Ketika pertama kali patah hati, aku pikir luka itu hanya hari itu saja. Tapi semakin lama aku semakin memahami bahwa luka tak sesederhana kelihatannya.
—Han Yoo Jung—
Happy reading!
||
Untuk beberapa menit ke depan, Yoo Jung terdiam kaku. Matanya bersitatap dengan Hyun Jae. Yoo Jung mengernyit, dalam hati merasa bingung, kenapa ia bisa melihat luka di mata Hyun Jae? Apa pria itu tidak bahagia dengan hidupnya?
Tring!
"Yeobo?"
Baik Yoo Jung dan Hyun Jae sama-sama mengalihkan tatapan mereka. Hyun Jae berbalik, kendati hatinya tak ingin melepas Yoo Jung dari pandangan. Pria itu tersenyum, lalu menyerahkan satu gelas bobba pada istrinya.
"Terima kasih," Ji Eun menyambut gelasnya dengan penuh rasa bahagia.
Yoo Jung berdeham pelan, lalu menyenggol lengan Dae Jung agar cepat membawanya pergi dari sana. Dae Jung yang tidak mengerti situasi apa yang sedang terjadi di antara mereka hanya bisa terdiam sambil berpikir. Pun meski begitu, ia tetap menggandeng Yoo Jung dan pamit pergi kepada pasangan suami istri itu.
"Kau baik-baik saja?" Dae Jung bertanya pada Yoo Jung yang masih menarik napas dalam-dalam.
Bertemu dengan masa lalu sama saja dengan menusukkan pisau tajam ke dalam jantungmu. Membuat hatimu sakit, duniamu berhenti, dan ... menimbulkan luka baru.
Yoo Jung sudah memastikan bahwa cintanya kepada Hyun Jae tak sebesar dulu. Tapi mengapa ketika melihat pria itu memberikan senyum manisnya pada Ji Eun membuat hati Yoo Jung sakit? Demi Tuhan, Yoo Jung tak mengerti dirinya sama sekali.
"Aku baik-baik saja. Tak usah khawatir," kata Yoo Jung.
"Jinnja? Kau berkeringat, Yoo Jung."
Dae Jung menatap khawatir pada rekan kerjanya itu. Keringat dingin bercucuran dari dahi Yoo Jung. Bahkan telapak tangannya pun terasa dingin.
"Yoo Jung kau baik-baik saja?" Dae Jung bertanya lagi. Kali ini, bukan jawaban yang ia dapat, melainkan ambruknya tubuh Yoo Jung di tubuhnya.
Yoo Jung tak sadarkan diri.
||
Soo Ji begitu khawatir kala ada satu telepon yang datang dari rumah sakit swasta di Seoul yang mengabarkan bahwa adiknya—Yoo Jung—ada di rumah sakit karena pingsan.
"Bagaimana keadaannya?"
"Dia baik-baik saja. Hanya sedikit shock." Jawab dokter dengan senyum yang ia perlihatkan pada keluarga pasien. "Mungkin sebentar lagi ia akan terbangun. Kalau begitu, kami pamit dulu." Usai membungkuk guna memberi salam perpisahan, dokter itu pergi bersama dua suster di belakangnya.
Soo Ji terduduk lemas di kursi samping brankar Yoo Jung. Tangan Soo Ji menggenggam tangan kiri Yoo Jung yang terdapat infusan di punggung tangannya.
"Apa yang membuatmu seperti ini, Yoo Jung? Jangan sering membuat kakak khawatir."
Suara Soo Ji bergetar. Dari semua hal yang mampir di hidupnya, hal yang menyakiti Yoo Jung adalah hal yang paling Soo Ji benci. Soo Ji benci adiknya disakiti oleh siapapun.
"Permisi," suara berat seseorang menginterupsi Soo Ji. Wanita itu mengangkat kepala dan menemukan lawan main adiknya di drama Sight tengah berdiri dengan senyum manisnya.
"Dae Jung?"
"Iya. Aku Dae Jung." Dae Jung mengulurkan tangan, dan menjabat tangan Soo Ji. "Salam kenal, ya."
"Oh, ya. Salam kenal juga." Soo Ji menyematkan senyum tipisnya di wajah.
Dae Jung menatap tubuh Yoo Jung yang masih terbaring di brankar dengan pandangan campur aduk. Sejujurnya, Dae Jung tak mengerti mengapa dirinya begitu khawatir kala melihat Yoo Jung tak baik-baik saja sejak bertemu dengan Ji Eun dan suaminya.
Apa yang salah dari mereka berdua hingga membuat Yoo Jung seperti ini?
"Aku dengar kau yang membawa adikku kemari," kata Soo Ji.
Dae Jung menoleh, lalu mengangguk pelan. "Iya benar."
"Terima kasih, Dae Jung." Soo Ji berkata tulus.
"Sama-sama," balas pria itu. Ia kembali menatap tubuh Yoo Jung dan bergumam pelan. "Aku tak mengerti kenapa dia tiba-tiba saja tak sadarkan diri setelah melihat Ji Eun."
"Ji Eun?"
"Iya. Sebelum pulang, kami sempat pergi ke kedai bobba Nari dan bertemu dengan Ji Eun di sana."
Tatapan Soo Ji berubah menjadi dingin. "Apa dia bersama dengan Hyun Jae?"
Dae Jung mengangguk ragu. Sejujurnya, dia hanya mengenal Ji Eun, tapi tak begitu kenal dengan Hyun Jae. Katakan Dae Jung gaptek, tapi dia memang jarang memegang ponsel. Sepertinya ini adalah salah satu faktor ia tak mengetahui Hyun Jae dengan jelas.
"Lelaki itu. Mau apa lagi dia di hidup adikku?" Soo Ji berdesis pelan. Mengabaikan Dae Jung yang tengah menatapnya dengan penasaran.
Sebenarnya ada apa, sih?
||
Sampai di rumah ketika jarum jam menunjukkan pukul 12 malam bukanlah satu atau dua kali dalam hidup mereka. Kegiatan di luar sudah seperti rutinitas bagi sepasang suami istri itu.
"In So sudah tidur?" Ji Eun bertanya setelah kakinya melangkah memasuki apartement mereka.
Hyun Jae mengangguk. Dia jadi lebih sedikit diam dari biasanya. Rasa khawatir akan keadaan Yoo Jung masih ada di benak pria itu. Hyun Jae melihat sendiri dengan mata kepalanya ketika Dae Jung membawa tubuh mantan istrinya ke dalam mobil.
Hyun Jae sedikit iri. Dae Jung melakukan itu tanpa takut pada media massa atau fansnya yang akan melihat dia melakukan itu pada Yoo Jung.
Huh. Andai saja ...
Hyun jae menggeleng pelan. Berandai-andai seperti ini memang sering dia lakukan. Tapi, sepertinya mulai sekarang dia tak boleh lagi melakukan itu. Dia sadar bahwa berandai-andai tentang masa lalu tidak membawa perubahan apapun bagi hidupnya.
"Mandilah dulu. Aku akan buatkan makan malam untukmu," Hyun Jae berkata lembut sambil membelai rambut Ji Eun.
Ji Eun mengangguk. Ia tersenyum, lalu mendekatkan diri pada Hyun Jae kemudian mengecup pipi prianya. "I love you."
"Too."
Setelah itu, Ji Eun berlalu dari hadapan Hyun Jae dan masuk ke dalam kamar mandi.
Drrtt drrtt
Suara getaran ponsel menggagalkan niat Ji Eun yang ingin membuka pakaiannya. Matanya mengerut menatap pesan dari nomer tanpa nama. Kemudian, jarinya bergerak untuk membuka pesan itu dan seketika saja tubuhnya terhuyung. Pusing di kepala terasa menderanya.
Apa kabar, Ji Eun?
••••
Selamat pagi! Selamat sarapan!
Buat yang ada kegiatan di luar, don't forget to wear our mask, ya! Jaga jarak~
—rujak mangga—
KAMU SEDANG MEMBACA
After All This Time [REVISI] ✓
Fanfiction"Nyatanya, waktu tak benar-benar menyembuhkan." -Han Yoo Jung [Sedang revisi]