17.

355 40 2
                                    

"Reka!!" Eva dan Evi langsung berlari menuju balita yang bernama Reka itu.

Ibunda Reka tentu saja langsung siap siaga apabila sang putra akan di uyel-uyel oleh adik sepupu nya itu.

"Stoopp!!" Azka langsung menghalangi dengan tangan terlentang di depan sang istri dan sang putra.

Eva dan Evi yang hampir saja sampai langsung berhenti setengah meter di depan Abang sepupu nya yang nyebelin itu.

"Ihh! Abang Ka jangn pelit dong!" Eva protes dengan memasang wajah kesal.

"Tahu nih! Cuma pengin cium dedek Reka aja nggak boleh!" Evi malah berjalan melewati Azka begitu saja, dan menghampiri Sera, sang Ibunda dari Reka.

Azka yang di lewati begitu saja oleh Evi berdecak kesal.

"Kalian itu kalo cium Reka, pasti Reka jadi nggak mau sama Abang!" Itu kata Azka.

"Udah-udah. Mending kamu, Azka sama Sera duduk dulu, biar Reka sama Eva dan Evi aja" Bunda menengahi perdebatan antara sepupu itu.

Azka hanya menghembuskan nafas kesal. Sedangkan Sera menyerahkan Reka pada adik sepupu nya.

"Reka sama aunty Eva dan aunty Evi dulu, ya." Sera menyerahkan Reka pada Evi. "Kalian kapan punya dedek sendiri?" Tambah Sera menggoda pasangan pengantin baru itu.

"Besok dong Mba. Kata Mas Fariz, lagi di proses di dalam perut Eva" Eva menjawab dengan mengelus perutnya sendiri.

Fariz yang namanya di bawa-bawa oleh Eva pun menjadi malu dengan Abang ipar dan juga Papah mertuanya.

Sedangkan Radit dan Azka memandang Fariz dengan tatapan jahil. Papah Robi dan Fasha hanya tertawa melihat wajah merah Fariz. Bunda sedang berada di dapur menyiapkan minum dan cemilan.

"Kalo Evi udah isi belum?" Sera bergantian memandang Evi yang tengah asyik menciumi pipi tembem Reka.

Evi mendongok dengan tatapan bingung.

"Evi udah isi belum?" Tanya Sera lagi.

"Isi apa Mba? Kulkas? Kemarin udah di isi sama Evi setelah dari supermarket" Jawaban Evi malah membuat semua orang tertawa ngakak. Tak lupa Fasha yang tertawa paling keras.

Seketika hening. Hanya tersisa suara tawa Fasha yang mendominasi ruangan. Fasha tak menyadari bahwa sekarang dia menjadi bahan tontonan semua orang, karena dia tertawa dengan mata terpejam.

Evi yang sedari awal bingung kenapa semua orang tertawa pun juga memandang Fasha yang masih belum berhenti tertawa. Evi berjalan menuju Fasha dengan masih menggendong Reka yang bermain dengan jilbab Evi.

Evi menepuk pundak Fasha yang masih berguncang. "Mas!"

Belum ada sahutan dari Fasha, seakan dia memiliki dunianya sendiri.
"Mas!"

"Mas Fasha nggak kesurup__"

Setelah menyadari ada yang mencubit paha nya, Fasha berhenti tertawa dan memandang Evi yang ternyata berada di sampingnya.

"Eh!" Fasha terkejut dengan ke adaan yang sedang dia alami. Evi yang memandang dengan bingung, dan semua orang memandang dengan heran.

Fasha menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal. Dia sekarang paham, kenapa semua orang memandang aneh ke arahnya.

"Minuman sudah siap!" Suara Bunda mengalihkan fokus semua orang. "Kok pada diem? Tadi Bunda denger masih pada ketawa, ketawa apa sih?" Bunda mendudukkan dirinya di samping Papah Robi.

"Tadi itu, Fasha ketawa nggak berhenti-berhenti gara-gara jawaban Evi" Radit yang menjawab, karena semua hanya diam.

"Emang pertanyaan apa yang harus di jawab sama Evi?"

"Kan Sera tadi tanya 'Evi udah isi belum?' Lah si Evi jawabannya 'kulkasnya udah di isi kemaren pas baru dari supermarket' lah terus si Fasha malah ngakak nggak berhenti-berhenti" Terang Radit membuat Fasha malu setengah mati.

Bunda memandang Fasha bingung. Fasha yang di pandang begitu memalingkan muka karena malu.

"Emang tadi Evi salah jawab, ya?" Evi bertanya kepada semua orang.

"SALAH!" Jawab semuanya kecuali Fasha, Bunda, Eva dan Reka.

Evi malah mengerutkan alisnya. "Salah, ya?" Pandangan Evi terarah kepada Sera. "Mba Sera tadi tanya apa? Coba ulangi lagi, dong!"

"Evi udah isi?" Tanya Sera kembali.

"Isi, ya? Hmm kemarin Evi denger dari Ibu-Ibu pengajian yang juga tanya Evi kayak gitu. Terus salah satu dari Ibu-Ibu itu ngejelasin ke Evi, maksudnya 'isi' itu hamil. Berarti Mba Sera juga tanya Evi hamil apa nggak?" Semua orang mengangguk. Lalu Evi memandang Fasha yang berada di sebelahnya.
"Evi hamil nggak, Mas?"

Lah? Semua orang kembali tertawa. Radit sampai terjatuh dari sofa saking tak tahan menahan tawanya.

"Kok Evi malah tanya sama Fasha sih? Coba tanya sama Reka!" Itu saran bego dari Azka.

Evi memandang Reka yang masih setia berada di pangkuannya. "Reka" Reka mendongok memandang Evi. "Aunty Evi hamil nggak?" Reka malah mengangguk antusias dengan tertawa senang.

Fasha memasang wajah cengo dengan kepolosan yang Evi miliki. Sedangkan semuanya tertawa lagi.

"Sini, Reka sama aunty Eva" Eva bergantian menggendong Reka yang tentu saja di sambut Reka dengan merentangkan tangannya senang.

"Eva mau bawa Reka ke kamar Eva, ya? Mas Fariz harus ikut juga!" Semuanya mengangguk. Fariz hanya menuruti permintaan sang Istri.

"Fariz!" Radit memanggil Fariz. Fariz menoleh ke arah Radit, sebelum menaiki tangga. "Kalo mau buat, mending Reka nya di sini aja, nanti malah ngganggu!"

Fariz melototkan matanya terkejut dengan saran dari Radit. Radit ini pikiran nya ke situ terus. Mungkin dia kebelet nikah kalik. Hahaha. Fariz tak menjawab, dia langsung saja menggandeng tangan Eva untuk naik ke kamar.

Semuanya hanya menggeleng dengan ke bar-baran keluarga Papah Robi ini. Gara-gara datangnya keponakan unyu, semuanya jadi ngebahas soal anak.

Dasar si Azka dan Sera nih! Fasha dan Fariz yang kena juga!

*°*°*
Assalamualaikum.

Jazakallah khairon katsiron...

Tinggalin jejak di part ini yoo...

Wassalamualaikum.

REVA Dan REVI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang