Letak etika jelas berada di atas perasaan.
Happy reading!
||
Sesuai janjinya berhari-hari lalu, Hyun Jae akhirnya membawa Hyun Joo dan In So untuk bermain di taman bermain. Dia menjadi super daddy untuk setengah hari.
Taman bermain terlihat sepi, tetapi hal itu tidak menjadikan kedua anak yang hanya berbeda bulan lahir itu menghentikan kegiatan. Mereka berlari, bergantian menaiki perosotan, lalu bermain jungkat-jungkit. Sementara Hyun Jae hanya memandangi keduanya dengan perasaan bahagia.
Jika dulu dia belum menyiapkan jawaban ketika ditanya oleh orang-orang mengenai hal apa yang Hyun Jae harapkan jika menua nanti, maka saat ini dia telah mendapat jawabannya. Iya. Hyun Jae ingin terus bersama anak-anaknya hingga dia tua nanti. Dia menyayangi keduanya.
"Kalau kau mau, anggap saja ayahku sebagai ayahmu, Hyun Joo!"
"Mana bisa seperti itu?"
"Bisa saja, mungkin ..."
Keduanya tertawa. Kemudian turun dari papan jungkat-jungkit untuk kemudian menaiki ayunan dan bergantian untuk mendorong satu sama lain.
Hyun Jae tersenyum.
Aku harap ini bukan akhir. Iya. Aku harap ... ini bukan akhir.
||
Proses syuting hanya tinggal satu pekan lagi. Semua nyaris rampung dan mereka akan segera bernapas lega karena pekerjaan mereka setidaknya akan berkurang beberapa hari lagi.
Seperti yang dikatakan oleh Dae Jung beberapa hari lalu—wacana menonton film bersama yang Yoo Jung setujui—dan mereka memutuskan untuk menjadikan hari ini harinya. Film yang menjadi tontonan mereka pun film Alive. Film yang menceritakan tentang kisah beberapa orang yang harus bertahan hidup di tengah wabah zombie yang menyebar di sekitar kota.
"Duduklah terlebih dahulu," Yoo Jung menyuruh Dae Jung untuk duduk sementara dia ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Hyun Joo sudah tertidur jauh sebelum mereka pulang. Anak itu memang jarang bertemu dengan Yoo Jung sejak kepulangannya ke Korea. Alasannya adalah kesibukan sebagai seorang artis di luar sana yang menuntutnya berlaku seperti ini. Pun meski begitu, Yoo Jung tetap mengantar jemput anaknya, agar anak itu tidak kehilangan memori bersama ibunya.
"Kau ingin makan apa? aku akan pesankan sesuatu untukmu," tawar Yoo Jung.
Dae Jung meringis pelan, "tidak usah. Tapi kalau kau memaksa, aku ingin ayam dua rasa."
"Baiklah," kekeh Yoo Jung.
Dia mengambil ponsel dan memesan ayam dua rasa dan mengeluarkan dua botol Soju sebagai teman menonton mereka malam ini.
Ayam yang mereka pesan sampai tepat ketika film belum mereka putar. Yoo Jung mematikan lampu dan hanya membiarkan cahaya berasal dari televisi di depannya.
Untuk sesaat mereka hanya fokus pada apa yang ditampilkan di layar. Dae Jung menatap wajah tanpa makeup Yoo Jung, dia berdesis dalam hati.
Cantik.
"Kenapa kau menatapku?"
Dae Jung tersadar begitu melihat Yoo Jung sudah menoleh padanya dengan senyum di wajah. Laki-laki itu tergagap. Dia malu ketika Yoo Jung memergokinya tengah memandang penuh harap.
"Tidak. Hanya saja ... kau terlalu cantik."
Dae Jung berkata jujur. Mungkin jika dia adalah laki-laki berumur 20 tahun yang berusaha menggodanya, maka Yoo Jung akan menganggap ucapannya hanya bualan. Tapi Dae Jung adalah laki-laki berkepala tiga yang mustahil ... melakukan bualan memalukan itu.
"Kau terlalu berlebihan," Yoo Jung terkekeh. "Tetapi kalau memang seperti itu, maka ... terima kasih."
Dae Jung menatap Yoo Jung lekat-lekat. Dan tanpa sadar, dia memajukan wajahnya dan menarik leher Yoo Jung mendekat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Menciumnya tepat di bibir.•••
Jadi, kalian tim Hyun Jae atau Dae Jung?
Bonus foto orang yang lagi jadi super daddy untuk setengah hari😎
—bakso bakar bumbu pedas—
KAMU SEDANG MEMBACA
After All This Time [REVISI] ✓
Fanfiction"Nyatanya, waktu tak benar-benar menyembuhkan." -Han Yoo Jung [Sedang revisi]