"You were part of my journey, and for that I am very grateful"
✧ <<---- :・゚✧ *:・゚ ---->> ✧
✦ . ✫ . ˚ ✦ ·
. + ·
Jay melangkahkan kakinya menuju kumpulan rak-rak yang berjajar rapi. Tangannya membawa dua buket bunga yang begitu indah.
Bibirnya seketika tersenyum lebar kala sampai di depan sebuah rak kaca dengan guci kecil di dalamnya. Tangannya terulur, membuka rak kaca itu dan meletakkan buket bunga yang dibawanya.
"Apa kabar kawan?" Jay tersenyum sendu sambil mengusap sebuah foto yang diletakan di dalam rak kaca.
"Aku harap Heeseung dan Sunghoon berbahagia di sana" tanpa disadari setitik air mata jatuh, membasahi pipi putihnya.
"Kalian tahu, hujan hari ini turun, apa kalian hari ini datang menjengukku?"
Jay terisak. Seandainya waktu bisa diulang, ia pasti lebih berusaha untuk menjaga cahaya-cahaya mereka agar tak pernah pergi. Masih terngiang di benaknya kala Sunghoon memutuskan untuk pergi menjemput keabadian dan memilih pergi menemui Heeseung.
"Kenapa kalian pergi begitu cepat?"
Jay membuang nafas berat saat ingatan itu kembali terngiang. Hari di mana dia harus kehilangan untuk yang kesekian kalinya.
"Aku merindukan kalian. Aku merindukan senyum kalian, tawa kalian, bahkan perdebatan antara kalian berdua. Sungguh aku merindukan semua itu. Kenapa kalian tidak mengajak aku untuk ikut?"
Flashback..
Saat pintu ruangan terbuka, Jay kembali dihadapkan pada suatu hal yang membuat hatinya remuk seketika. Dokter bilang, adiknya, sahabatnya, sekaligus bintangnya baru saja pergi bersama keabadian.
Seketika itu dia langsung berlari menuju ruang operasi dimana ada Sunghoon di sana. Jay bisa melihat keadaan Sunghoon saat pintu itu ia buka.
Di sana, tepat di samping sahabatnya yang terbujur kaku, semua keluarganya menangis histeris. Jay bisa mendengar tangis kesedihan yang begitu menyayat hati.
Yang ia tahu, ia sudah terlambat. Sahabatnya telah pergi dengan keabadiannya.
Bibi Park yang melihat Jay langsung menghampirinya, lalu memeluk Jay dan menuntunnya untuk mendekati tubuh Sunghoon.
"Sunghoon sudah pergi, Jay"
Satu kata yang Ibu Sunghoon keluarkan sukses meruntuhkan segala pertahanan yang susah payah Jay bangun.
Jay segera memeluk sahabatnya yang sudah terbujur kaku. Ikut menangis histeris. Satu lagi keluarganya telah pergi. Untuk kedua kalinya, Jay lalai menjaga cahaya-cahayanya.
Flashback end..
"Aku sangat menyayangi kalian berdua" Jay mengusap air matanya yang tak berhenti turun.
"Jangan bertengkar di sana, eoh? Sunghoonie juga tidak usah merasa kesakitan lagi. Dan seperti pesan yang kau tulis sebelum pergi, aku akan berusaha untuk baik-baik saja, jadi jangan khawatir..."
"Tapi, aku tidak berjanji untuk terus baik-baik saja. Jadi maafkan aku..."
❝Every day, every summer, every winter, even though you may not realize it. I'm still waiting for the day we can be together again, as friends and even as family❞
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember | HSH🎻
Fanfiction[COMPLETE] Ketika penyesalan mendominasi segalanya, dia pikir mati adalah jalan terbaik. Dulu Sunghoon mengabaikan bahkan membenci cahaya-nya, Lee Heeseung. Sekarang? Dia telah kehilangan cahaya penerang itu. Lee Heeseung telah hilang, tidak kembal...