Epilog

247 33 6
                                    

Sang raja telah mengangkat tinggi dua benda itu, pedang di tangan kanannya dan kunci di tangan kirinya.
Sang raja bermaksud menebas lehernya lalu membuat permohonan pada detik-detik kematiannya, meminta bahwa semua musuhnya tumbang begitu saja sehingga Dynamid akan dipimpin Ervan, Memars akan dipimpin Alister, Jiramda akan dipimpin oleh Diona sebagai satu-satunya keturunan yang selamat, dan Akio kembali memimpin Simo.
Dengan begitu akan terjadi kedamaian pada empat kerajaan.

Ervan melihat ayahnya hendak menebas leher, ia lalu berdiri dari kuda dan terbang ke arah ayahnya, ia mengambil kunci jiwa dan pedang dari tangan ayahnya lalu terbang di atas kepala semua orang, sangat tinggi ia terbang di atas beribu pasukan.

"Aku yang akan melakukannya!" teriak Ervan yang didengar semua orang, sementara Kino tidak mengerti apa yang tengah dilakukan Ervan.

"Tidak Ervan!" teriak sang raja.
"Ervan jangan bodoh!" teriak Alister.
"Ini adalah hasil karma dari rasa iri..." teriak Ervan yang dimaksudkan untuk Alister.

Ervan lalu menebas lehernya dengan pedang ayahnya, menggenggam erat kunci jiwa di tangan satunya sembari hatinya membuat keinginan.
"Aku ingin negeri Memars kembali seperti dulu, tidak berbentuk kerajaan seperti ini, yang terpenting aku ingin semua kondisi kembali seperti semula, dimana Alister terlahir kembali dari usia kecilnya di bumi dengan perasaan bahagia tanpa gangguanku." Ervan berujar sembari tubuhnya mulai perlahan jatuh terus ke bawah.
Ingatan-ingatan pun ikut tergambar di kepalanya mengenang kejahatan yang pernah ia lakukan di bumi, hatinya sekarang ini sama sekali tak menentang tindakannya.
"Aku yakin ini karma yang harus dibayar," sekali lagi ia memendam suara hatinya tanpa ada penyesalan atas kematiannya.

Alister yang melihat itu lalu menyusul Ervan, Alister terbang di atas kepala para pasukan menyambut Ervan yang tengah sekarat dan terus jatuh ke bawah.

Di atas sana mereka berpelukan untuk yang terakhir kalinya.
"A-aku ingin kau kelak bermain dengan anak lain tanpa harus bersembunyi, jadilah anak ibu Sumi yang bahagia nanti," ujar Ervan dalam pelukan kakaknya dengan darah yang keluar di sudut bibirnya tak lupa pula senyuman yang terukir jelas.
"Ervann..." balas Alister lirih.

Diangkasa, tubuh Ervan perlahan menjadi puing-puing abu berwarna hitam seiring dengan hilangnya pasukan Simo dari tempat mereka berada.

___________Tamatttt______________

Death Story!(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang