20.Rintik Hujan

173 17 4
                                    

Itung-itung bonus karna slow-up, kali ini aku bakalan ajak kalian travelling.
Travelling pikiran ke zona bahaya!


20.Rintik Hujan

'Dijatuhkan berkali-kali, bukan alasan untuk tak bangkit lagi. Menangislah jika itu menyakitkan, bukan menyerah! Indahnya pelangi muncul jika hujan lebat telah reda'

Malam ini suhu terasa begitu dingin, setelah sebelumnya hujan mengguyur ibukota. Namun bukan berarti aktifitas kota metropolitan ini akan terganggu karenanya. Nyatanya, jalanan tetaplah padat oleh lalu lalang kendaraan yang hendak berangkat maupun pulang ke tujuannya.

Diantaranya adalah sebuah taxi yang kini telah berhenti disalah satu rumah di deretan kompleks perumahan mewah. Seorang gadis keluar dari taxi tersebut sambil memasukkan tangannya ke saku hoodie putih yang ia pakai. Percayalah angin malam ditambah hawa dingin selepas hujan adalah cuaca yang tak baik untuk keluar rumah.

Dirinya segera melangkah menuju pos tempat satpam yang tempo hari pernah ia temui. Benar saja, dua orang pria paruh baya disana tengah sibuk menonton salah satu siaran televisi, sampai tak sadar jika ada orang di luar pagar.

"Assalamualaikum" Ucap gadis itu sopan.

Sontak dua orang pria itu menoleh, dan mendapati sosok yang memanggil mereka tengah berdiri kedinginan diluar pagar. Salah satunya segera keluar membukakan pagar untuk gadis itu.

"Eh, Non Retha. Maaf Non saya keasikan nonton sampai gak sadar ada Non disini. Mari masuk, disini dingin" Sambut Pak Slamet yang merasa tak enak.

Retha menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, berusaha bersikap sopan kepada Pak Slamet. Beliau selalu bersikap ramah membuat gadis ini menjadi segan kepadanya. Pak Slamet mengantarnya sampai di dalam, sambil memanggilkan orang rumah.

Gadis yang tadinya duduk disofa itu langsung berdiri ketika seorang wanita datang dengan senyuman lebarnya.

"Aduhh sayang, kenapa ga bilang kalo mau dateng. Bunda kira kamu ga jadi dateng karna hujan. Itu Si Bisma mau jemput takut kamu sibuk, nelfonin kamu katanya gak diangkat. Naik apa kesini?" Ucap Nara -bunda Bisma- bertubi-tubi.

"Hehe, dari pulang sekolah Retha gak megang hp bun, jadi gak tau kalo Bisma nelfon. Kebetulan mobilnya lagi dipake, jadi kesininya Retha naik taksi" Jawab gadis itu sopan.

"Eh duduk dulu, atau mau langsung samperin Bisma sama Anna? Udah nanyain terus si adek, ada di ruang tengah mereka, lagi belajar. Sekalian bunda bikinin minuman dulu" Tanya Bunda.

"Aduh jadi enak deh bun" Jawab gadis itu bergurau.

Wanita itu tertawa pelan, gadis ini begitu pandai membaur dengannya.

"Kamu ini bisa aja, yaudah samperin gih bunda ke belakang dulu ya" Ucap bunda sebelum berlalu ke dapur.

Sementara Retha mulai melangkah menuju tempat yang tak jauh darinya, semakin dekat suara kakak beradik itu semakin terdengar.

"Yhaaa, Anna pusing, bang. Tadi disuruh itung donat, sekarang capung lagi"

"Biar Anna paham, kan tadi baru belajar kurang-kurang. Sekarang giliran capungnya yang ditambah"

"Ganti aja deh bang, membaca aja. . . Ya bang, ya? Ya ya ya yaaa?"

Begitulah percakapan mereka yang dapat di dengar oleh Retha. Membuat gadis itu terkekeh geli dengan interaksi keduanya.

"Haaaiii, lagi belajar nih ceritanya??" Celetuk gadis itu setelah sampai di dekat mereka. Membuat dua orang itu langsung menoleh kearahnya.

"Kak cantik!"

ARETHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang