"Melalui firasat kita belajar menerima diri, dan berdamai dengan hidup. Kau mampu berlari dengan menebar senyum, sedangkan aku terpaku tak sanggup memelukmu"
✦. ✫ . ˚ ✦ ·
Tahu apa itu firasat buruk? Perasaan tidak enak yang datang tiba-tiba seolah tahu hal buruk akan terjadi pada kita, atau pada orang lain disekitar kita.
Jay merasakannya beberapa bulan sebelum kejadian itu, perasaan janggal yang sama seperti yang dia rasakan di hari saat Heeseung pergi meninggalkannya.
Namun kali ini, Jay berusaha menghilangkan perasaan itu jauh-jauh. Park Sunghoon, rasanya akhir-akhir ini tidak terlalu sering mengekorinya seperti sebelumnya, sudah tidak sering memanggil namanya, tidak juga sering datang kerumahnya tengah malam hanya untuk sekedar menangis karena merindukan Heeseung. Sunghoon menciptakan jarak, dan Jay cukup tahu kenapa.
Disinilah Jay sekarang, di depan pintu kamar Sunghoon dengan tangan menggantung di depan pintu kamar bercat putih gading milik Sunghoon, sedang berpikir akan mengetuk atau langsung masuk?
Sunghoon merubah dirinya, dia sadar itu. Tidak ada Park Sunghoon yang lemah lagi, tidak ada Park Sunghoon yang selalu menampilkan senyum bahagia palsunya, tidak ada Park Sunghoon yang menahan perasaannya dalam diam.
Mungkin, bisa dikatakan ini adalah cara Sunghoon untuk melupakan rasa sakitnya karena ditinggalkan Heeseung. Tidak ada yang baik-baik saja setelah ditinggalkan, bukan?
Keberadaan Heeseung itu bisa membuatnya tetap waras, bisa membuatnya merasa diliputi kehangatan meski ia yang selalu menunjukan sisi dingin pada pemuda Lee itu. Sekarang Heeseung pergi, bahkan tanpa ucapan selamat tinggal, sepertinya sejak saat itu pikiran Sunghoon sudah tidak bisa mendapat kewarasannya lagi.
"Satu untuk kebohonganmu, Heeseung" Sunghoon kembali menggoreskan benda tajam itu pada permukaan lengan dalamnya, "Satu lagi.." benda itu sedikit turun dari goresan yang baru saja dia ciptakan, menekan pisau itu dan membuat garis melintang di sana. "Karena kau sudah mengingkari janjimu."
Sunghoon menoleh kearah balkon kamarnya, dia baru menyadari kalau salju pertama baru saja turun. Pemuda itu beranjak dari tepi tempat tidurnya, tidak peduli pada titik-titik merah yang jatuh ke lantai kamar yang berasal dari dua luka goresan di lengannya.
﹏﹏﹏🎻-Remεmber-🎻﹏﹏﹏
Jay memutuskan untuk langsung masuk, mendorong gagang pintu ke dalam.
"Sunghoon, kau di dalam?" seru Jay sambil melangkahkan kakinya masuk.
Sunghoon tidak ada di meja belajarnya, namun mata Jay beralih pada tirai balkon yang bergerak tertiup angin.
"Sunghoon?"
Jay melangkah mendekat pada sosok yang tengah membelakanginya, mata kecilnya melebar saat melihat Sunghoon membalik badan, memegang pisau kecil di tangan kanannya yang bergerak gemetar sementara tangan kirinya sudah terluka oleh goresan yang mulai mengalirkan banyak darah.
"J-Jay..."
Jay berderap mendekat, gerakan kakinya terburu menghampiri Sunghoon, "Apa yang kau lakukan?! Kemarikan pisaunya!!" Jay mengulurkan tangannya.
"A...A-aku hanya ingin tahu rasanya, Jay" jawab Sunghoon lirih.
Bisa Jay lihat bagaimana mata yang biasanya cemerlang itu tampak memerah, bibir dan kedua tangannya yang gemetar, serta air mata di sudut mata Sunghoon mulai bergerak berjatuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember | HSH🎻
Fanfiction[COMPLETE] Ketika penyesalan mendominasi segalanya, dia pikir mati adalah jalan terbaik. Dulu Sunghoon mengabaikan bahkan membenci cahaya-nya, Lee Heeseung. Sekarang? Dia telah kehilangan cahaya penerang itu. Lee Heeseung telah hilang, tidak kembal...