Seharusnya dulu aku mengatakannya...
"Kedatangan hujan benar-benar menyejukkan hati, begitu juga kedatangan mu. Tapi ketika hujan pergi pamit, aku takut apakah kamu juga akan seperti itu?"
Ketika hujan bercerita lewat kata, disaat hujan turun ada yang percaya hujan dapat membawa kita ke masa lalu seperti mesin waktu, melihat semua kenangan indah pada saat hujan bercerita melalui sebuah lagu yang hanya dapat didengar oleh hati yang merindukan akan sesuatu, senandung rindu dalam relung hati yang mencoba memeluk masa lalu menjadi sebuah kenangan indah yang tak terlupakan.
Aneh, memang selalu ada yang membuat terlena dan tak berdaya pada hujan. Tiap tetesnya yang merdu berbisik lembut, menyuarakan nyanyian alam yang membuat rindu pada rintik dan aromanya, pada bunyi yang membuat hati merasakan kedamaian alam, pada caranya yang pelan sekaligus brutal dalam memetik kenangan yang tak diinginkan, sebuah kata-kata indah pada saat hujan untuk melukiskan sebuah kenangan masa lalu yang begitu indah.
Sunghoon menyesap coffenya dalam diam, begitu pun dengan Heeseung. Keduanya terpisah oleh dinding kecanggungan yang sebenarnya ingin dipecahkan, apa daya gensi yang terlalu berkuasa. Sunghoon berdeham, "Kenapa kau membantuku?" tanyanya, ia mulai mencomot beberapa potong roti yang tadi dibelikan oleh Heeseung selagi menunggu pemuda itu untuk menjawab pertanyaannya.
"Entahlah, aku hanya merasa harus mengikutimu tadi" jawabnya, "Kau juga tau kalau aku suka Coffe?" Heeseung menggeleng, "Tidak, hanya insting"
"Kini gelap sekali disini. Tidak ada sepercik cahaya pun di sekelilingku. Karena cahaya berpendar dari dirimu. Kau tak bisa melihatnya, hanya orang lain yang bisa."
"Astaga, pakaianku kuyup sekarang!" dan dengan santainya pemuda Oktober itu membuka kemeja yang membalut tubuhnya, menyisakan kaus putih ditubuhnya yang basah pula, bahkan lekuk tubuhnya tercetak dan membuat Sunghoon seketika kesulitan untuk menelan ludahnya, "Pakai saja jaket mu ya? aku sudah lebih baik kok" tawarnya, Heeseung menggeleng kemudian menaruh kemejanya di sandaran bangku, "Kalau pelukan saja bisa membuat hangat, kenapa harus jaket?"
Sunghoon langsung menyenggol badan Heeseung, tanda sedikit geram dengan pipi yang memerah seketika, Heeseung menahan tawanya, dia juga tahu ini tempat umum, lagi pula ini adalah kali pertama Heeseung dan Sunghoon bisa berbicara berdua dan dekat seperti ini. Heeseung tak tau saja kalau sejak tadi sekujur tubuh Sunghoon menghangat seketika hanya karena berada di dekat Heeseung.
"Astaga, aku hanya bercanda, Sunghoon"
"Hujan punya alasan kenapa ia jatuh, tapi aku tidak punya alasan mengapa hatiku jatuh kepada kamu."
Heeseung mengalihkan pandangan pada langit yang tak kunjung cerah, "Hoon, apa musim kesukaanmu?"
Kening Sunghoon berkerut, "Kenapa tiba-tiba menanyakan musim kesukaanku? Aneh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember | HSH🎻
Fiksi Penggemar[COMPLETE] Ketika penyesalan mendominasi segalanya, dia pikir mati adalah jalan terbaik. Dulu Sunghoon mengabaikan bahkan membenci cahaya-nya, Lee Heeseung. Sekarang? Dia telah kehilangan cahaya penerang itu. Lee Heeseung telah hilang, tidak kembal...