomed.

"Ini Evi lagi bingung mau pakek lipstik warna apa" Evi memasang wajah tertekuk.

Fasha berjalan mendekati Evi dan menangkup wajah sang istri yang sekarang terlihat sangat cantik dengan gamis warna hitam polos di padukan dengan jilbab warna biru laut.

"Evi nggak perlu pakek lipstik" Itulah jawaban dari Fasha.

"Kenapa nggak perlu?"

"Karena bibir Evi," Fasha mengelus lembut bibir Evi. "Sudah pink alami"

"Jadi, Evi nggak perlu pakek lipstik yang kemarin di kasih sama Sopiah?"

Kemarin Sofiah memberi kado pernikahan yang berisi alat makeup, yang terdapat lipstik tiga warna.

"He'em" Fasha mengangguk.

"Ya udah deh, Evi nggak perlu pakek lipstik. Toh yang suka sama Evi nggak mandang fisik" Evi mendongok menatap Fasha dengan senyum manisnya.

Fasha yang gemas pun mencium kening Evi lama.

"Terimakasih udah mau nerima Mas apa adanya, terimakasih udah mau jadi istri Mas. Terimakasih, terimakasih, terimakasih." Fasha membawa Evi kedalam pelukan nya.

Evi sangat menyukai harum mint yang menyeruak dari tubuh Fasha saat dia berada di dalam pelukan Fasha.

"Mas nggak perlu berterimakasih sama Evi. Evi yang seharusnya berterimakasih sama Mas Fasha, karena udah mau sabar membimbing Evi menjadi istri sholehah, dan mau nerima Evi yang masih banyak kekurangan ini" Evi semakin mengeratkan pelukannya.

Fasha mencium puncuk kepala sang istri berulang kali. Dan melepaskan pelukannya perlahan.

"Jangan nangis dong" Fasha menghapus sisa air mata yang jatuh ke pipi Evi.

"Evi nangis, ya? Ih, Evi nggak sadar" Evi malah terkekeh dengan kelakuannya sendiri.

"Ya udah. Mending sekarang kita ke rumah Bunda, ya?"

"Ayuk!"

Fasha dan Evi berjalan beriringan menuju teras rumah yang terdapat motor Fasha di situ.

Setelah hampir menempuh perjalanan hampir 45 menit, akhirnya mereka sampai di depan gerbang warna hitam yang menjulang tinggi.

Terlihat satpam membukakan gerbang untuk Fasha dan Evi.

"Selamat datang, Non, Den" Sapa Pak Rojak, sang satpam rumah keluarga Evi.

"Terimakasih, Pak Rojak. Evi sama Mas Fasha masuk dulu ya Pak" Sahut Evi ramah.

Pak Rojak hanya mengangguk.

Setelah memarkirkan motornya, Fasha melangkah memasuki rumah keluarga Papah Robi.

"Assalamualaikum!" Fasha dan Evi mengetuk pintu. Dan tak lama pintu terbuka menampakkan wajah cerah sang Bunda.

"Waalaikumsalam, anak dan menantu Bunda!" Bunda langsung mencium kedua pipi Evi dan dilanjut dengan Evi dan Fasha yang menyalimi tangan Bunda.

"Ayok masuk! Fariz sama Eva udah dateng dari tadi"

"Woah! Evi kangen sama Eva!" Evi langsung berlari menuju ruang keluarga dan mendapati Eva yang sedang duduk menonton tv dengan Fariz. "EVAA!!"

Eva menoleh dan mendapati Evi berlari untuk memeluknya. Sudah hampir dua bulan mereka tak bertemu, karena kemarin Eva di ajak Fariz dinas ke luar kota selama dua bulan. Dan baru hari ini mereka bisa bertemu karena Fariz yang libur juga Fasha libur dari kantornya.

"Eva kangen sama Evi!"

"Evi juga kangen"

Setelah saling berpelukan, datanglah Fasha dengan Bunda ke ruang keluarga. Fasha langsung menyalimi tangan Papah, Fariz, dan yang terakhir Radit yang menekuk wajah memperhatikan kedua adiknya yang berpelukan.

Merasa tak dianggap.

"Evi nggak kangen sama Abang? Sama Papah?" Tanya Radit menyindir.

Evi menoleh dan langsung memasang senyum lebar dan berlari memeluk Radit. Radit yang belum siap hampir saja kepalanya terkantuk kayu sofa.

"Astaghfirullah! Biasa aja dong, meluknya!"

"Hehe Evi kangen sama crewetnya Bang Radit" Begitulah jawaban Evi.

"Mentang-mentang udah punya suami, dan tinggal bareng suami, Abang nggak pernah di kasih kabar?"

"Evi kemarin sibuk, jadi nggak sempet buat ngabari Bang Radit. Lagian Bang Radit kalo di chat Evi, cuma di baca doang! Evi kan jadi males buat chat lagi"

"Jangan nge chat, dong! Bang Radit itu sukanya di telpon, bukan di chat"

"Lah modus buat cewek biar telpon, bukannya chat!" Setelah mengatakan itu, yang membuat semuanya tertawa, Evi berlari menghampiri sang Papah.

"Evi kangen banget sama Papah!" Evi memeluk Papahnya dengan erat.

"Nggak malu apa pelukan erat banget sama Papah? Tuh, di lihatin suaminya" Papah Robi mencium kening Evi, dan membalas pelukan sang putri bungsu.
"Eh, Evi kok tambah gemukan ya? Atau Papah yang lama nggak ketemu jadi pangling?"

Semua orang melihat Evi dengan kerutan di kening. Tapi suara keras seseorang mengalihkan fokus semua orang yang ada di situ.

"ASSALAMUALAIKUM KELUARGA BAR-BAR!" Teriakan seorang pasangan suami-istri dengan sang istri yang menggendong balita berumur tiga tahunan.

Radit memasang wajah malas memandang sang sepupu gilanya.
"Waalaikumsalam! Biasa aja keles, nggak usah nge gas!"

Yang di tegur hanya cengar cengir.

*°*°*

Assalamualaikum.

Jazakallah khairon katsiron...

Next yok...

Waalaikumsalam.

REVA Dan REVI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang