Rencana Hidup
Menjelang petang, kedai burger yang tak jauh dari area kampus Dongguk tampak lengang. Hanya beberapa orang yang saling bergantian keluar dan masuk untuk membeli dan di bawa pulang. Mereka yang makan di tempat pun tak berlama-lama menetap. Sementara itu, di salah satu meja yang agak jauh dari tempat memesan, Seung Gi dan Suzy tampak saling duduk berhadapan. Makanan yang mereka pesan beranjak dingin dan masih belum tersentuh sama sekali. Sejak kedatangan mereka sore tadi, Seung Gi sibuk dengan buku catatan lusuhnya sementara Suzy tampak sibuk dengan ponselnya.
"Apartemen dua kamar seharga 15 juta won pertahun, lokasinya tak terlalu jauh dari kampus. Hanya 20 menit dengan bus," Suzy membacakan hasil pencariannya. "Terlihat bersih dan terawat, satu kamar utama dan satu kamar yang berukuran lebih kecil dari kamar utama. Dapur sekaligus ruang makan, kamar mandi, satu ruang utama, jaringan internet."
Suzy menunjukkan gambar apartemen yang dimaksud olehnya pada Seung Gi. Seung Gi tampak memperhatikan satu persatu gambar yang ditunjukkan oleh Suzy.
"Terlalu jauh dari kampus. Aku akan tinggal sendiri setelah ini, pasti aku akan kesulitan bangun pagi. Bisa-bisa aku sering terlambat, apa lagi kelasku kebanyakan kelas pagi. Ada lagi yang kau temukan?"
Suzy menarik kembali ponselnya. Ia membuka situs web lain untuk mencari apartemen yang bisa disewa oleh Seung Gi. Dengan bertopang dagu, Seung Gi menunggu hasil pencarian Suzy.
"Bagaimana dengan ini? Satu kamar 9 juta won pertahun, kamarnya cukup luas. Ada dapur dan ruang utama serbaguna. Kamar mandi di luar kamar. Lebih dekat daripada apartemen yang tadi," tanya Suzy sembari menunjukkan gambar apartemen yang ditemukannya lagi. Seung Gi memperhatikannya sebentar dan menggeleng.
"Hanya satu kamar, kalau ada tamu yang akan menginap kan tidak lucu kalau dia harus seranjang denganku," kelakar Seung Gi.
"Ah iya, kau benar juga," Suzy mengangguk-angguk. Ia kembali menarik ponselnya dan mencari informasi lain.
"Ini? Lokasinya berada di antara Namsan Park dan kampus. Harganya 28 juta won pertahun. 3 kamar, 1 kamar utama dengan kamar mandi dalam. Dua kamar lainnya lebih kecil dari kamar utama. Ada satu kamar mandi luar. Bagian dapur dan ruang makan tanpa sekat, dan satu ruang utama."
Seung Gi tampak menperhatikan catatan keuangannya. Ia masih punya cukup uang untuk menyewa apartemen itu. Selama ini, ia bekerja keras tapi tak banyak mengeluarkan uang karena selalu terbayang bahwa dirinya akan mati di usia 30. Ia selalu berpikir tak perlu rasanya memiliki banyak aset selain tabungan yang akan diberikan pada orang tuanya. Meskipun orang tuanya juga termasuk keluarga yang berkecukupan, tapi Seung Gi merasa harus menyisihkan untuk mereka.
"Coba kulihat," pinta Seung Gi. Suzy menyerahkan ponselnya pada Seung Gi. Pria itu mengangguk-angguk saat melihat detail dari apartemen tersebut.
"Bagaimana menurutmu? Kalau kau tinggal di sana, apa kau menyukainya?" Tanya Seung Gi. Mendengar pertanyaan Seung Gi, Suzy sedikit tergagap. Jantungnya berdesir. Tangannya mendadak dingin.
"Ya?" Suzy berusaha menghilangkan kegugupannya dengan menanyakan maksud Seung Gi.
"Kalau kau punya dana cukup dan membutuhkan apartemen untuk tinggal, kau akan mengambil apartemen ini atau tidak?" Tanya Seung Gi lagi. Kali ini dengan diksi yang tidak membuat Suzy semakin gugup.
"Oh..." Suzy menarik napas sebentar. "Kalau kulihat dari fasilitas yang ditawarkan, sepertinya aku tertarik. Apalagi ini dekat dengan kampus. Kau bisa ke kampus dengan jalan kaki sehingga kau bisa menghemat biaya transportasi," jelas Suzy. Seung Gi meraba dagunya dan mengangguk-angguk.
"Baiklah, akhir pekan nanti kita cek ke sana. Nanti akan kuhubungi brokernya."
Seung Gi mencatat kontak penyedia jasa apartemen yang telah dipilihnya itu. Setelah mencatatnya, Seung Gi tampak mengetuk-ngetukkan pulpennya di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
99th Life (Lee Seung Gi x Bae Suzy)
Fanfiction[LENGKAP] Lee Seung Gi tengah menjalani hidupnya yang ke 99. Di kehidupannya ke 99 ini, ia menjadi seorang dosen di Universitas Dongguk. Berbagai hal telah disiapkannya sebelum kematiannya yang ke seratus. Namun, pria itu berhasil membuka matanya ke...