19. Mereka Tumbuh Dewasa

218 33 0
                                    

Jam berputar bagai roda sepeda, sudah 4 tahun berlalu semenjak kepergian Sumi.
Kini Alister dan Diona sudah berumur 14 tahun sebentar lagi mereka berusia 15 tahun dan akan memasuki SMA sedangkan Doni berumur 18 tahun menuju 19 tahun ia sudah berkuliah selama hampir setahun di jurusan perfilman.

Akira sepupu Diona pun begitu, mereka bersekolah di SD, SMP, dan SMA yang sama.
Di batas sekolah dasar, mereka berpisah dengan Akio dan Riski.
Tapi kali ini di hari pertama masuk SMA Alister, Diona, dan Akira yang mulai tumbuh dewasa bertemu kembali dengan Akio dan Riski di SMA setelah terpisah di bangku SMP.
Riski dan Akio tak terpisah juga dari SD sampai sekarang mereka mulai masuk SMA.

Hari pertama orientasi studi (ospek) SMA adalah pertama kali mereka reuni saat terakhir berpisah sewaktu SD.

Di parkiran motor Alister dan Diona yang pergi berboncengan bertemu dengan Akio dan Riski yang juga berboncengan.
Saat diparkiran Akio berhenti mendadak membuat Alister yang ada dibelakangnya menabrak motor Akio.
Sesama motor ninja itu bertabrakan, saat ingin marah mereka malah reuni dan saling sapa.

Saat ospek mereka selalu berlima Alister, Diona, Akio, Riski dan Akira.

Hari pertama itu adalah hari mengelilingi sekolah dan pengenalan ekstrakulikuler di sekolah.
Masing-masing saling mempromosikan kegiatannya.

Akio dan Riski tentu saja memilih ekstrakulikuler pemikat wanita yaitu basket, tujuan mereka adalah terlihat keren.
Alister mengambil ekstrakulikuler seni lukis bakat itu tumbuh sejak SMP, Akira menggeluti bidangnya yang sedari dulu ia tekuni yaitu bermusik terutama piano dan biola, Akira ikut team cheerleader karena ia ingin fokus pada akademik dan mengikuti olimpiade matematika jadi ia tak begitu memusingkan ekstrakurikuler.

Lebih hokinya lagi mereka tak hanya reuni tapi mereka semua sekelas dengan susunan bangku yang sama seperti dulu saat SD.

"kembali sendiri gue," sahut Riski di bangku barisan ketiga dibelakang Akio dan Alister.

Bedanya dulu tak pernah ada tawaran dari siapapun mengisi bangku kosong di sebelahnya tapi sekarang ada.

"Eh Riski makin keren deh, boleh duduk di sini gak," ujar salah satu wanita yang rambutnya berkuncir.
"Maaf belum."
Mereka berempat menatap Riski dan tentunya dari dulu sampai sekarang  selalu Akio yang menimpal omongan Riski.
"Sombong amat lu."

Kini Riski tidak gendut seperti dulu, dia cukup macho dengan penampilannya sekarang.

Doni, ia kuliah mengambil jurusan film dan televisi sudah hampir setahun.
Siska juga sama ia dari SMP hingga kuliah bersama dengan Doni, mereka sudah berteman lama bisa dibilang mereka sahabat sekarang.
Sempat berpisah dengan Tyo teman SMP mereka, kini di bangku perkuliahan mereka bertiga bertemu lagi.
Sekarang Doni baru ingin menginjak semester tiganya.

Tyo berkata, "Nih!" sambil melempar bola basket ke dada Doni hari itu di kampus.

"By one, lawan gue dilapangkan."
Doni bersikap biasa saja sambil meladeni Tyo temannya.

Lapangan basket dibuat ramai karena dua laki-laki tampan yang duel beradu basket.
Siska menyaksikan dua temannya itu.

Tyo dibuat kalah habis-habisan oleh Doni.
Doni yang semakin dewasa semakin ganteng menjadi idola para cewek sejak SMA hingga sekarang.
Dia cool, dengan tatapan tajam mematikan yang terlihat kharismatik, rahang tegas serta hidung mancung.
Tampang itu membuat para wanita tersihir dibuatnya.

Tapi ditengah permainan fokusnya teralihkan sehingga Tyo tak sengaja mengenai kepala Doni dengan bola basket.
Ia tumbang, Tyo dan Siska lalu menghampirinya, seluruh penonton sedikit ricuh.

"Don, lu kenapa? Kok gak fokus?" tanya Tyo saat ia mulai bangun.

Doni melihat ke arah kerumunan orang di luar lapangan lalu berkata, "Roh."

"Roh?" tanya Siska bingung.

Ia mengelap hidungnya yang sedikit mengeluarkan darah lalu berlari ke arah luar lapangan.
Doni mencari-cari sosok yang tadi ia lihat, sosok roh yang telah tumbuh dewasa tapi setiap bagian dari wajahnya terasa tak asing bagi Doni walau dia telah dewasa.
"Gue ... gue gak mungkin halu kan," ujarnya menepak kepalanya lalu ia kembali ke kelas.
.
.
.

Doni sedang tercenung melihat ke arah luar jendela kelas.
"Eh Don," Suara Tyo membuatnya tersadar dari lamunan.
"Lo gak papa tadi? Maaf ya gue beneran gak sengaja."
"Ya gapapa gue," balas Doni sambil mengangguk.
"Liatin mahasiswa baru(maba) jurusan film yuk, kita kan bisa unjuk gigi sekalian haha."
"Gue gak tertarik," jawab Doni.
"Tu maba lewat," ujar Tyo menunjuk jendela.

Maba yang dipimpin senior melintas, mampak dari jendela para maba yang bergerombol mengikuti senior.
Doni menengok dan lagi-lagi dia melihat sang roh.

Doni bergegas berlari keluar tapi kehilangan jejak lalu ia kembali lagi ke kelas sembari berkata, "Ayok, liat maba!" ujarnya pada Tyo.

Tyo mengiyakan ajakan Doni, mereka melihat maba yang ada di aula dan senior yang membawa maba itu sekelas dengan mereka.
Saat memasuki aula, rasa sesak menghinggapi Doni ia merasa ragu dan yakin dalam waktu bersamaan.

Hatinya berkata "Aku telah menemukan." tapi otaknya bersebrangan, otaknya mengatakan mustahil.

Ia duduk di kursi aula di depan para maba, banyak maba berbisik-bisik tentang Doni tentu saja karena ia tampan.
Barisan pria dan wanita dipisah, yang paling heboh berbisik yaitu barisan di sebelah kanan tempat para wanita, wanita itu tambah riuh melihat Doni yang tak berhenti memandang dengan tatapan mautnya yang menawan.

Para maba wanita itu tentu tak tau Doni melihat siapa diantara mereka semua, Doni menatap salah satu gadis berambut coklat kepirangan yang tergerai panjang name tag dilehernya bertuliskan Adiva.

Akhirnya saat istirahat telah tiba.
"Oke, sekarang kalian semua boleh istirahat 30 menit," ujar salah seorang senior yang memegang toa.

Ia mengikuti wanita bernama Adiva. Mahasiswa baru itu belum punya teman di sana, ia pergi sendirian.
Adiva menuju parkiran untuk mengambil ponselnya di jok motor Doni mengkikutinya, Adiva ke kantin untuk makan Doni ikut makan di kantin sebelahnya, Adiva menuju toilet dia seperti sok sibuk di depan toilet melihat bunga-bunga di sekitar sana.
Adiva menuju perpustakaan, ia pun mengikuti.
Doni tak berani menghampiri hanya mengikuti kemana Adiva pergi.

Sampai sang wanita muak diikuti dari tadi, dia pun menangkap basah Doni di perpustakaan.

Adiva awalnya membaca tenang di meja, saat Doni lengah mencari buku di rak ia pindah mendekati Doni.

"Kakak cari aku?" ujar Adiva yang datang dari belakang Doni.

Doni pun menoleh ke belakang, pandangan mereka bertemu dan Doni melihat mata biru Adiva.
"Maaf kak ada apa ya?" tambahnya lagi.

Doni merasa mati kutu lalu tak lama ia mejawab "Apa lo gak kenal gue?"

"Maaf kak, saya baru pertama liat kakak," jawabnya sopan.

"Gue akan berusaha buat lo ingat, ayo ke rumah gue!"

"Maaf kak, saya permisi," ujarnya menunduk sopan.

Adiva hendak pergi tapi Doni menahan Adiva, mencengkram tangannya.
Mata mereka saling bertatap kembali lalu Adiva menampik tangan Doni.

"Kalau lo gak sopan sama gue, gue juga gak akan segan sama lo," ujarnya penuh amarah.
Adiva pergi sementara kecewa yang datang menghampiri Doni.

____Adiva____Doni____Siska____

____Adiva____Doni____Siska____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Death Story!(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang