Bagian 21

347 61 30
                                    

Perpisahan Tanpa Salam

Malam berlalu dengan sangat lambat, baik bagi Suzy maupun bagi Seung Gi. Di kediaman masing-masing, keduanya sama-sama merenung, tak menghubungi satu sama lain. Seung Gi terus memutar otak agar Suzy tidak jadi berangkat ke Jeju hari esok, sementara Suzy terus memikirkan ucapan Seung Gi selama pertemuan singkatnya malam itu.

Aku tak akan menyerah, Suzy-ah. Apapun akan kulakukan karena aku sangat mencintaimu dan hanya ingin hidup sampai tua bersamamu. Kau harus mengingat itu baik-baik.

Deretan kalimat Seung Gi terus terngiang dalam pikirannya. Sungguh, Suzy pun ingin mewujudkan keinginan Seung Gi. tetapi, logikanya terus memintanya untuk berhenti melakukan hal yang mungkin akan sia-sia, menjalani semuanya seperti yang seharusnya terjadi.

Di ranjangnya, Suzy melipat kakinya hingga ke dada dan memeluknya. Gadis itu menengggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya. Ia kesulitan menghentikan tangisnya. Baru beberapa saat berhenti, ia akan kembali teringat perkataan Seung Gi dan kembali terbayang bagaimana pria itu berjalan melewatinya begitu saja. Lalu, rentetan kejadian saat dirinya melihat Seung Gi hampir mati setelah mereka selesai menjalani prosesi menghapus ingatan kembali tergambar dengan jelas. Tak perlu waktu lama, air mata Suzy kembali mengalir.

Apakah aku terlalu egois? Setelah nyaris merenggut nyawanya, lalu sekarang aku memilih untuk berhenti mengubah takdir kami, apa aku terlalu kejam padanya?

Suzy memukul-mukul kepalanya masih dengan terisak. Ia tak tahu harus bagaimana. Di lubuk hatinya yang terdalam, ia merasa takut bahwa mimpi yang didapatkan Seung Gi adalah sebuah pertanda jelas. Ia ingin menunda keberangkatannya ke Jeju seperti permintaan Seung Gi. Tetapi, Suzy juga menimbang-nimbang, jika dirinya tak jadi berangkat, akan muncul pertanda lain yang menunjukkan bahwa jalan mereka memang jalan yang tidak tepat.

Perlahan, Suzy mengangkat wajahnya. Gadis itu meraih ponselnya dan memeriksanya. Tidak ada pesan apapun yang masuk. Lebih tepatnya, tidak ada pesan dari Seung Gi yang masuk. Suzy meletakkan kembali ponselnya dan menghela napas panjang. Suzy sudah benar-benar menyerah kali ini. Ia akan tetap berangkat ke Jeju esok hari. Dipasrahkan semuanya pada jalan takdirnya dan Seung Gi.

Suzy menyalakan lampu tidurnya. Gadis itu segera turun dari ranjang dan mematikan lampu utama kamarnya. Setelah itu, Suzy merebahkan tubuhnya di ranjang dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Lagi-lagi, bayangan Seung Gi terlintas di pikirannya. Suzy menghela napas panjang.

Kalau takdirku dan Seung Gi memang baik, aku pasti bisa bertemu lagi dengan pria itu dalam keadaan baik pula, meskipun aku tidak tahu kapan.

Sementara itu, di kamarnya yang ada di apartemen Sang Yoon, Seung Gi masih belum terlelap. Otaknya benar-benar buntu untuk mencegah keberangkatan Suzy ke Jeju. Ia telah menghubungi Se Hyeong untuk menggantikan Seo Yun dengan dirinya, tetapi, Seung Gi malah mendapatkan semburan amarah dari Se Hyeong. Se Hyeong bahkan mengancam akan menetapkan peraturan yang sempat akan ditetapkannya tempo hari sehingga Seung Gi memutuskan untuk tak melanjutkan negosiasinya dengan Se Hyeong.

Perasaannya benar-benar tak nyaman malam ini. Rasanya ingin memohon, berlutut, bahkan bersujud pada Suzy agar gadis itu tak berangkat. Namun, Seung Gi juga sadar, sekalipun ia memohon seperti apapun, Suzy tetap akan berangkat, apalagi kepergiannya ke Jeju ini adalah utusan dari Se Hyeong juga.

Layar ponsel Seung Gi terus terpaku di kontak Suzy. Pria itu masih tak mampu menghubungi kontak itu meski sekadar untuk mengucapkan hati-hati di jalan atau meminta maaf mengingat besok Seung Gi tak bisa mengantar Suzy ke bandara karena harus mengajar di Gyeongju. Seung Gi tak mau mengucapkan salam perpisahan karena dirinya memang tak ingin berpisah dengan gadis itu.

99th Life (Lee Seung Gi x Bae Suzy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang