✧ <<---- :・゚✧ *:・゚ ---->> ✧
"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan dan justru mengiklaskan semua. Haruskan aku seperti itu?"
✦ . ✫ . ˚ ✦ ·
. + ·
"Jadi kalian satu sekolah dan satu kelas juga?" Ibu Sunghoon bertanya dengan senyum ceria bahkan terlihat antusias yang hanya dibalas anggukan dari Sunghoon.
Sunghoon menjadi lebih banyak diam karena kini dia sedang sarapan bersama keluarganya sebelum berangkat sekolah. Sunghoon jadi tidak selera, rasa kesalnya pada Heeseung kemarin masih ada.
"Bagaimana ibu bisa bertemu dengan Heeseung semalam?" dia mulai bertanya kenapa bisa ibunya bersama Heeseung semalam.
"Semalam ibu ada sedikit masalah, mobil ibu mogok dan ponsel ibu mati, lalu tidak sengaja menabrak preman yang mabuk, mereka meminta uang pada ibu dan mengancam ibu" ucap ibu Sunghoon sebentar, dia mengingat kejadian semalam, "Untungnya ada Heeseung, dia yang membantu ibu"
Sunghoon memelankan kunyahannya, " Ah begitu ya, baiklah aku selesai. Ayo yah kita berangkat. Ibu aku berangkat dulu"
"Hati-hati, belajar dengan baik"
"Iya ibu..."
﹏﹏﹏🎻-Remεmber-🎻﹏﹏﹏
•♡•♡•♡•
Sunghoon baru saja selesai mengikuti les tambahan, saat di tengah jalan pulang rinai hujan membuat sekujur tubuhnya basah kuyup. Sunghoon tidak berteduh, dia pikir tak masalah bila menerjang hujan mungkin dia bisa mampir sebentar di pinggiran caffe. Namun bodohnya adalah Sunghoon lupa jika dia hari ini melewatkan makan siang bersama Jay dan Jake, jadi perutnya belum terisi sama sekali selain sarapan pagi.
Giginya bergemelatuk saling beradu, tangannya bergetar hebat dan kakinya tak mampu lagi menopang berat badan. Sedetik kemudian, Sunghoon ambruk, tetapi ia tak membentur sisi trotoar maupun aspal jalanan dan ia justru melihat siluet seorang pemuda lain dengan payung biru yang berusaha menahan tubuh ringkihnya.
Kesadaran Sunghoon hilang separuh, matanya merasakan remang-remang dan bahkan ia tidak bisa berjalan dengan benar, satu hal yang Sunghoon tau ia dibopong ke salah satu apotek 24 jam.
"Permisi, temanku harus berganti pakaian. Seluruh badannya bergetar hebat, bolehkah aku pinjam toilet sebentar?" suara pemuda itu sungguh familiar di telinga Sunghoon, berbagai spekulasi menghantam benaknya, takut kalau pemuda itu sebenarnya adalah orang jahat.
"Astaga, pucat sekali temanmu! Boleh, pakai saja toiletnya, mari saya antarkan" penjaga apotek itu kemudian membimbing jalan, satu sisi Sunghoon semakin takut. Tapi entah kenapa keraguannya luntur kala sebuah kain tebal menyentuh permukaan tangannya, "Pakai jaketku ya? Kau bisa berganti sendirikan? Aku akan tunggu diluar"
Harum jaket pemuda itu sangat familiar ketika menyeruak masuk indra penciuman Sunghoon, walau sedikit kesulitan saat mengenakannya karena pandangan Sunghoon masih bergoyang-goyang, tapi kini dia menemukan sedikit kehangatan.
Dengan perlahan Sunghoon melangkahkan kakinya keluar dari bilik, mencari eksitensi pemuda baik yang menolongnya untuk mengucapkan terima kasih, sayangnya hasilnya nihil. Sudah terhitung 5 menit Sunghoon menunggu namun sosok pemuda itu tak kunjung ada, Sunghoon dibuat jenuh dan ia melangkah keluar toilet, "Permisi, apa hyung melihat dimana pemuda yang menolongku tadi?" penjaga toko dengan name tag Hanbin itu menunjuk kios kecil diseberang jalan, "Membeli coffe untukmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember | HSH🎻
Fanfiction[COMPLETE] Ketika penyesalan mendominasi segalanya, dia pikir mati adalah jalan terbaik. Dulu Sunghoon mengabaikan bahkan membenci cahaya-nya, Lee Heeseung. Sekarang? Dia telah kehilangan cahaya penerang itu. Lee Heeseung telah hilang, tidak kembal...