Hi! Gimana kabarnya? Semoga kalian sehat-sehat, karna aku disini juga sehat.
So, part ini masih tentang sambungan part kemaren, jadi. . .
Baca aja!
21.Melawan Takut
'Sedih? Sakit? Takut? Kecewa? Apalagi hal semu yang selalu menjadi favorit kaum remaja?'
"Thaa! Da-darah!!!" Teriak Bisma tatkala matanya melihat cairan merah keluar dari hidung gadis itu.
'Sialan kenapa harus sekarang sih?!' Batin Retha.
Gadis itu segera menunduk menghadap tembok, agar darahnya segera berhenti sekaligus berusaha tak menampakkan darahnya pada laki-laki itu. Lengan hoodie putihnya terpaksa ia gunakan untuk menyumbat darah yang terus keluar, agar tak menetes ke lantai.
"Keluar bego! Lo mau pingsan depan gue?!" Teriak gadis itu karna Bisma tak segera pindah darisana.
Namun bukannya mendengar suara langkah kaki menjauh, gadis itu malah merasakan tangannya di pegang pelan oleh seseorang.
"Ma-masuk, d-diluar dingin" Ucap Bisma gemetar seraya mengenggam tangan gadis itu.
Retha dapat merasakan tangan laki-laki itu gemetar sekarang. Hemophobia(Ketakutan terhadap darah) ataupun phobia lain bukanlah hal sepele bagi yang memilikinya. Mereka cenderung susah untuk mengontrol ketakutan atau reaksi lain yang timbul dalam diri mereka jika melihat suatu hal tertentu. Walaupun begitu, sebagian penderitanya malah berhasil sembuh dengan berbagai metode terapi yang dijalani.
"Masuk kamar Bim!" Ucap gadis itu.
Darah yang keluar semakin berkurang, dan gadis itu masih setia di posisinya menunggu tetesan darah dari hidungnya berhenti sepenuhnya. Genggaman ditangannya yang tadi longgar kini mulai mengerat.
". . .Tarik nafas, tahan, lalu buang pelan-pelan. Saya yakin kamu bisa taklukkan rasa takut itu. Trauma yang kamu miliki belum terlalu parah, tapi jika tidak dilawan atau hanya dibiarkan, bisa jadi ketakutan itu merembet ke hal lain. Dan itu akan sangat menyulitkan kamu dalam beraktivitas kedepannya."
Ucapan Dr.Martha yang menanganinya tempo hari terlintas di benak laki-laki itu. Tubuhnya sudah sedikit lebih rileks setelah mengikuti tips yang dianjurkan, dibanding sebelumnya. Benar, traumanya belum terlalu parah, melawan rasa takutnya adalah jalan keluar untuk sembuh.
"Masuk, gue ga mau mimisan lo tambah parah, diluar dingin" Ujar Bisma lirih.
Gadis itu mendengus, "Ya lo masuk duluan, kalo gue balik badan lo pingsan kan ga lucu" Jawab gadis itu.
Shtttt
Tanpa diduga Bisma membalikkan badan gadis itu hingga menghadap dirinya, tangannya yang tadi menggenggam erat lengan Retha digunakannya untuk menarik gadis itu kedalam kamar.
"Masih keluar darahnya?" Tanya laki-laki itu setelah mendudukkan Retha di sofa kamarnya.
Gadis itu menjawab dengan gelengan, darahnya sudah berhenti namun ia enggan melepaskan lengannya yang menutupi area hidung dan mulut. Takut jika Bisma akan pingsan tiba-tiba atau berlari kencang meninggalkannya seperti melihat hantu.
Laki-laki itu beranjak keluar dari kamar dengan cepat, dan tak lama kembali lagi dengan membawa nampan berisi sebaskom air, sapu tangan, segelas teh hangat dan pil penambah darah.
"Sini, gue bersihin dulu" Ucapnya sambil mengangkat sapu tangan basah.
Gadis itu menggeleng pelan, dan malah mengambil alih sapu tangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA [On Going]
Roman pour Adolescents🚩Terinspirasi boleh, Plagiat jangan🚩 [Update sesuai mood] . . . Ini hanya secuil kisah tentang Aretha, gadis berparas cantik namun dijuluki 'biangnya kejahilan' disekolahnya. Tiada hari tanpa teriakan kekesalan, semua pasti akan menjadi target ke...