33.

393 29 0
                                    


"Cup-cup. Kok Bang Seka nangis terus sih sayang, hm?" Fasha sedang menimang putra pertamanya, Seka Ardiansyah.

Evi sedang berada di dapur membuat bubur untuk makan Seka dan Erka.

"Aduuh. Abi kok di pipisin sih? Abang Seka kelelahan nangis ya, sampai-sampai pipisin Abi? Mau Abi panggilin Umi? Iya? Uluh-uluh, gemes banget sih?" Fasha terus saja mengajak Seka berbicara. Seka yang awalnya nangis menjadi diam dengan mata terus fokus ke wajah sang Abi.

Sedangkan Erka? Erka lagi tidur, makanya tidak rewel. Entahlah, Erka tidak terusik dengan suara bising yang berasal dari Fasha dan Seka.

Tak berselang lama, Evi datang dengan nampan yang berada di tangannya.

"Assalamualaikum suami Evi, Bang Seka, dan Dek Erka" Evi mengucap salam. Setelah meletakkan nampan di nakas, Evi berjalan menuju Fasha yang sedang duduk di sofa yang ada didalam kamar.

"Waalaikumsalam istrinya Mas Fasha dan Uminya si kembar" Jawab Fasha. Setelah Evi mendudukkan dirinya di sebelah sang suami, Fasha langsung saja mencium pipi Evi.

"Mas main nyosor aja sih? Nggak malu sama anak?" Evi mengambil alih Seka untuk dia ganti popoknya yang terkena pipis.

"Ngapain malu? Toh anaknya nggak keberatan kalo Abinya pengin manja-manjaan sama Uminya. Udah satu bulan Mas di anggurin sama istrinya Mas"

"Bukan di anggurin lah Mas. Evi kan lagi sibuk ngurus si kembar. Mas Fasha pulang kerjanya aja malem terus. Pas udah pulang, Evi udah tidur"

Evi yang sedang menggantikan popok milik Seka terkejut dengan seseorang yang tiba-tiba melingkarkan lengannya di perut Evi.

Evi menoleh kebelakang dan langsung berhadapan dengan wajah Fasha yang begitu dekat dengannya.

"Lepasih ih, Mas! Evi susah mau gantiin popoknya" Evi menggeliat geli dengan perlakuan Fasha.

"Maafin Mas ya? Mas yang sibuk kerja dari kemarin. Tapi malah Mas ngeluhnya sama kamu kalo kamunya yang nganggurin Mas"

"Maafin Evi juga yang sekarang bukan ngurusin Mas aja, tapi ngurus si kembar juga"

"Mas malah seneng kalo istri Mas itu tanggap dan pengertian kayak kamu. Mas kangen banget, deeehh" Fasha menggerakkan kepalanya di cekuk leher Evi yang tak tertutup jilbab.

Evi geli dengan perlakuan Fasha, akhirnya mencubit pinggang Fasha dengan agak keras.

"Aduuh aww!" Fasha langsung melepaskan pelukan nya dan mengelus pinggang yang di cubit Evi.
"Sakit, sayang" Fasha memasang muka nelangsa.

Evi hanya nyengir. "Maapin, ya?"

"Iya"

Fasha mengangkat kaos yang di kenakannya ke atas untuk melihat apakah cubitan Evi membekas biru atau tidak. Masalahnya sakit banget Bundd.

Evi yang melihat Fasha mengangkat kaosnya keatas mengalihkan pandangan dari Fasha. Agar tidak melihat perut Fasha yang membuat Evi malu.

"Malu ya? Hm? Perasaan udah sering lihat kok masih malu terus sih?" Fasha malah melepas kaosnya dan melemparkannya ke atas sofa. Fasha berjalan mendekati Evi dan memeluknya lagi.

Evi terkejut dengan itu. Dia bisa merasakan kulit hangat Fasha yang menempel punggungnya.

Belum sempat Evi protes pada Fasha, terdengar suara tangis Erka yang memenuhi ruangan.

"Tuh, Erka nangis Mas! Evi mau ke Erka dulu. Ganti celananya yang terkena pipisnya Seka, Mas!"

Fasha pasrah dengan melepas pelukan nya, dan membiarkan Evi menenangkan Erka.

"Mainan sama Bang Seka aja dulu ya sayang? Nanti malam kalo kalian udah tidur, Abi pinjam Uminya dulu ya?" Fasha malah berceloteh dengan Seka yang tertawa saat melihat dan mendengar Fasha berbicara.

Setelah Erka berhenti menangis, Evi meletakkan Erka kembali kedalam box bsyi karena Erka kembali tertidur. Evi berjalan kearah Fasha yang masih belum mengganti celana yang terkena pipis.

"Dusuruh ganti dulu kok malah mainan terus sih, Mas?!" Evi mencubit pipi Fasha.

"Aww! Iya, iya. Ini mau ganti, kok" Fasha melepaskan cubitan tangan Evi dan setelahnya langsung lari menuju kamar mandi.

Evi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Fasha yang seakan haus perhatian.

****

"Gimana? Udah siap belum?" Tanya Fasha dan menoleh kearah Evi.

Evi membalas tatapan Fasha dan mengangguk.

"Oky. Mulai sekarang ya?"

"Siiaapp!" Balas Evi dengan yakin.

"Beneran?" Fasha menoleh lagi kearah Evi dengan ragu.

Evi mngangguk yakin.

"Beneran, nih?" Fasha bertanya lagi.

Evi melihat kearah Fasha dengan raut kesal. Fasha yang mendapat tatapan tajam dari sang istri hanya nyengir.

"Oky. Mulai!!"

Fasha menekan tombol ON pada layar berukuran 24inci berbentuk persegi panjang.

Permainan pun dimulai dengan tegang antara Evi dan Fasha. Evi berusaha mendahului motor berwarna hijau milik Fasha. Tetapi yang namanya Fasha tidak akan mau kalah dengan Evi. Dia langsung meng-gas motornya lebih kencang lagi.

"Iihh Mas Fasha curang!" Evi kesal dengan Fasha.

"Apanya yang curang? Kamunya aja yang dari dulu nggak pinter main" Fasha tak mempedulikan raut muka Evi yang bertambah kesal lantaran diremehkan.

Iya. Sekarang Evi dan Fasha sedang meet time dengan bermain game bersama seperti waktu dulu Evi ngidam pengin main game.

Fasha memegang tak mau kalau mengalah dengan Evi tentang urusan bermain game. Tapi kalau masalah yang lain, Fasha akan dengan senang hati mengalah demi Evi.

Dasar Fasha!!

"Yaahh Evi kalah lagi, kan!" Evi menaruh stick ps nya dengan kesal.

Fasha tersenyum lebar karena bisa menang lagi dari Evi.

"Ups! Mas yang lagi beruntung buat menang"

"Ber-uang! Evi males ah main lagi sama Mas! Mas nggak mau ngalah terus bikin Evi seneng"

"Maapin ya, sayang. Seka dan Erka udah ti__"

Oek-oek!

"Noh! Si kembar nangis. Evi mending main sama si kembar aja, deh" Evi melepaskan rangkulan tangan Fasha di lehernya dan beranjak menuju kamar.

"Lah? Baru juga di mulai mesra-mesraannya. Kebanyakan drama dulu sih kamu, Fasha!" Fasha mengacak rambutnya dengan kesal.

***

Assalamualaikum..

Bertemu lagi dengan ke uwuan Evi dan Fasha, ya...

Maapin aku. Aku belum puas kalo belum nyeritain ke uwuwan Evi dan Fasha merawat si Seka dan Erka...

Ada yang kangen nggak nih, sama mereka?

Sama authornya?

Okh. See you next part spesial Eva dan Fariz, ya guys...

Jazakallah khairon katsiron..

Wassalamualaikum..

Kebumen, 26 November 2020.

REVA Dan REVI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang