25. Tamparan yang membekas

323 17 1
                                    

Happy Reading this book 🖤jangan jadi silent readers ya 👌

"Terluka lagi bukan hanya di fisik tapi di batin juga karena tidak di anggap kehadirannya"

~Keisya Raniar Mahendra~

Pagi ini Kei sekolah lagi setelah kejadian kemarin. Ia sudah sampai di sekolah yang sudah lumayan ramai dengan siswa siswi yang berlalu lalang.

"Untung nggak terlambat," gumam Kei sembari melihat jam yang ada di tangannya.

Kei langsung pergi ke kelasnya karena bel masuk akan berbunyi beberapa menit lagi. Kei berjalan seorang diri di koridor. Kei tersenyum tipis saat ada yang menyapanya entah ia kenal atau tidak dengan mereka.

Mereka terpana dengan senyum yang di tujukan Kei pada mereka, khususnya lagi para kaum adam langsung melihat Kei tanpa berkedip sama sekali.

"Kei, lo manis banget sih"

"Lo jadi pacar gue aja ya Kei"

"Ah bidadari gue lewat"

"Gue iri sama Kei kok bisa ya punya senyum semanis itu?"

"Sudah cantik, manis, baik, punya keluarga yang selalu dukungnya pasti sempurna banget hidupnya"

Itulah berbagai macam pekikan para kaum adam dan hawa yang melihat Kei. Ucapan yang terakhir membuat Kei tersenyum miris, nyatanya keluarganya tidak seperti mereka katakan padanya tadi.

Akhirnya Kei sampai di depan kelasnya juga, ia di sambut teriakan cantik dari sahabatnya itu.

"Keisya," teriaknya. Teriakan itu membuat siswa yang ada di kelas langsung melirik ke arah mereka berlima. Kei dan yang lainnya langsung melototin ke arah Ara yang teriak tidak jelas itu. Yang di pelototi malah cengegesan saja.

"Sorry hehehe," ucap Ara sambil cengegesan.

"Ayo masuk," ajak Ana pada keempat sahabatnya itu.

Mereka berlima masuk dan langsung duduk di bangku masing-masing.

"Tumben lo telat Kei?" tanya Rifa.

"Khmm biasanya lo kalau berangkat paling awal, kok sekarang telat sih?" imbuh Indah yang juga menanyakan itu pada Kei.

Kei bingung harus menjawab apa. Haruskah ia jujur pada mereka?itulah yang di pikirkan oleh Kei.

"Gue telat bangun," jawab Kei seadanya.

"Yakin telat bangun?" tanya Rifa yang masih belum percaya dengan jawaban yang di berikan oleh Kei padanya itu.

"Iya Fa, nggak percayaan banget sih sama gue," ucap Kei yang sedikit kesal pada Rifa.

"Oke gue percaya deh sama lo," ucap Rifa.

"Pipi lo kenapa Kei?" tanya Ana secara tiba-tiba.

Kei langsung meraba pipinya, ia lupa bekas tamparan itu masih ada di pipinya. Pasti sahabatnya itu akan menanyakan lagi tentang ini.

"Enggak kenapa napa kok," jawab Kei.

"Kok merah kaya kena tamparan gitu ya?" tanya Indah yang menerka nerka luka yang ada di pipi Kei.

"Bukan ini bukan bekas tamparan, ini gue jatuh kemarin di kamar mandi," kilah Kei.

"Tapi sudah di obati kan Kei?" tanya Ana.

"Sudah kok," jawab Kei.

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka berlima. Mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tidak lama kemudian, guru yang mengajar pun datang untuk mengajar di kelas mereka.

KEISYA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang