Chapter 23

536 102 72
                                    

Mencintai secukupnya saja.
Agar ketika dihadapkan oleh kenyataan, kau tidak begitu kecewa.

Happy birthday!

||

"Apa yang kau inginkan, Daniel?"

Daniel tersenyum tipis. Dia memandang Ji Eun yang datang seorang diri ke apartemennya siang ini. Wanita itu cukup berani. Dan Daniel sedikit bangga padanya.

Leonardo Dicaprio as Daniel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leonardo Dicaprio as Daniel

"Beri In So untukku."

"Dia bukan barang."

"Lantas?" Daniel mempersempit jarak di antara dia dan wanita itu. Tangannya meraih dagu Ji Eun—membuatnya menatap mata biru laki-laki itu. "Bukankah kau juga memperlakukannya seperti barang, Ji Eun?"

"Apa maksudmu?"

Mata Ji Eun memandang nyalang ke arah Daniel.

"Aku tahu kau menjadikannya alat agar rumah tanggamu dengan Hyun Jae tidak berakhir, bukan? Kau jelas mengetahui anak itu milikku sejak lama, tetapi alih-alih memberitahu suamimu, kau justru menyembunyikannya." Daniel berbisik di telinga Ji Eun.

"Itu urusanku! Jangan ikut campur!"

"Aku tidak ikut campur," kekeh Daniel. "Hanya saja ... In So adalah putraku. Dan aku adalah ayahnya. Bagaimana mungkin aku membiarkan dia hidup dengan orang lain selama itu?"

"Ayah In So hanya Hyun Jae." Ada ketakutan dalam suara Ji Eun.

"Secara biologis dia anakku."

"Secara hukum dan negara dia anak Hyun Jae!"

Daniel tertawa. "Kau begitu gigih mempertahankan pernikahan itu, Ji Eun. Apa yang membuatmu segigih ini hm?"

Ji Eun memberi tatapan dingin kepada pria di depannya. "Hyun Jae menyayangi anak itu, dan dia menyayangiku."

Daniel terbahak.

"Apa menurutmu dia tetap menyayangi anak itu jika mengetahui kebenarannya?"

Lidah Ji Eun kelu, dia tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

||

Yoo Jung menatap anaknya yang masuk ke dalam rumah mereka dengan satu batang lolipop di tangan kanan. Anak itu berjalan masuk ke dalam ruang tamu tanpa menunggu om Dae Jung-nya masuk.

"Maaf aku memberikannya permen itu. Dia terlihat ingin sekali memakannya tadi, jadi aku belikan." Dae Jung menjelaskan pada Yoo Jung.

"Tidak apa-apa, masuklah." Kata Yoo Jung mempersilakan.

Dae Jung masuk dan berjalan ke arah ruang tamu begitu dia melepas sepatu dan menaruhnya di belakang pintu.

"Terima kasih sudah menjemput Hyun Joo. Aku tidak bisa menjemputnya hari ini." Ada nada sesal di suara Yoo Jung.

Dae Jung tersenyum, "tidak apa-apa. Lagipula aku tidak ada kegiatan apapun hari ini. Kau bagaimana? Sudah lebih baik?"

Yoo Jung menahan napas begitu dia merasakan punggung tangan Dae Jung menyentuh keningnya.

Wanita itu terkena flu dan demam. Sehingga dia meminta tolong Dae Jung untuk menjemput putrinya di sekolah. Tadinya dia ingin meminta Soo Ji, tetapi wanita itu tidak bisa. Jadilah dia memintanya pada Dae Jung.

"Kau masih hangat. Tidurlah lagi. Aku yang akan menjaga Hyun Joo." Tutur Dae Jung lembut.

Yoo Jung menggeleng, "tidak. Aku belum memasak apapun untuk makan siangnya."

"Tenang saja. Nanti aku yang memasaknya."

"Kau bisa?"

Dae Jung tersenyum manis. Dia mengusap rambut Yoo Jung dengan lembut. "Tentu saja bisa. Lelaki single sepertiku jika tidak bisa memasak, akan mati kelaparan, Yoo Jung."

||

Dua bulan berlalu sejak terungkapnya kebenaran itu. Baik Hyun Jae maupun Ji Eun masih seperti biasanya. Hanya saja memang ... tawaran pekerjaan untuk mereka agak sedikit berkurang akhir-akhir ini.

Bahkan Hyun Jae gagal mendapat peran di salah satu drama sageuk yang ceritanya dia sukai sekali. Ji Eun pun sama. Wanita itu sudah lama tidak mendapat tawaran iklan. Biasanya dia bisa menerima tawaran iklan sebanyak 3 sampai 5 dalam sebulan. Namun setelah kejadian itu, jangankan 3 tawaran pekerjaan, bahkan satu brand pun tidak mau memakai dia sebagai modelnya.

Awalnya mereka baik-baik saja. Toh uang yang Hyun Jae miliki masih cukup untuk menghidupi mereka hingga belasan tahun ke depan. Hanya saja memang ... mereka jadi lebih berhemat.

"Kau masih memikirkan komentar-komentar itu?" Hyun Jae bertanya. Dia menyerahkan segelas susu cokelat hangat pada istrinya yang langsung diterima begitu saja.

"Hm," gumam Ji Eun.

Akhir-akhir ini kolom komentar instagram mereka berisi hujatan terhadap In So, putra mereka. Mereka menyebut In So tidak mirip secara wajah dengan Hyun Jae.

"Sudahlah. Tidak perlu dipikirkan. In So putra kita." Hyun Jae merangkul Ji Eun dengan sebelah tangan.

Ji Eun terdiam. Sejujurnya dia merasa jahat sekarang. Dia membohongi semua orang.

"Sudahlah, yeobo. Tidak perlu dipikirkan. Apa perlu aku memenjarakan mereka yang mengatakan itu kepada In So?"

Ji Eun mendongak, menatap suaminya dengan gelengan kepala. "Tidak, tidak usah. Itu terlalu berlebihan."

"Yasudah." Hyun Jae mengusap rambut hitam Ji Eun dan tersenyum tipis. "Jangan dipikirkan lagi."

Raga Hyun Jae ada bersama Ji Eun, tetapi pikirannya berkenala kemana saja.

Sejak pengakuan Yoo Jung waktu itu, dia tidak pernah lagi bertemu dengan putrinya. Bukan tidak mau, tetapi setiap kali dia ingin bertemu, putrinya pasti menolak. Dan ini membuat In So bertanya-tanya. Sebab anak itu juga sudah tidak bermain seperti dulu dengan Hyun Joo.

"Hyun Jae," panggil Ji Eun.

"Hm?" Rangkulan Hyun Jae mengerat. Dia seperti tertarik kembali ke dunia nyata.

Ji Eun menatap Hyun Jae tanpa ekspresi, kemudian dia berbisik lirih. "Apa yang dikatakan orang-orang itu benar. Kau bukan ayah In So, dan dia bukan putramu, Hyun Jae. Maafkan aku."

•••

Jiah, mbak Ji Eun bilang sendiri wkakakaka.

No edit ya. Aku tahu ini pendekz tapi gapapa lh yh. Aku lagi pjj soalnya 😀.

—bakso lobster—

After All This Time [REVISI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang