22. Cinta

205 37 0
                                    

Kringg...

Bel sekolah berbunyi tanda istirahat di sekolah Alister, Riski dan Akio bergegas keluar untuk rapat ekstrakurikuler karena minggu depan adalah hari pertandingan basket melawan SMA/SMK/Ma sederajat.
Kompetisi besar akan di gelar, Diona sedang sibuk latihan formasi dengan kelompok cheerleader untuk acara itu pula, sementara Alister dan Akira akan menyoraki mereka dari kursi penonton nantinya.

Doni yang dari jurusan film ditugaskan untuk membentuk kelompok dengan junior lalu meliput acara itu.
Kebetulan yang tepat, dia satu kelompok dengan Doni, Siska, dan juga Citra hanya beranggotakan empat orang saja kelompok itu.

Hari itu akhirnya tiba.
             ***
Suasana riuh, ramai dengan sorakan yang bersahut-sahutan, tak disangka di tengah permainan, salah satu anggota team basket sekolah Alister mengalami cedera di awal permainan dan pemain pengganti belum datang, Akio dan Riski memaksa Alister.
Awalnya ia tak mau tapi ia terpaksa dan seperti biasanya ia selalu hebat dalam hal apapun. Hasil akhirnya adalah mereka menang pertandingan melawan dua SMA lain dan akan dilanjutkan lain hari.

"Wahh hebat ya dia," sahut salah satu anggota cherrleder yang masih berdiri di tepi lapangan.
"Hei Taro, siapa dia?" tanya ketua cherrleder yang bernama Tari pada anak yang sudah biasa jadi pelayannya yaitu Taro si gadis tomboi.

"Alister, dia adik kelas. Sepupu Diona," jawab Taro sembari melempar pandangan ke arah kirinya.
Di sana Diona sedang berdiri menonton basket, Tari menghampirinya.
"Diona, sepupu lo tampan dan hebat, gue tertarik." Tari memang begitu selalu ceplas ceplos dan asal dalam mengungkapkan perasaan.
Tatapan sinis Diona mengarah ke mata Tari.
"Dia bukan sepupu kandung!" kecam Diona lalu ia pergi dari lapangan basket.
"Lah sepupu protektif banget," keluh Tari.

Sementara itu kelompok Doni pun selesai meliput dan harus mengerjakan hal lain seperti membuat laporan, mereka memutuskan ke rumah Siska untuk mengerjakannya.
Antara Doni dan Iva sekarang sudah tak saling sapa.

Mereka berempat tiba dan langsung menuju ruang tamu rumah Siska lalu membuka laptop yang diletakan di atas meja kaca.
"Eh Don, bantu bawain cemilan sama air dong. Yuk ke dapur," pinta Siska pada Doni.
"Oke," jawab Doni tersenyum lebar.
Mereka pergi, tersisalah Iva dan teman dekatnya si Citra.
"Va."
Panggilan Citra membuat perhatian Iva teralih dari laptop yang sedang dilihatnya.
"Hm?"jawab Iva sambil sedikit mengangkat alis.
"Gak sedih?"
"Ke ... kenapa?"
"Kak Doni akhir-akhir ini kayak cuek ke lo bahkan mandang lo aja kayak gak mau, dia deket banget sama kak Siska, yah walau lo gak ada perasaan apa-apa tapi selama ini kak Doni care sama lo dan manusiawi kalau kita sebagai manusia bakalan sedih kalau perhatian seseorang ilang," ujar Citra.
Iva membawa pandangannya kembali ke arah laptopnya.
"Gak sedih, jangan dibahas." jawabnya.

Entah kenapa hati tak bisa ditipu, ada perasaan tak nyaman saat Citra mengatakan itu padanya.

Doni dan Siska kembali dengan nampan berisi teh juga beberapa jenis biskuit.
Mereka berempat duduk di sofa dan memandang laptop masing-masing.
"Nih makan," ujar Siska dalam keheningan di ruangan itu, ia bicara pada Doni sambil menyompolkan biskuit ke mulut Doni.
Mereka berdua terlihat bahagia dan tertawa bersama, entah mengapa lagi lagi Iva merasa panas dalam hatinya.

Iva mempunyai hal yang tak dia mengerti, ia mendekati Doni yang duduk di samping Siska sembari Iva membawa laptop di tangannya.
"Emm ... Gue mau..."
"Siska, tolongin Iva," ujar Doni pada Siska.

Bagaikan ada sebuah belati terselip yang diam-diam menggores hati Iva.
Iva tertunduk, ia yang semula ingin bertanya pada Doni lalu bertanya pada Siska.
Akhirnya mereka memutuskan untuk mencukupi pekerjaan hari ini dan melanjutkan besok di rumah Iva.

Keesokan harinya Citra bersamaan sampai di rumah Iva dengan Siska dan Doni yang pergi berboncengan.
Di sana ada laki-laki yang pernah Doni lihat, Dia mempersilakan mereka bertiga untuk masuk.

Death Story!(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang