25. Zombie(3)

174 33 4
                                    


Malam itu jam menunjukan pukul 11 malam, Diona tersadar dari tidurnya.
Ia haus dan menuju ke dapur untuk minum, saat malam tentulah lampu di matikan.
Ia membuka kulkas dan sudah meraih sebotol Tupperware di tangannya, saat menoleh ke belakang seperti ada seorang pria duduk di kursi dapur sedang membelakanginya.
"Kak Doni?" panggilnya.

"Slurppp...rghhm."
Kebetulan ia mengocek ponsel di saku baju tidur hellokity yang ia pakai.

Perlahan ia meraih ponsel di sakunya lalu menghidupkan senter di ponselnya.
"Aaaa...." Diona seketika pingsan di sana dengan ponsel dan botol yang terlepas pula dari tangannya.

Sesosok zombi tengah memakan sebuah otak, entah dari mana makhluk itu bisa ada di sana.
Alister yang kamarnya paling dekat dengan Diona mendengar suara itu dan langsung ke dapur menghidupkan lampu.

Ia melihat Diona terkapar di lantai dekat kulkas, ia pun mengangkat Diona dan meletakkannya di tempat tidur kamar Diona setelah itu ia ke dapur untuk mengambil ponsel.
Tak ada siapapun di sana.

Alister menuang segelas air dari botol yang sudah dijatuhkan Diona, lalu ia duduk di kursi dapur yang juga terdapat meja kaca.

Setelah minum Alister menyandarkan dagunya ke tangannya.
Sikunya menempel ke meja itu, ia menyadari ada sesuatu melekat di sikunya yaitu sebuah cairan berwarna hitam.
.
.
.

Keesokan paginya, Alister sudah siap dengan pakaian seragam lengkap.
Ia ke kamar Diona untuk menyusulnya sarapan tapi Diona ternyata belom bangun, wajahnya sedikit pucat.
Alister selangkah lebih maju mendekat dan merasakan suhu Diona lewat keningnya.

Alister lalu kembali ke meja makan.
"Mana Diona?" tanya Dion.
"Dia sakit ayah, hari ini izin sekolah," jawab Alister.

Semua orang di pagi hari melakukan aktivitas kecuali Diona yang masih terbaring.
Diona bangun dan jam kecil hellokity di atas meja samping tempat tidurnya menunjukan pukul 06.45 dengan bergegas ia melompat dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk bersiap, meskipun tau akan terlambat tapi ia masih pergi ke sekolah karena akan ada rapat hari ini yang membahas lomba olimpiade matematika.

Sepanjang jalan ia menggerutu, ia naik bis dan bertemu dengan si anak baru yang bernama Ervan.
"Hai, boleh duduk di sini," cetus Ervan sembari menatap kursi bis kosong yang ada di samping Diona.
"Silahkan," balas Diona.

"Kau Diona kan?" Ervan menembus dinding canggung antara mereka berdua dari tadi.
"Iya, kau Ervan kan," balas Diona.
"Iya, aku juga akan menjadi patnermu dalam matematika. Mohon bantuannya."

Mereka bicara cukup panjang lebar, sedikit candaan juga terselip antara mereka, setelah sampai di sekolah tentunya mereka dihukum bersama.
Setelah lelah membersihkan toilet dan menyapu ruang guru, mereka tak langsung kembali ke kelas melainkan ke kantin.

Masing-masing dari mereka memesan es.
"Eh Diona."
"Hem?" jawab Diona sembari mendekatkan sedotan ke arah bibirnya.
"Sayur sayur apa yang suka muncul di akhir cerita?" tanya Ervan.
"Oo jadi main tebak-tebakan nih ceritanya," tandas Diona.
"Udah jawab aja," sahut Ervan.
Diona menjelingkan matanya ke atas sambil menggerakkan mulut ke samping.
"Gak tau, nyerah," ujarnya setelah berpikir.
"Jawabannya tomat, lagi ya," pinta Ervan.
Diona mengiyakan karena sudah tanggung untuk masuk kelas, karena sudah mau istirahat.
"Buah buah apa yang cocok buat jomblo?"
"Buah pencari pasangan," jawab Diona asal.
"Hehe salah," balas Ervan.
"Buah apaan dong?"
"Buahahahah."
Mereka tertawa bersama dan beberapa menit kemudian bel berbunyi.
Alister, Akio, Riski dan Dityo menuju kantin untuk makan.

Mereka berempat bertemu dengan Diona dan Ervan.
"Eh itu Diona," tunjuk Riski sebelum sampai ke kantin.
Alister bergegas ke sana.
"Diona?" panggil Alister.
"Eh Alister."
Tiba-tiba Diona teringat rapatnya saat istirahat dengan cepat ia menarik pergelangan tangan Ervan dari kantin itu.
"Ervan, rapat olimpiade."

Lalu ia pergi dari sana, meninggalkan Alister, Akio, Riski, dan Dityo, mereka berempat pun duduk untuk makan di sana.
Alister hanya mengaduk aduk nasi kuning yang ia pesan sementara yang lain sudah mau habis.
"Kenapa sih lo?" tanya Dityo yang ada di depan Alister.
"Aku kenyang, mau ke kantin," jawab Alister.
"Lah ini kan kantin," sergah Akio yang tepat ada di sebelah Alister.
"Ma-maksudnya perpustakaan," jawab Alister.

Alister meninggalkan mereka bertiga yang sedang makan dengan nasi di piring yang tak sesuap pun ia sentuh.
"Kayaknya Alister cemburu," sahut Riski dengan mengunyah makanan di mulutnya.
"Ngada-ngada, mereka kan saudara," jawab Dityo yang ada di samping Riski.
"Cemburu sebagai abang maksud gue," balas Riski.
Tentunya semua orang hanya tau bahwa Diona dan Alister adalah saudara kandung bukan saudara angkat.

Hari itu setelah jam istirahat kedua saat-saat terakhir belajar mereka mendapatkan jam kosong, Riski bercerita tentang zombi pada Dityo teman sebangkunya, hal itu di dengar Alister dan Akio yang berada di depan bangku mereka.
Mereka pun menyatukan meja berempat, Diona yang melihat itu ikut memindah bangkunya ke sana ditambah dengan Akira.
Jadilah mereka membentuk persegi di meja Riski dan Dityo.
"Ngapain kalian kumpul gini?" tanya Diona.
"Gue mau cerita, ini cuman cerita singkat tapi kalian rame banget," sahut Riski.
"Udah buruan Gue penasaran, katanya tentang zombi," timpal Dityo.
"Jadi kata papa gue vampir kemarin bukan cuma di sekolah kita yang masalah pembunuhan dan zombi ini juga udah meresahkan semua kalangan walau belom menyebar tapi beberapa laporan kepolisian bilang kalau makin bertambah kalau dibiarin mungkin bakalan banyak," jelas Riski.
"Pembunuhan wanita?" tanya Dityo yang belum tau.
"Nanti deh gue jelasin, intinya kita bakalan libur panjang kalau kasus zombi makin banyak, yeayyy!" ujar Riski yang membuat semua orang menatapnya.
"Gesrek lo," ujar Akio pada Riski.

"Se-semalam gue liat zombi di dapur."
Ucapan Diona membuat mereka terdiam.
"Kita harus selidiki." Jawaban Alister membuat mereka semua tersentak.
"Gila, gak ada hubungannya sama kita, gimana juga cara nyelidikinnya. Dari mana?" sergah Dityo.
"Iya," tambah Akira sedikit merinding.
"Hehe," jawab Alister cengengesan.
"Eh nanti malam kan ada tugas kerjain sama-sama yok," ajak Akio.
Mereka semua mengiyakan dan berencana mengerjakannya di rumah Alister dan Diona.

Death Story!(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang