Chapter 19

474 102 60
                                    

Realita tetaplah realita. Jangan hidup dalam kenangan. Itu tidak baik.

Happy reading!

||


Suasana rumah duka terasa mencekam bagi Yoo Jung. Dia tidak pernah mengira kehilangan akan menghampirinya seperti ini. Ia pikir, waktunya dengan Hyun Joo masih banyak. Tetapi ... Tuhan berkata lain.

Usapan di bahu kanannya tidak kunjung membuat Yoo Jung menyingkir dari peti mati putrinya. Dia menangis. Tangannya meraba wajah Hyun Joo, mengusap pipinya dengan lembut.

Sebentar lagi, dia akan kehilangan wajah lucu ini. Wajah yang selalu menjadi penyemangatnya ketika terbangun dari tidur di pagi hari.

Bisakah Yoo Jung mengulang waktu? Bisakah dia mengulang waktu ketika dia masih mengandung anak-anaknya?

Demi Tuhan ... Yoo Jung menyesal.

Kalau saja dia tahu akan seperti ini, dia tidak akan pernah mau menjadikan anak-anaknya sebagai pelampiasan dari rasa sakitnya terhadap ayah mereka. Kalau saja Yoo Jung bisa peka apa mau Tuhan padanya ... Yoo Jung yakin, dia tidak akan pernah ada di posisi ini.

Ini menyakitinya, sungguh.

Dikhianati, bercerai, citra dirinya di depan media buruk, mengetahui kehamilannya setelah resmi berpisah, kehilangan putranya, dan sekarang dia kehilangan putrinya.

Apa Tuhan sejahat itu padanya?

Ya. Yoo Jung merasa Tuhan jahat padanya.

Andai saja ... andai saja Tuhan tidak mengambil putrinya—satu-satunya harapan yang Yoo Jung punya—mungkin dia tidak akan pernah seburuk ini.

"Yoo Jung, ayo bangun, Nak."

"Tidak Ibu. Aku ingin bersama dengan putriku." Yoo Jung menyingkirkan tangan ibunya dari bahu, dia menangis kembali di pinggir peti mati putrinya.

"Yoo Jung ...." Ibunya berbisik.

Yoo Jung menangis, dia mencengkeram pinggiran peti mati dan berteriak, "Hyun Joo!"

•••

Yoo Jung terbangun dari tidurnya dengan napas tersengal. Dia memeriksa matanya yang berair dan segera menoleh ke arah samping kanannya—tempat di mana putrinya tertidur. Dia menangis.

"Hyun Joo!"

Tangan Yoo Jung memeriksa nadi dan napasnya. Masih ada. Dia memeluk putrinya dengan erat, dan menciumi seluruh wajahnya.

Dia bermimpi tadi. Mimpi mengerikan yang demi Tuhan, Yoo Jung tidak sanggup hanya sekadar membayangkannya saja. Di mimpi itu, dia kehilangan putrinya.

"Hyun Joo, anakku!" Dia berbisik lirih.

Setelah berbicara dan mengadakan sesi curhat colongan dengan sang ayah, Yoo Jung pamit untuk tidur karena dia sudah mengantuk. Yah, tipikal perempuan sehabis menangis; maka tertidur adalah kegiatan lanjutannya.

"Hyun Joo, jangan pernah tinggali ibu, ya. Ibu tidak sanggup. Cukup adik dan ayahmu saja. Jangan kau. Jangan lagi. Ibu tidak menginginkannya, sayang."

•••

Beberapa bulan kemudian

Hyun Jae mengaduk teh hangat di dalam gelas dengan gerakan perlahan. Dia menggigit bibir bawah dengan alis mengerut menatap kantung teh yang akan dia buang ke tempat sampah.

After All This Time [REVISI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang