Satu minggu sudah umur kedua anak dari Evi dan Fasha. Dan tepatnya nanti malam adalah acara slametan puputan.
Upacara puputan akan dilakukan saat tali pusar terlepas dari perut bayi. Sebagaimana diketahui, tali pusar bayi akan mengering dan terlepas dengan sendirinya. Pada saat inilah, upacara puputan atau yang dalam Bahasa Jawa disebut sebagai puput puser ini dilakukan. Tujuannya untuk memohon keselamatan bagi bayi yang besangkutan.
Pada bayi perempuan, upacara puputan ini dilakukan dengan cara menutup pusar yang baru saja mengering dengan sepasang ketumbar. Sementara itu, pada bayi laki-laki, pusar ini ditutupi dengan sepasang merica.Karena Ibu dan Bapak Fasha adalah asli orang Jawa, makanya mereka mengadakan slametan puputan itu.
"Oohh, dedek Erka haus, ya? Sebentar ya sayang" Evi yang sedang melipat baju yang berserakan di samping tempat tidur, mendengar suara tangis bayi yang berasal dari Erka, Evi menghampiri box bayi milik Erka.
Fasha yang baru selesai menjalankan sholat isya' di masjid langsung masuk kedalam kamarnya dan Evi. Fasha tersenyum melihat Evi yang selalu cepat tanggap dalam mengurus kedua putranya.
"Bapak-bapak tetangga kita udah pada kumpul di depan. Sini, biar Seka Mas aja yang gendong" Fasha mengambil alih Seka untuk dia gendong.
"Evi nanti dimana, Mas?" Tanya Evi yang telah selesai menyusui Erka.
"Kamu nanti di ruang televisi aja sama Bunda, Ibu, Eva, Mba Mawar, dan Mba Sera"
"Nanti Seka sama dek Erka dibawa sama Mas kedepan untuk di cukur rambutnya?"
"Iya, sayang. Ayok kedepan!" Fasha merangkul pinggang Evi dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kiri untuk menggendong Seka.
Sesampainya di ruang depan, Evi memberikan Erka pada Bapak. Dan Evi melangkah menuju ruang televisi.
"Evi tambah cantik aja, setelah melahirkan" Celetukan Mba Sera membuat yang lain terkekeh.
"Evi kan emang udah cantik dari lahir. Buktinya Mas Fasha kecantol" Evi melangkah menuju Eva, dan duduk di sebelah Eva.
"Anak Bunda Arin emang tingkat ke PDannya akut" Sera berkata membuat Bunda hanya geleng-geleng kepala.
"Eva, kayaknya besok pagi dedeknya Eva bakal keluar, deh" Evi mengelus perut Eva dengan halus.
"Kata dokternya sih minggu-minggu ini keluarnya" Eva juga ikut mengelus perutnya.
"Sebentar lagi juga Bunda bakal dapet cucu lagi" Itu Mawar yang berkata.
Semua orang melihat kearah Mawar dengan kaget.
"Mba Mawar lagi hamil?" Tanya Eva dan Evi bersamaan.
"Kamu lagi hamil, Mawar?" Tanya Bunda dan Sera barengan juga.
"Kamu lagi hamil, sayang?!" Seseorang seketika berkata dengan agak keras. Semua orang beralih memandang orang itu. Siapa lagi kalau bukan Radit.
Mawar malah tersenyum manis kearah Radit dan menganggukkan kepalanya.
"Alhamdulillah ya Allah!! Akhirnya hamba bakal cepat dapet penerus kebob__"
"Bukan kebobrokan!!" Jawab semua orang yang ada di sana.
Radit hanya nyengir.
"Kita bahas nanti ya sayang. Kamu masih punya hutang cerita, kenapa nggak bilang ke aku dari awal" Radit memberikan kecupan di pipi Mawar sebelum pergi.
"Iya. Kenapa Bang Radit nggak tau, mba?" Tanya Eva.
Mawar hanya nyengir.
"Bunda tahu" Semua orang menoleh kearah Bunda. "Kalo Radit tau dari awal, pasti nanti heboh sendiri, dianya"
"100 buat Bunda! Mas Radit itu barbarnya kebangetan. Nanti pasti langsung update di story wa dan Ig"
"Lah Abang itu lebay. Capek kerja aja ngeluhnya di story wa" Tambah Evi.
"Hssstt! Jangan ghibah" Tiba-tiba Ibu datang menyela semua orang yang sedang meng ghibahkam Radit.
Semuanya hanya nyengir.
*°*°*
"Bunda sama Papah pamit ya, sayang" Evi menyalami tangan sang Bunda setelah menyalimi Papahnya.
"Iya Bun, Pah" Jawab Evi.
"Radit, Mawar, Eva sama Fariz!" Yang di absen Bunda menoleh ke arah Bunda. "Bunda sama Papah pulang duluan, soalnya Papah ada keperluan mendadak" Bunda menoleh kearah sang besan. "Mari Pak, Bu"
"Hati-hati ya, san" Jawab Ibu dan Bapak.
"Iya. Papah mau ke kantor sebentar" Tambah Papahnya dengan mengangkat tangan minta di salimi. Semua anak pun peka, dengan menghampiri Papah dan menyalimi tangannya.
Setelah Bunda dan Papah pergi dengan mobilnya, tiba-tiba terdengar suara rintihan.
"Aw-shh"
Semua menoleh ke sumber suara, dan mendapati Eva yang sudah terduduk di lantai dengan bagian bawah gamisnya yang terlihat basah.
Fariz yang tanggap dan peka langsung menggendong Eva masuk kedalam mobil. Dan meminta semua orang kecuali Evi untuk ikut menemani ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Eva di bawa masuk kedalam ruangan bersalin dengan Fariz yang setia berada di sebelahnya.
"Ibu Eva, masih dalam pembukaan ke tujuh, Pak" Kata dokter yang menangani Eva. "Coba dibantu untuk jalan-jalan sebentar di ruangan saja, biar cepat pembukaannya"
"Baik, dok" Kata Fariz dengan membantu Eva menuruni brankar. "Pelan-pelan aja ya, sayang"
"Iya, Mas. Dedek lagi berjuang buat keluar ya Mas?" Tanya Eva di sela-sela sakitnya.
Fariz terkekeh mendengar pertanyaan Eva. "Yang berjuang buat ngeluarin dedek ya kamu, sayang. Dedek hanya menunggu kamu mengejan"
BRAK!
Suara pintu dibuka dengan sedikit keras mengagetkan semua orang yang ada di dalam ruangan.
Radit.
Ya, Radit yang membuka pintu dengan sedikit keras.
"Kenapa Bang?" Tanya Fariz.
"Sakit banget nggak Dek? Abang kok jadi takut kalo Mawar nanti lahiran kesakitan. Aduuhh! Abang nggak tega ngelihat kamu kesakitan. Tapi Abang lebih nggak tega ngelihat istri Abang juga kesakitan" Crocos Radit tanpa malu di depan dokter dan suster.
"Maaf, Mas. Masnya bisa keluar?" Usir suster dengan kalimat halus.
Mawar tiba-tiba masuk dengan tergesa. "Astaghfirullah, Mas! Kamu itu ngapain masuk? Kan tadi aku udah bilang, masuknya nanti kalo Eva udah di pindahin ke ruang rawat" Mawar menarik lengan Radit dengan canggung menatap semua orang. "Maaf ya, semuanya. Lanjutin lagi ya Fariz"
Fariz dan semua nya hanya mengangguk.
Gara-gara tadi Radit sempat lihat ada seorang Ibu muda yang tengah kesakitan saat akan di bawa ke ruang persalinan juga. Radit menjadi takut bila Eva juga sampai kesakitan dengan berteriak macam Ibu muda tadi. Radit sayang banget ya, sama adiknya. Tapi lebih sayang ama istrinya.
"Mas Radit bikin malu, tau nggak?" Tanya Mawar setelah keluar ruangan.
"Enggak. Maaf ya sayang, tadi aku malah lari ninggalin kamu sendirian di depan rumah sakit"
"Untung aku inget kalo aku lagi hamil anak kamu. Kalo nggak, aku bakal lari naikin tangga buat ngejar suami yang kagak ada akhlak!" Oceh Mawar.
"Maaf" Radit langsung membawa Mawar kedalam dekapannya.
"Ekhem! Masih ada satu orang disini, Bang" Fasha berdehem menyindir Radit dan Mawar. "Jadi pengin meluk Evi" Tambahnya.
Radit hanya tersenyum sinis.
Oh iya. Ibu dan Bapak Fasha tidak ikut kerumah sakit, karena nemenin Evi dirumah. Sedangkan Azka dan Sera juga Reka sudah pulang sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVA Dan REVI [END]
Teen FictionAssalamu'alaikum.. Sebelum baca di mohon untuk follow akun wattpad author ya>_< Okh, cerita ini menceritakan kehidupan si twins yang penuh dengan drama. awokawok. Dimana Reva&Revi ini adalah saudara kembar yang sifat dan segalannya hampir sama, sa...