8. Sahabat

345 20 0
                                    

Disebuah ruangan yang ada di rumah sakit, terlihat seorang cewek yang sedang melamun meratapi nasib nya. Perempuan itu sedang duduk diatas ranjang ruangan itu sambil menatap kosong ke arah depan.

"Kenapa nasib gue seperti ini tuhan," ujar perempuan itu.

"Kenapa gue dilahirkan kalau akhirnya juga tak di anggap oleh mereka." Air mata perempuan itu terjatuh tanpa ada perintah darinya.

Air matanya mengalir tanpa perintah darinya. Dia menahan isakan agak tak lolos, tapi tak bisa ia tahan. Air matanya tetap keluar, perempuan itu menangis dalam diam.

"Tuhan ingin rasanya aku pulang ke pangkuanmu Tuhan, mereka tak ada yang menginginkan aku ada di samping mereka, bolehkah aku pulang Tuhan," ucap perempuan itu dengan isakan yang ditahannya.

"Jangan bicara seperti itu," ujar sesorang yang baru masuk ke dalam ruangannya.

"Capek," lirihnya dengan lemah.

"Kamu gak boleh capek, harus bisa," ujarnya seseorang itu.

"Kei capek Dok, Kei pengen pulang aja," lirih perempuan itu, ternyata perempuan itu adalah Keisya.

"Kei, jangan bilang gitu. Saya tau kamu itu perempuan yang kuat Kei," ujar seseorang itu yang ternyata itu adalah Dokter yang menangani Kei.

Perempuan itu adalah Kei dan seseorang itu adalah Dokter yang menangani Kei. Dokter itu adalah Dokter Reno yang sudah menanggap Kei seperti adiknya sendiri.

"Dok ...." ucapan Kei dipotong oleh ucapan dari Dokter Reno.

"Abang Kei, jangan Dokter. Sudah berapa kali sih saya bilang panggil saya abang bukan dokter Kei," omel Dokter itu pada Kei.

Kei yang mendengar omelan itu bukannya takut tapi dia malah tertawa. Kei yang tadinya menangis kini sudah kembali cerita karena omelan dari sang abang barunya itu.

Dokter Reno menatap Kei yang sedang tertawa, hatinya menghangat melihat Kei yang ceria seperti ini. Kei menyadari kalau sendari tadi abangnya itu menatap dirinya tak berkedip.

"Kenapa abang natap Kei seperti itu?" tanya Kei yang bingung melihat abangnya itu menatap dirinya lama sekali dan itu tanpa mengedipkan matanya.

"Cantik," jawab Dokter Reno pada Keisya.

"Hah, gimana Bang?" tanya Kei yang seolah olah bingung. Dokter Reno yang tadi menatap Kei kini tersadar dan lamunannya tadi.

"Enggak kok Dek, itu di mata kamu ada beleknya," dalih Dokter Reno, Keisya langsung mengarahkan jarinya ke arah mata dan ternyata tidak ada beleknya.

Dokter Reno yang melihat itu hanya tertawa terbahak bahak melihat Kei yang langsung mengarahkan jarinya ke arah mata. Kei yang melihat abangnya tertawa seperti itu. Dia mendelik tak suka karena abangnya itu mengerjainya.

"Abang ih kok ngerjain Kei sih," rengek Kei kepada Abangnya yang masih tertawa itu.

"Kamu lucu Dek," ujarnya yang masih tertawa.

"Bang kalau abang masih tertawa lagi, Kei tidak mau ngomong sama abang lagi," ucap Kei sembari mengancam abangnya itu.

Dokter Reno yang mendengar ancaman dari Kei itu hanya diam saja.

"Dek tidur ini sudah malam gak baik buat kesehatan kamu Dek," perintah Dokter Reno pada Keisya.

"Kei gak bisa tidur bang, belum ngantuk juga," balas Kei.

Dokter Reno hanya menghelas nafasnya, bingung harus membujuk apa lagi supaya Kei bisa tidur. Dia berfikir untuk melakukan apa lagi.

"Dek tidur sekarang juga," perintahnya lagi dan dibalas gelengan kepala oleh Kei.

KEISYA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang