24. Hukuman di Gudang

280 15 0
                                    

Happy Reading this book dan welcome di part selanjutnya. Jangan silent readers ya dan jangan lupa tinggalkan jejak ya jangan pelit heheh😁

Kei pulang ke rumah setelah lama berkerja di Caffe. Ia pulang naik ojek online yang ia pesan. Ia sudah sampai di depan rumahnya setelah membayar uang ke tukang ojek itu.

"Assalamualaikum, Kei pulang," salam Kei saat masuk dalam rumahnya.

"Pulang juga kamu." Suara itu mengagetkan Kei, bukannya menjawab salam suara itu malah membentak Kei.

"Bunda," panggil Kei.

"Saya bukan Bunda mu," tolak Bundanya.

"Bunda," lirihnya.

"Saya bilang saya itu bukan Bunda kamu," bentak Sintya.

"Tapi Bunda ...." Kei tak dapat berkata kata lagi karena melihat tatapan Bundanya yang begitu tajam menurutnya.

"Bunda." Itu bukan suara Kei yang memanggil nama Bundanya tapi itu adalah suara Kayla yang baru datang dan memanggil nama Bundanya.

Kayla langsung memeluk tubuh Bundanya dan menangis di pelukannya. Bundanya kaget kenapa anak kesayangannya itu menangis seperti ini, apa yang membuatnya menangis.

"Kenapa sayang?" tanya Sintya dengan kelembutan.

Kayla belum menjawab pertanyaan tapi hanya menangis saja membuat Bundanya itu semakin khawatir padanya.

"Bunda," panggil Kayla dengan lirihnya.

"Iya, Kayla," jawab Bundanya dengan lembut.

Kei iri melihat tatapan lembut dari Bundanya untuk saudara kembarnya itu. Kapan ia akan mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya itu pikirnya.

"Bunda, dia." Jeda Kayla sembari menujuk ke arah Kei. "Dia sudah menampar pipi aku di depan orang banyak, Bun. Dia juga sudah nyakitin aku Bun," lanjut Kayla sambil menangis.

"Apa?!" teriak Bunda dengan kerasnya.

"Apa benar kau menampar Kayla di depan umum, Kei?" tanya Bundanya pada Kei.

Kei belum menjawab pertanyaan Bundanya itu. Ia bingung harus menjawab seperti apa agar Bundanya itu tidak tambah marah padanya. Apakah ia harus berbohong?

"Aku t-tidak g-gitu Bun," gagap Kei.

"Jawab pesertanya saya dengan jelas, Kei," ucap Bunda.

"Iya Bun, aku telah menampar Kayla," ujar Kei dengan pelan dan takut.

"Apa?!" bentak seseorang yang ada di sana yang sendari tadi melihatnya.

Kayla yang melihat itu langsung menghampirinya lalu memeluknya erat seakan dia takut akan di sakiti oleh Kei padahal itu siasatnya saja.

"Ayah, dia jahat padaku," adu Kayla pada Ayahnya.

"Kau diapain sayang?" tanya Ayah pada putri kesayangannya itu.

"Dia telah menampar ku di depan semua orang, Ayah," adunya lagi pada Ayahnya lagi.

"Kau ini," geram Ayah pada Kei.

Ayahnya langsung melepaskan pelukannya dan langsung menghampiri Kei.

Plakk

Itu adalah suara tamparan untuk Kei dari sang Ayahnya sendiri. Tamparan itu cukup keras sampai membekas di pipi Kei.

"Ayah," lirih Kei.

"Berani-beraninya kamu menampar anak kesayangan saya, hah?!" Ayahnya berkata kasar pada Kei tapi itu sudah biasa baginya.

"Aku tidak sengaja, Yah." Kei mencari alasan yang pas agar Ayah atau Bundanya itu bertambah marah padanya.

"Bohong, Yah dia sengaja menampar pipi aku di depan orang banyak sampai aku di permalukan dia, Yah," sanggah Kayla yang tidak ingin Ayahnya percaya pada Kei.

"Plis, Yah, Bun hukum dia karena dia sudah menamparku dan mempermalukan aku di depan semua orang Bun," mohon Kayla pada orang tuanya agar mereka menghukum Kei.

"Baik, sayang. Ayah akan hukum dia yang setimpal dengan apa yang dia lakukan padamu," ucap Ayahnya dengan lembut pada Kayla.

"Bun, urus dia," perintah Ayah pada Bundanya itu yang di anggukin olehnya.

Sintya langsung menghampiri Kei dan menyeretnya dengan kasar. Kei hanya diam menahan rasa sakit yang ada di lengannya itu. Ia tidak tahu akan di bawa kemana oleh Bundanya sendiri.
Ternyata ia di bawa ke sebuah gudang yang ada di rumahnya itu.

"Masuk kamu," perintah Sintya.

Sintya langsung menghempaskan tubuh Kei dengan kasar di dalam gudang yang kotor karena tidak di bersihkan dengan baik.

"Saya hukum kamu di sini jangan kemana-mana kamu. Saya taruh kamu di sini karena kamu sudah menampar anak kesayangan saya dan ini adalah hukuman buat kamu," ucap Sintya pada Kei yang duduk di lantai gudang.

Setelah berbicara seperti itu akhirnya Sintya meninggalkan Kei di dalam gudang dan menguncinya.

"Bunda jangan kurung Kei di sini," teriak Kei.

"Bunda, Kei mohon jangan kurung Kei di sini, Kei takut Bunda," teriak Kei yang ada di dalam gudang.

"Tolong aku, tolong buka pintu gudang ini," teriak Kei dengan menggebrak pintu itu.

Percuma saja Kei teriak sekencang apapun tidak ada yang mendengar suaranya dan membuka pintu gudang. Karena letak gudang ada di belakang rumah, jauh dari orang yang sering melewatinya.

"Ya Allah, Kei harus gimana biar keluar dari sini," ucap Kei yang bingung karena tidak ada jalan keluar dari gudang ini.

"Kenapa Bunda lebih sayang ke Kayla dan Ka Diana, kapan Bunda juga sayang sama aku kaya sayangnya pada saudaraku yang lain," ucap Kei dengan air mata yang mengalir di pipinya itu.

Kei menyeka air matanya yang terus mengalir itu. Menurutnya tidak ada gunanya menangis saat ini, ia harus cari jalan keluar dari gudang ini.

Kei berdiri dan mencoba untuk mencari jalan keluarnya. Matanya tidak bisa berhenti mencari jalan keluarnya.

"Gimana ini nggak ada jalan keluar satupun, jendela juga tidak ada," gumam Kei sambil melihat seluruh arah gudang.

"Masa aku harus tidur di sini?" tanya Kei pada dirinya sendiri.

"Tapi tidak ada pilihan lain juga, mau nggak mau aku harus nunggu besok biar bisa keluar dari sini," ucap Kei dengan pasrahnya.

"Tapi aku tidur pake apa ya di sini kan nggak ada apa-apa?" tanya Kei bingung.

Kei mengedarkan pandangannya ke seluruh arah, siapa tahu dia bisa menemukan alas untuk ia tidur dan akhirnya ia menjemukan kardus bekas untuk ia tidur nanti. Kei mengambil kardus itu dan menaruhnya di samping ia duduk.

Kei bersiap untuk tidur dengan alas seadanya saja tanpa selimut yang menyelimutinya. Kei memejamkan matanya tapi sebelum itu ia berdoa semoga hari esok akan lebih baik dari hari ini.

"Semoga besok bisa lebih baik dari ini," ucap Kei sebelum menutup matanya.

Setelah itu ia menutup mata dan menyelami dunia mimpi yang indahnya tidak seperti dunia yang sekarang ia tepati ini.

".....Dunia ini penuh dengan keajaiban karena hal-hal yang tidak masuk akal masih terus berlangsung. Seorang fotografer ingin membagi duka dunia di balik hal-hal yang kasat mata….para fotografer membagi pandangan, tetapi yang memandang fotonya ternyata buta meskipun mempunyai mata. Keajaiban dunia adalah suatu ironi, di depan kemanusiaan yang terluka, manusia tertawa-tawa....."

Sudah baca part ini? Apa reaksi kalian tentang part ini? Jangan lupa Vote dan comment ya hehehe jangan pelit oke👌

KEISYA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang