14. Meminta maaf

327 16 1
                                    

"Gue...." Vano terlihat gugup untuk melanjutkan ucapannya yang terpotong tadi.

"Kenapa Van?" tanya Kei yang penasaran sekaligus bingung itu.

"Gue... gue mau." Vano bingung sendiri harus mulai bicara darimana.

"Tinggal ngomong maaf aja susah banget loe Van," celetuk Erick.

Vano menatap tajam ke arah Erick yang membuatnya ditatap bingung oleh Kei itu. Erick yang ditatap tajam oleh Vano hanya menyengir memperlihatkan gigi putihnya itu dan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah itu.

"Ampun Van," ucap Erick yang cengegesan itu.

"Van,Van loe mau minta maaf aja susahnya minta ampun dech," ucap Riko dengan heran.

"Apa sih loe Ko, enggak gitu juga kali," ujar Vano dengan memutar mata malasnya.

Kei hanya diam saja melihat perdebatan Vano itu. Kei tak tahu harus bilang apa pada mereka, yang bisa Kei lakuin adalah menundukkan kepala ke bawah melihat lantai yang bersih.

"Keisya," panggil Kenzi.

"Iya Ken," balas Kei dengan pelan tapi untungnya saja mereka mendengar jawaban dari Kei itu.

"Loe kerja disini udah lama?" tanya Kenzi.

"Baru hari ini masuk kerja Ken," balas Kei.

"Luka loe gimana Kei? Apa enggak terlalu parahkan?" tanya Erick yang masih fokus melihat Handphonenya itu.

"Luka gue," beo Kei yang sembari melihat luka yang ada ditangannya itu. Lukanya sudah sedikit mengering walau kadang terasa sakit itu.

"Luka gue udah mengering kok, ya kadang masih sakit sih," jawab Kei.

Vano, Erick, dan juga Kenzi masih sibuk. Tapi Vano mencuri-curi pandang pada Kei. Erick dan Kenzi yang sadar kalau Vano itu melihat Kei yang sedang mengobrol dengan Kenzi. Vano mematikan Handphonenya dan menaruhnya di atas meja.

"Maaf ya Kei," ucap Vano yang tiba-tiba itu membuat aktivitas yang ada disitu berhenti sejenak.

Erick dan Kenzi saling pandang, setelah itu memandang Kei. Karena mendengar kata maaf dari seorang Rivano Adi yang keras kepala dan hanya mementingkan egonya itu.

"Loe bilang apa Van?" tanya Erick yang masih dalam keterkejutannya itu.

"Enggak," jawab Vano dengan singkat.

"Dih jadi orang gitu amat sih," gumam Kei dengan pelan tapi masih didengar oleh Vano yang ada disampingnya itu.

"Loe tadi bilang apa sama gue tadi?" tanya Kei pada Vano.

"Maaf ya Kei," jawab Vano dengan memalingkan mukanya itu.

"Ditanya sama Kei aja dijawab, lah sama gue malah gitu," gerutu Erick pada Vano.

Vano tak menanggapi gerutuan dari Erick, Vano masih menunggu jawaban dari Kei tentang permintaan maafnya itu.

"Gimana Kei, loe maafin gue kan?" tanya Vano yang sudah tidak sabaran itu.

"Iya gue maafin kok Van, santai saja kali," balas Kei dengan senyuman manisnya itu.

Semua orang yang ada disitu terpesona melihat senyuman Kei yang manis itu. Terutama Vano yang masih fokus memandangi wajah Kei.

"Lo ngapain Van lihatin Kei muluh daritadi?" tanya Kenzi.

"Hah siapa yang lihatin cewek enggak jelas kaya dia sih." Vano menjawabnya dengan gelagapan karena ditanya seperti itu oleh Kenzi.

"Siapa yang lo maksud dengan cewek enggak jelas?" tanya Kei kesal.

"Elo lah, siapa lagi cewek yang enggak jelas asal usulnya," jawab Vano dengan santai.

Kei yang mendengar itu pun hanya menggerang marah karena Vano mengatainya sebagai cewek yang enggak jelas.

"Lo enggak tau apa-apa sampai lo bilang gue cewek yang enggak jelas," balas Kei dengan nada yang agak tinggi.

Setelah mengucap itu, Kei pergi dari meja itu dan berjalan ke arah dapur. Erick, Kenzi, dan juga Riko hanya menghelas nafas kasar saja karena sifat Vano yang selalu begitu.

"Van, kalau bicara itu pikirin terlebih dahulu. Jangan sampai ucapan lo itu bikin orang sakit hati," ucap Kenzi yang sedikit menasehati Vano itu.

"Iya Van, lo baru saja minta maaf sama Kei masa iya buat kesalahan lagi sih. Jaga ucapan lo Van," imbuh Riko.

Vano terdiam memikirkan nasehat dari para sahabatnya itu. Apa ia salah berbicara seperti itu pada Kei, padahal ia baru saja meminta maaf pada gadis itu. Dan sekarang ia berbuat salah kepada Kei karena ucapannya itu.

"Gue salah ya bicara seperti itu sama Kei?" tanya Vano pada para sahabatnya itu.

"Iyalah salah lo baru saja minta maaf masa mengulang kesalahan sih," balas Riko.

"Lo bego kalau soal beginian, harusnya ya Van lo itu harus belajar sama ahlinya kaya gue ini. Udah ganteng, baik hati, enggak sombong, rajin menabung, sholeh, dan masih banyak lagi. Kalau lo belajar sama gue pasti enggak akan seperti ini deh," ucap Erick sembari membanggakan dirinya itu.

Vano, Riko, dan juga Kenzi menghiraukan ucapan Erick yang sedang membanggakan dirinya itu. Mereka sudah kebal dengan Erick yang selalu membanggakan dirinya itu.

"Terus gue harus gimana?" tanya Vano pada Riko dan juga Kenzi.

"Harus minta maaf lagi lah," jawab Kenzi dengan acuh.

Vano hanya menghelas nafas kasar karena bingung bagaimana cara minta maaf pada Kei agar dia tidak marah padanya lagi.

********
Setelah bilang itu, Kei kembali bekerja tanpa menghiraukan tatapan dari Vano dan juga teman-temannya yang melihatnya itu.

"Kei," panggil Riska.

"Iya Mba," balas Kei yang menoleh ke arah Riska.

"Kenapa sih, Mba perhatiin sejak ketemu sama mereka kamu jadi agak diam gitu sih," ujar Riska pada Kei yang terlihat diam saja setelah bertemu sengan Vano dan juga teman-temannya.

"Kei enggak apa-apa kok Mba," balas Kei dengan senyuman manisnya.

"Kei kembali kerja lagi ya Mba, ada meja sebelah sana yang kotor," sela Kei yang melihat Riska itu akan melontarkan pertanyaan lagi padanya.

Dengan cepat Kei pergi meninggalkan Riska yang bingung melihat tingkah laku dari Kei tersebut.

"Aneh," gumam Riska yang melihat gerak-gerik Kei dari jauh itu.

Kei terus saja membersihkan meja yang kotor tanpa menghiraukan tatapan dari Vano yang melihatnya terus.

Sedangkan di meja yag Vano dan teman-temannya duduki mereka di landa keheningan karena mereka sibuk dengan Gawai mereka masing-masing.

"Rik, mabar yuk," ajak Erick yang memecah keheningan itu.

"Hayuk siapa takut." Riko menerima ajakan dari Erick untuk bermain game.

"Kalian ikutan enggak?" tanya Erick di sela-sela permainanya itu pada Vano dan Kenzi yang diam saja.

"Hayuk gue mau," jawab Kenzi tapi tidak dengan Vano yang diam saja.

Mereka fokus pada game yang ada di Gawai mereka itu.

"Welcome to mobile legend"

"Rick itu ada musuh, serang bego," ujar Riko dengan umpatan juga.

"Sabar atuh, gue juga lagi nyerang di sini," balas Erick yang masih fokus pada gamenya.

"Double Kill"

"Killing spree"

Itulah suara yang ada di gawai mereka. Mereka bertiga masih fokus pada gamenya tapi tidak dengan Vano yang terus saja memperhatikan Keo yang sedang bekerja membersihkan meja di sebrang sana itu.

KEISYA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang