Apartemen Baru
Tanpa terasa, akhir pekan telah tiba. Di Sabtu pagi yang cerah, Seung Gi telah rapi dengan pakaian kasualnya. Sebelum pria itu benar-benar meninggalkan kamarnya, ia memerika penampilannya untuk terakhir kali. Setelah yakin dengan penampilannya, Seung Gi bergegas keluar.
Di kursi makan, Sang Yoon tampak tengah menikmati kopi panasnya sembari memainkan ponselnya. Fokusnya beralih ke Seung Gi ketika pria itu muncul dari kamarnya.
"Bagaimana penampilanku, Hyung? Tidak terlalu buruk kan?" Tanya Seung Gi. Sang Yoon mengacungkan jempolnya.
"Kau yakin tak mau membawa mobilku?" Tanya Sang Yoon.
"Tidak. Kau memerlukannya kan? Seingatku kau juga mengajak Seo Yun pergi hari ini."
"Ah, kami hanya mau ke toko buku sebentar, naik kendaraan umum masih bisa."
Seung Gi tertawa kecil. Tentu saja ia tak mau mengganggu jadwal kencan orang-orang pintar itu.
"Pakai saja, Hyung. Aku berangkat sekarang ya," pamit Seung Gi.
"Baiklah kalau begitu. Selamat bersenang-senang," jawab Sang Yoon.
Seung Gi berjalan ke pintu keluar dan meninggalkan unit apartemen Sang Yoon. Ia menyetop taksi dan meminta sopir taksi mengantarkannya ke rumah Suzy. Tak lupa, Seung Gi mengabari Suzy bahwa dirinya sudah berangkat agar gadis itu bersiap.
Jalanan yang lengang membuat Seung Gi tak memerlukan banyak waktu untuk tiba di rumah Suzy. Gadis itu telah menunggu Seung Gi di depan pintu gerbang rumahnya. Seung Gi segera turun dari taksi dan membayar biaya perjalanan dari apartemen Sang Yoon sampai ke rumah Suzy. Usai mendapat bayarannya, taksi tersebut memutar balik, meninggalkan area rumah Suzy.
"Kau yakin kita akan berjalan saja? Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di lokasi apartemen itu," Suzy memastikan sekali lagi. Seung Gi mengangguk.
"Kenapa? Kau keberatan?" tanya Seung Gi. Suzy menggeleng.
"Ayo kita berangkat!" ajak Suzy. Gadis itu mengulurkan tangannya pada Seung Gi. Dengan seulas senyum yang merekah, Seung Gi meraih tangan itu dan menggenggamnya erat. Keduanya berjalan beriringan meninggalkan area rumah Suzy, menuju ke lokasi apartemen yang akan ditinjau oleh Seung Gi.
***
Daun-daun kering mulai menghiasi trotoar tempat Seung Gi dan Suzy berjalan, pertanda musim gugur sebentar lagi datang. Sesekali, terdengat derak daun kering yang terinjak oleh dua insan yang berjalan beriringan tersbut. Suzy melingkarkan lengannya di lengan Seung Gi, seolah tak ingin melepaskannya barang satu detik pun.
"Kuharap saat kita tua nanti, kita masih bisa berjalan bersama seperti sekarang ini. Tak peduli wajahku yang sudah keriput, atau rambutmu yang kelak sudah memutih, kita tetap bisa menikmati setiap detik kebersamaan kita," ucap Suzy. Seung Gi menoleh ke gadis yang masih dengan nyamannya memeluk lengan kekarnya itu.
"Kuharap juga begitu. Masih banyak hal yang belum pernah kita lakukan bersama, dan kta harus melakukannya dalam jangka panjang. Kau percaya kan kita bisa melakukannya?"
Suzy mengangguk pasti. Sejak pertemuan dengan Mi Chan dua hari lalu, Seung Gi dan Suzy saling berjanji untuk tidak membicarakan perihal takdir buruk barang satu kata pun. Mereka saling berjanji untuk membicarakan hal baik tentang masa depan, membicarakan tentang rencana kehidupan ke depannya. Padahal, sampai detik ini, keduanya sama-sama belum menyatakan bahwa mereka saling mencintai.
Tapi, ketika jalan hidup sedang sulit-sulitnya, kehadiran untuk saling menguatkan jauh lebih penting daripada kata cinta bukan?
Semakin hari, keduanya semakin kalut, menerka-nerka apa yang akan terjadi hari ini, esok, dan seterusnya. Belum ada keputusan pasti yang akan mereka ambil, apakah mencoba melakukan prosesi penghapusan ingatan atau memilih mengikuti saja alur takdir yang akan mereka jalani. Suzy menghela napas panjang. Ia mengeratkan tangannya di lengan Seung Gi.
KAMU SEDANG MEMBACA
99th Life (Lee Seung Gi x Bae Suzy)
Fanfic[LENGKAP] Lee Seung Gi tengah menjalani hidupnya yang ke 99. Di kehidupannya ke 99 ini, ia menjadi seorang dosen di Universitas Dongguk. Berbagai hal telah disiapkannya sebelum kematiannya yang ke seratus. Namun, pria itu berhasil membuka matanya ke...