Bagian 14

380 75 58
                                    

Perihal Takdir Baik dan Buruk

Langit sedang cerah-cerahnya malam itu. Kerlingan bintang sesekali dapat tertangkap mata telanjang. Selengkung rembulan turut meramaikan langit malam yang seolah sedang berada dalam kebahagiaan terbaiknya. Di bawah temaramnya, manusia dengan segala hiruk-pikuk aktivitasnya sebagian besar acuh pada indahnya langit malam.

Sayangnya, indahnya langit malam ditangkap berbeda oleh Suzy dan Seung Gi. Lengkungan rembulan sabit seperti turut menertawakan dua orang yang duduk berdampingan di salah satu kursi taman kota sembari memegang corndog di tangan masing-masing. Keduanya sama-sama menatap langit berbulan sabit dengan pikirannya sendiri-sendiri.

Bicara soal takdir memang tiada habis. Siapa yang bisa memperkirakan takdir yang tengah dijalani? Peramal pun hanya meramalkan dan sangat mungkin meleset. Apalagi mereka? Dua orang yang dibekali –atau dikutuk- dengan kemampuan yang sangat tidak membantu dan justru membuat mereka takut untuk melangkah ke masa depan.

"Kau yakin akan mencari cara tentang prosesi menghapus ingatan itu?" tanya Seung Gi. Matanya masih menatap lengkung rembulan yang cahayanya semakin kentara.

Suzy tak menjawab. Ia malah menggigit corndog di tangannya dan mengunyahnya dengan perlahan. Seung Gi menarik napas panjang dan mengalihkan pandangannya pada Suzy.

"Kau sebenarnya ragu-ragu, kan?" tanya Seung Gi lagi. Suzy menelan kunyahannya dan tampak sedikit menunduk.

"Entahlah. Aku ingin melakukannya untuk tahu bagaimana sebenarnya takdir yang kita jalani. Tetapi, kenapa harus terburu-buru? Bukankah katamu kalau kita menjalani takdir baik, pada akhirnya kita akan menikah dan memiliki anak sebagai penetral kita berdua?" ucap Suzy. "Kita bisa menunggu sampai saat itu kan?" lanjut Suzy lagi.

"Haruskah kita melakukannya segera?" tanya Seung Gi yang berhasil membuat Suzy menoleh ke arah pria itu.

"Kau sendiri belum yakin terhdap perasaanmu padaku. Aku tidak mau menikah dengan seseorang yang tidak mencintaiku," ucap Suzy jujur dan berhasil membuat Seung Gi mematung.

"Memangnya kau sendiri sudah yakin benar-benar menyukaiku? Bukan karena soal takdir-takdir ini?"

Suzy kembali terdiam. Ia kembali menatap langit yang bersih dari sapuan awan barang sekelebapun. Gadis itu menarik napas panjang dan melepaskannya perlahan. Ia kembali menatap ke arah Seung Gi.

"Ya, aku yakin. Kalau tidak, aku tak mungkin menginginkanmu tetap hidup di hari ulang tahunmu yang ke 30," ucap Suzy. "Bahkan duduk seperti ini bersamamu membuat jantungku seperti ingin meledak. Jika aku tak menyukaimu, aku tak akan seperti ini."

"Memangnya, kalau menyukai seseorang, jantung akan terasa seperti meledak? Saat aku menghadapi Se Hyeong, jantungku juga akan meledak. Apa artinya aku menyukai Se Hyeong?" tanya Seung Gi yang tak pelak membuat Suzy tertawa lepas. Seung Gi menatap Suzy dengan tatapan heran.

"Yaa, apa yang lucu? Aku bersungguh-sungguh dengan pertanyaanku," ucap Seung Gi. perlahan, Suzy berusaha mengendalikan tawanya.

"Maaf maaf, tapi kau ini polos sekali, Seung Gi-ya! Aku jadi tidak yakin kau benar-benar hidup hampir 3000 tahun. Selama ini kau benar-benar belum pernah menyukai seorang perempuan?" tanya Suzy. Seung Gi mengangguk.

"Mungkin memang harus dipertemukan denganmu dulu baru aku merasakan rasanya menyukai seseorang," ucap Seung Gi. Wajah Suzy terasa panas. Gadis itu sedikit menunduk dan berdehem.

"Bagaimana dengan Seo Yun?" tanya Suzy yang berhasil membuat wajah kesal Seung Gi terpancing keluar.

"Haruskah aku menjelaskan panjang lebar lagi padamu?" ucap Seung Gi yang berhasil membuat Suzy kembali tertawa. Gadis itu kembali menghadap depan dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Ia kembali menggigit corndog-nya. Seung Gi pun turut menikmati makanannya saat melihat Suzy makan dengan lahap.

99th Life (Lee Seung Gi x Bae Suzy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang