27.Lari Tera lari!!!

114 12 12
                                    

Hai hai hai!!!
Berapa abad nih nggak dapet notif Aretha up?😂
Eh, gimana kabar kalian? Semoga sehat-sehat ya!
Udah siap blm sma kelanjutannya Aretha???

Satu pertanyaan deh,
Lebih suka hujan atau senja?

Well, Happy Reading! ! !

27. Lari Tera lari!!!

'Kelamaan hiatus, jadi buntet ide nulisnya'
-Author




Dinginnya udara malam dan embun selepas hujan nampak seperti perpaduan yang pas untuk berdiam di dalam rumah sekedar bermalas-malasan. Namun tidak untuk beberapa remaja ini, mereka malah mengeratkan kain tebal yang melekat pada tubuh dan berkumpul di ruang terbuka.

Di depan sebuah apartemen elit, mereka berdiri dekat dengan beberapa mobil lainnya, beradu saran tentang masalah mereka kali ini.

"Ponselnya masih ga aktif"
"Anak-anak sekelas juga pada ga tau"

"Gue udah bilang balik kesekolah!" Ucap Bisma ditengah perdebatan.

Dion, Doni, Bram dan Gilang yang sedari saling adu pendapat itu seketika diam tak bergeming. Eja tetap merangkul Mozza, mencoba menenangkan gadis itu sambil terus memantau perdebatan tadi.

Sedang gadis berbando yang tak jauh dari mereka sudah menangis sesenggukan sambil memeluk Nayya yang terlihat  pasrah-pasrah saja diperlakukan begitu. Bahkan cardigannya sudah mulai terkena ingus gadis itu, namun ia biarkan saja.

"Ck, gerbangnya aja udah tutup, Bim. Sekolah sepi, kalo Retha masih disekolah pasti dia bakalan nunggu deket gerbang buat sekedar nyari tumpangan atau minta b-"

Bisma memotong ucapan Gilang, "Gimana kalo dia kenapa-napa?!"

Urat-urat mulai nampak,
"Apa ceritanya bakalan sesimple pendapat lo?"

Gilang diam, ia tak dapat menyangkal ucapan Bisma sebelumnya. Termasuk juga semua remaja yang mendengar ucapan Bisma tadi.

Bisa jadi pendapat laki-laki itu benar, karna memang mereka semua sudah sempat berpencar sedari tadi, mencari keberadaan gadis itu di berbagai tempat atau mengunjungi orang-orang yang kemungkinan gadis itu kenal. Nihil. Tak ada tanda-tanda gadis itu terlihat.

Dan semua serempak kembali dengan gelengan.

"Yaudah nunggu apalagi?! Kita cari kesana" Gerutu Doni.

---

Angker. Satu kata yang menggambarkan tempat ini. Taman samping sekolah yang letaknya sedikit menjorok, membuatnya jarang bahkan hampir tak pernah dikunjungi. Semak belukar dan lumut mungkin sudah identik dengan tempat ini.

"Sekarang gimana, Tha? Kita nggak mungkin balik kesana lagi, hiks hiks" Isak gadis pelan itu sambil bersandar di dinding yang sudah sedikit berlumut.

Gadis disebelahnya hanya menggeleng lemah, bahkan untuk berdiri saja ia tak sanggup. Berlari mengitari setengah dari area sekolah terasa sangat melelahkan, apalagi ia belum mengisi ulang energinya. Hah, jangankan berdiri untuk mendongak saja ia tak kuat.

Teringat saat kakinya hampir saja tertangkap oleh orang tadi, untungnya dengan sigap ia bisa melompat keluar jendela. Sudah dibilang, kelincahannya itu sungguh mengesalkan. Disaat seperti tadi bisa-bisanya hilang dan membuatnya hampir tertangkap. Apalagi saat ia dan Tera terpaksa loncat dari lantai dua. Tak ada waktu untuk mencari jalan lain, satu-satunya yang ada hanya tumpukan batu-bata dibawah mereka. Ya, loncat ke sana lebih baik dibanding harus meloncat lebih jauh ke tanah. Bisa-bisa tubuh mereka cedera.

ARETHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang