Chapter 20

514 100 42
                                    

Darah lebih kental dari pada air.

Happy reading!

||

Daniel mengeratkan coatnya dan berdiri menyandar pada kap mobil. Matanya memandangi satu persatu murid yang keluar dari taman kanak-kanak. Senyumnya terbit begitu dia mendapati sosok anak laki-laki berjalan dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. So cool!

"In So!"

Yang dipanggil menoleh dengan alis mengerut. "Paman memanggilku?"

"Ya, tentu saja."

In So melangkah ragu-ragu ke arah laki-laki itu. Sebetulnya dia tidak diperbolehkan untuk menghampiri orang asing—dewasa—sebab, ibu pernah bilang padanya bahwa orang-orang itu bisa saja berniat jahat dan ingin menjauhkan In So dari ayah dan ibu.

"Apa paman mengenalku?"

"Ah, tidak. Maksudnya, paman belum mengenalmu."

"Lantas kenapa paman memanggilku? Bagaimana paman tahu namaku sedang paman tidak mengenalku?"

Daniel menipiskan bibir.

"Hm, ya, maksudnya, aku hanya tahu namamu saja. Tahu namamu bukan berarti aku mengenalmu, 'kan?"

In So mengangkat bahu pertanda tidak tahu.

"Jadi, apa perlu paman denganku?"

"Aku tidak punya keperluan apapun padamu. Aku hanya ingin melihatmu, Nak."

||

Hubungan Yoo Jung dengan Dae Jung kembali membaik. Dua orang yang pernah mendapat projek bersama itu kini semakin akrab. Awalnya mereka canggung—karena kejadian ciuman itu sudah pasti—namun perlahan-lahan, mereka memilih untuk melupakannya dan berdamai.

Saat ini bahkan Hyun Joo sudah dekat dengan Dae Jung. Karena laki-laki itu pernah berkunjung beberapa kali ke apartemen Yoo Jung.

"Bagaimana kabarmu?" Dae Jung mengusap puncak kepala Hyun Joo dengan sayang.

"Baik, Paman. Bagaimana dengan paman?"

"Aku?" Dae Jung tersenyum jenaka. "Tentu saja aku baik. Ibumu memperhatikanku dengan sangat baik!"

Well, Dae Jung tidak sepenuhnya bercanda. Karena Yoo Jung memang agak  memperhatikannya beberapa minggu belakangan. Perempuan itu seperti kembali menemukan dirinya setelah hampir 8 tahun menjadi ibu tunggal dan nyaris tidak sempat memperhatikan diri sendiri. Kedatangan Dae Jung sudah seperti air di tengah padang pasir. Laki-laki itu memberinya perhatian yang kini dibalas Yoo Jung dengan hal yang sama.

Mereka belum memulai hubungan apapun. Hanya pertemanan.

"Syukurlah, Paman!" Hyun Joo memegang punggung tangan Dae Jung di atas kepalanya.

Mereka berdua duduk di atas karpet di ruang tengah apartemen Yoo Jung. Potongan puzzle dan beberapa kotak rubik ada di sekitar mereka.

Satu hal yang Hyun Joo sukai dari Dae Jung; paman itu bisa diajak untuk bermain permainan apapun. Puzzle, rubik, lego, bahkan Hyun Joo pernah mengajaknya bermain boneka dan menjadikan Dae Jung sebagai ayah dari boneka itu, dan dia mau.

Ah, Hyun Joo menyukainya!

"Kau sudah lama?" Yoo Jung keluar dari kamar dengan wajah fresh. Perempuan itu habis mandi.

Aroma segar yang menguar dari tubuh Yoo Jung membuat Dae Jung diam-diam menahan napas. Laki-laki itu menyukai aroma tubuhnya.

"Baru saja. Kau baru selesai mandi?"

Yoo Jung mengangguk. Dia mengusap rambut putrinya sebelum mencium puncak kepalanya. "Kau ingin minum apa?"

"Apa saja. Jangan kopi, ya. Aku sedang menghindarinya." Dae Jung tersenyum.

"Baiklah."

||

Pagi-pagi sekali, Ji Eun sudah membuat seisi rumah menjadi heboh. Dia membuat kegaduhan dengan memarahi putranya dengan kasar.

Seorang Park Ji Eun yang terkenal pendiam dan jarang memarahi anaknya, kini memarahi bahkan memaki anaknya sendiri. Perempuan itu kelewat kesal. Sebab Daniel mengiriminya pesan berupa foto In So yang diambil beberapa hari lalu sedang memakan sebuah ice cream di salah satu kedai. Yang membuat Ji Eun naik pitam adalah; dia sudah mewanti-wanti anaknya agar tidak mendekati siapapun yang tidak mereka kenal. Tetapi anaknya melanggar.

"Sudah berapa kali ibu bilang padamu untuk tidak mendekatkan diri pada orang asing, huh?"

In So menunduk takut mendengar suara ibunya yang nyaring.

"In So! Kau dengar aku tidak?"

"Aku dengar, Bu. Maafkan aku."

Ji Eun memijat kepalanya yang pening. Hyun Jae datang menengahi mereka. Dia meremas bahu Ji Eun dan menenangkannya. "Sudahlah, Ji Eun. Mungkin dia hanya bermain dengan orangtua salah satu temannya. Jangan marah-marah seperti ini. Kasihan bayinya."

Ji Eun menarik napas dan membuangnya dengan kasar. Dia melepaskan tangan Hyun Jae dari bahunya dan pergi ke dalam kamar. Meninggalkan sepasang ayah dan anak yang kini tengah berbicara berdua mengenai siapa orang yang mengajaknya pergi ke kedai ice cream beberapa hari lalu.

||

Seseorang di balik layar ponsel tengah tersenyum tipis sambil mengetik sesuatu untuk dia unggah ke media sosialnya. Sesuatu yang akan membuat beberapa orang mungkin membencinya, dan sebagian lagi akan merasa bersalah akibat tuduhan tak berbukti yang mereka lakukan beberapa tahun lalu.

Perempuan itu mengangkat alis, menatap cuitan yang baru saja dia unggah di twitter dan sudah mendapati beberapa respon dari orang-orang.

@.anonymous

Aku ingin memberitahukan sesuatu. Mungkin kalian tidak akan mempercayainya. Tetapi berita yang aku bawa adalah berita benar.

Kalian pasti tahu aktor Do Hyun Jae bukan? Ya. Laki-laki itu adalah seorang pengkhianat.

 Laki-laki itu adalah seorang pengkhianat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

SELAMAT HARI MINGGU!

Sampai ketemu besok ya! Aku seharian ini bakalan di luar, soooo enggak bisa double update.

Makasih yang udah bacaa! No edited! Maaf kalau banyak typoooooooo!

—cilor—

After All This Time [REVISI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang