16. Interogasi

274 17 0
                                    

Happy Reading this book guys🤗
Jangan lupa Vote dan comment ya Oke👌 dan inget jangan jadi silent readers ya dan jangan lupa follow akun wp aku juga Oke👌😉

"Dari mana lo?" Pertanyaan yang membuat langkah kaki Kei berhenti.

Kei menoleh ke arah suara yang memanggilnya itu dan ia melihat orang itu. Kei terkejut karena tahu siapa yang memanggilnya.

"Dari mana saja lo?" tanya orang itu.

Kei hanya diam saja tidak menjawab apa-apa. Menundukkan kepalanya karena takut pada orang yang ada di depannya itu.

"G-gue dari belajar kel-ompok," jawab Kei dengan gugup.

"Enggak usah bohong lo sama gue," ujarnya.

"Kalau orang bicara itu tatap orangnya, orangnya ada di depan bukan ada di bawah," ucapnya.

Kei langsung melihat orang yang sedang berbicara di depannya itu. Kei menunduk bukan karena tidak menghormati orang yang lebih tua darinya tapi karena ia takut kepada tatapan tajam mata itu yang setajam mata elang yang mau memangsa buruannya.

"Jawab pertanyaan dari gue Keisya Raniar Mahendra," gertak Reza, abang pertama dari Kei yang menekan namanya.

"Kei habis kerkom di rumah Rifa, Bang," jawab Kei dengan bohong.

"Mana ada kerkom pulang jam segini Hah?!" Bang Reza seakan-akan tidak percaya pada jawaban yang di berikan Kei padanya.

"Sebenarnya lo kemana sampai jam segini Hah, lo enggak lihat jam apa? Ini sudah jam delapan malam dan lo baru pulang? Mau jadi apa lo pulang jam segini hah? Mau jadi jalang lo." Bang Reza berbicara pedas pada Kei.

Kei hanya diam saja mendengar pertanyaan beruntun dari sang Abang. Kei tidak menjawab apapun yang di pertanyakan oleh Bang Reza.

"Lo bisu ya makanya enggak jawab pertanyaan gue tadi Hah," ucap Bang Reza.

"Gue udah jawab pertanyaan dari lo tadi, kalau lo enggak sama jawaban gue tadi loe bisa tanya sama Rifa, Tiara, atau yang lainnya kalau perlu," balas Kei dengan santai tapi tidak dengan hatinya yang sudah berdetak lebih cepat kencang.

"Kalau gue tanya sama mereka, nanti ketahuan lagi kalau Kei itu adik gue," ucap Reza dalam batinnya.

"Enggak itu enggak penting bagi gue harus tanya sama mereka," ucapnya.

"Sudah enggak ada yang mau lo omongin lagi kan sama gue? Kalau enggak ada, gue pamit ke kamar dulu," ucap Kei pada Bang Reza.

Tanpa mendengar jawaban dari Reza, Kei pergi meninggalkan Reza sendiri di ruang tamu. Kei menaiki tangga awal sampai tangga yang terakhir menuju ke arah kamarnya. Kei membuka pelan klop kamarnya dan memasuki kamarnya dengan pelan.

Kei berjalan ke arah ranjang dan berbaring di atasnya. Kei menatap langit-langit kamarnya, merenung maratapi nasibnya itu.

"Gue bingung kenapa ya, gue harus di lahirkan ke dunia kalau ujung-ujungnya harus di abaikan seperti ini dan malah enggak di anggap sama sekali," gumam Kei sambil menatap langit-langit kamarnya.

Kei menangis karena meratapi nasibnya yang seperti ini. Kei kembali menangis, menangis dalam diam. Setelah lama menangis dalam diamnya, Kei tersenyum tipis mengingat perhatian kecil dari Vano.

"Vano kalau di lihat dari dekat, ganteng juga ya," gumam Kei dengan senyum tipis.

"Tapi kok bisa ya dia baik sama gue tadi? Atau jangan-jangan di ada rencana lagi buat gue, atau dia sengaja deketin gue buat jadi bahan permainannya dia saja." Itulah berbagai terkaan dari Kei.

KEISYA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang