30.

364 31 1
                                    

"Kamu masih pakek sarung? Astaghfirullah! Abang ngakak terus lihat kamu masih pakek sarung!" Radit terus saja tertawa sampai perutnya sakit. "Aduhh perutku sakit, Astaghfirullah"

Semua orang yang berada di dalam ruangan tak menghiraukan tawa dari Radit. Semenjak Radit masuk ruangan dan mendapati Fasha yang masih memakai sarung dan baju koko, Radit langsung saja ngakak terpingkal-pingkal.

"Mas Radit! Jangan ketawa terus, ih! Bayinya nanti kebangun!" Tegur Mawar pada sang suami.

Radit yang di tegur pun langsung diam dengan mata yang berair karena terus tertawa.

"Tahu nih, Abang! Cuma gara-gara sarung aja ketawa sampai nangis. Evi pusing denger Abang ketawa sampai bengek" Evi berkata dengan sesekali mengelus pipi sang putra pertama.

"Ganti aja lah, Fasha! Jadi penginnya ketawa mulu lihat tuh sarung" Radit menunjuk sarung warna kunyit punya Fasha.

Fasha yang sedang duduk di sofa dengan memangku putra keduanya memandang sarung yang di kenakan sendiri. "Mau ganti pakek apa, Bang? Dasternya Evi? Mana muat" Jawab Fasha dengan santai.

Papah, Bunda, Bapak, Ibu, Mawar dan sepasang suami istri yaitu Eva dan Fariz malah tertawa mendengar jawaban Fasha.

"Nggak papa Bang Fasha pakek daster nya Evi, biar kayak orang-orang yang pakek wig warna-warni tapi suaranya kayak laki-laki" Jawab Eva dengan masih tertawa.

"Emang laki mah itu, Eva!" Jawab Radit nge-gas.

Eva memandang Radit dengan kaget dan matanya seketika berkaca-kaca mendapat bentakan Radit. Fariz yang melihat perubahan raut wajah Eva langsung memeluk Eva.

"Jangan nangis, sayang. Nanti Bang Radit jangan bolehin buat megang dedeknya Eva" Fariz mengelus kepala Eva dengan sayang.

Mawar yang sudah paham karakter Eva pun mencubit lengan Radit. "Mas Radit jangan kayak gitu! Eva itu lagi sensitif" Radit hanya nyengir.

"Eva, katanya Eva mau berubah jadi dewasa setelah menikah. Kan sebentar lagi Eva jadi Ibu kayak Evi" Nasehat Papah.

Eva langsung saja menegakkan tubuhnya setelah mendengar perkataan Papah. Mata Eva memandang Radit dengan tatapan tajam. Radit yang dilihat begitu menjadi ciut seketika.

Bapaknya Fasha yang di pepet oleh Radit memandang Radit geli. "Kamu ini Nang. Masa sama adeknya ditatap begitu saja takut" Bapaknya Fasha meninju lengan atas Radit.

Radit mengelus lengannya yang ditinju. Kena lagi, kan!. "Masalahnya Eva jarang banget marah, Pak. Jadi kalo sekali marah itu nakutin kayak Bunda"

Gantian sekarang Bunda yang menatap Radit tajam. Radit hanya nyengir.

"Mau di kasih nama siapa, Nak?" Tanya Ibu yang duduk di sebelah Fasha. Semua orang pun ikut penasaran.

Fasha melihat ke arah Evi dengan senyuman. Evi hanya mengangguk antusias.

"Putra pertama, bernama Seka Ardiansyah. Dan putra kedua, Erka Ardiansyah. Gimana?" Fasha mengedarkan pandangan nya keseluruh anggota keluarga.

"CAKEEPP" Semua menjawab dengan kompak. Sedangkan Evi dan Fasha hanya tersenyum manis.

"Dedek Seka mau ikut sama aunty Eva, nggak?" Eva mendekati Evi yang sedang memangku Seka.

"Mau dong, aunty!" Evi menirukan suara anak kecil untuk menjawab pertanyaan Eva.

"Eehh! Eva kan lagi hamil, emang bisa buat gendong?" Tanya Fariz.

Eva melihat perutnya sendiri dan mengangkat kepalanya baru menyadari bahwa dia sedang hamil besar. "Oh iya. Gendong nya besok aja deh kalo dedeknya Eva udah keluar"

"Sebentar lagi bakal nyusul lahirkan, nih!" Radit berkata dengan melewati Eva menuju brankar Evi. "Hallo ponakan om Radit yang ganteng kayak om Radit!"

"Kayak Mas Fasha ganteng nya. Bukan kayak Abang"

"Iya, Abang tahu. Sayang, besok anak kita kayak Abang kan, ganteng nya?" Radit menoleh pada Mawar meminta dukungan.

"Semoga saja ganteng nya kayak Mas Radit, tapi sifatnya jangan" Jawab Mawar dengan di akhiri senyum manis ke arah Radit.

Semua orang tertawa dengan jawaban Mawar. Wajah Radit tertekuk. Tapi belum ada dua menit, dia membawa Seka yang sudah berada dalam gendongan nya menuju Mawar.

"Kamu pegang Seka dulu" Radit menyerahkan Seka pada Mawar. Setelah berpindah tempat, Radit mengambil handphone nya dari dalam tas Mawar, dan menyerahkan pada Papahnya.

"Buat apaan?" Tanya Papah bingung.

"Buat fotoin Radit dan Mawar" Radit berjalan menuju Fasha, dan mengambil alih menggendong Erka. Dan membawa ke tempat Mawar berdiri. "Ayok, Pah"

"Papah jadi fotografer?"

"Iya, sebentar aja. Nggak makan waktu satu jam, kok"

"Kamu ini, Mas!" Mawar greget dengan Radit. Ingin nyubit tapi sedang nggendong si mungil Seka. Mau gigit lagi di depan keluarga.

Semua orang yang hanya diam ketika melihat Radit yang berjalan mondar mandir, seketika membulatkan matanya ketika ternyata Radit hanya akan berfoto dengan menggendong sang keponakan.

"Yang penting hati Radit bersorak gembira" Gumam Papah membuat semuanya tertawa.

Cekrek! Satu foto tersimpan.

"Yang pakek filter love love di ig juga ya Pah"

"Sandinya apa? Segala di sandi lagi. Ribet banget, deh" Gerutu Papah.

"Radit dan Mawar"

Cekrek! Foto kedua sudah tersimpan.

"Yang ada glowing-glowingnya juga Pah" Pinta Radit lagi.

Mawar jengah dengan Radit yang terus saja ada maunya. Semua orang hanya mengedikkan bahu dengan hanya menjadi penonton.

"Radit! Jidat kamu lebar, kok mau pakek filter yang glowing. Tambah mengkilat, nanti" Bunda tiba-tiba memunculkan kata yang membuat semua orang menahan tawanya.

Papah yang sedang mencari filter glowing di Ig punya Radit mengangguk antusias dengan perkataa Bunda.

Sabar Radit, sabar! Untung ada istri yang selalu membuat semangat setiap di bully Papah dan Bunda. Batin Radit berkata.

Setelah menikah memang Radit meminta untuk tinggal di rumah orangtua nya dulu sekaligus menunggu kedua adiknya melahirkan. Baru setelah ponakannya lahir, dia dan Mawar akan menetap di Jakarta.

Fasha dan Evi yang melihat semua anggota keluarganya bahagia merasa lega dan senang.

Sedangkan Fariz dan Eva sedang asyik dengan dunianya sendiri, yaitu sedang melihat-lihat baju bayi di aplikasi belanja online.

*°*°*
Assalamualaikum.

Masih ada Ekstra Partnya kok guys!!

Wassalamualaikum.

REVA Dan REVI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang