Sakura melangkahkan kakinya mendekati pasiennya. Ia mulai mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan luka yang terdapat pada kaki dan kepala. Pertama, ia akan mengobati jempol kaki pasiennya terlebih dahulu. Ia menuangkan cairan NaCl untuk mencuci bersih lukanya.
"Aw...." Pria ini mengeluh karena merasakan perih pada lukanya. Namun ia masih setia menutup matanya. Setelah kakinya dikeringkan, Sakura memberikan sedikit obat merah dan krim antibiotik, lalu menutupnya dengan kasa steril. Dengan cepat ia menyelesaikan pekerjaan pertamanya.
Sakura kemudian beranjak untuk mengambil kursi dan meletakkannya di sebelah tempat tidur pasien. Kemudian ia duduk dan akan memulai pengobatannya. Jantungnya sangat berdebar ketika telah berhadapan secara langsung. Sakura bahkan berharap bahwa pasiennya tidak akan membuka matanya sampai ia pergi.
Perlahan-lahan ia kembali membersihkan lukanya dengan cairan NaCl. Lagi-lagi sang pasien mengeluh karena merasakan perih. Karena lukanya berada di dahi tepatnya di atas mata, membuat pria ini enggan untuk membukan matanya. Saat Sakura akan menutup luka pasiennya, dengan tiba-tiba sang pasien membuka matanya. Kini kedua mata mereka saling bertemu satu sama lain.
Pasien pria mengernyitkan dahinya dan segera memperbaiki posisi tubuhnya dari berbaring menjadi duduk. Ia menyipitkan matanya, dan berkali-kali membuka-tutup kedua matanya untuk memastikan. Seorang dokter muda yang sangat cantik kini berada di hadapannya. Rambut merah muda yang panjangnya sebahu, bola mata yang berwarna hijau terang berkilauan, kulit yang cerah dan hidung mancung wanita ini benar-benar dikenalinya. Terlebih lagi bentuk bibir dan warnanya yang merah muda tanpa polesan semakin memperkuat semua fakta.
"S-Sakura?" Ia memanggil nama dokter wanita ini dengan gagap. Sakura berusaha untuk tetap tenang dan profesional. "Kenapa kau ada di sini?"
"Kau pikir untuk apa aku ada di sini?"
"Jawab pertanyaanku."
"Haruskah aku menjawabnya? Tidakkah terlihat jelas mengapa aku di sini, Sasuke?" Sasuke melihat lambang yang tertera pada jas dokter milik Sakura.
"Sudah berapa lama kau di sini?"
"Kenapa kau bertanya?"
"Tch."
"Mendekatlah, aku akan menutup lukanya dan segera pergi."
"Sudahkah dirimu menjadi seorang spesialis?" Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Sasuke, Sakura bungkam seribu bahasa. Sasuke menyeringai dan menatap tajam kedua mata Sakura. Bagaimana ia bisa menjelaskan kepada Sasuke, disaat Sasuke telah berada di hadapannya saat ini.
"Bukan urusanmu," Sakura menjawab dengan tegas.
"Apakah kau menjadi dokter magang lagi?"
"Apapun profesiku, kau tidak berhak untuk mengomentariku."
"Kau masih saja keras kepala seperti dulu." Perasaan Sakura sudah sangat kesal mendengar perkataan mantan suaminya yang tidak berguna.
"Apakah tidak ada dokter lain selain dirimu?" Sakura menyeringai kesal mendengar perkataan Sasuke yang tampaknya gugup, heran, senang namun mencoba untuk menutupinya.
"Aku yang sedang bertugas siang ini."
"Tenaga medis tidak hanya kau saja, bukan? Tidakkah kau merasa sial bertemu denganku?"
"Hei, Sasuke!" Sakura segera menahan rasa kesalnya. Ia mulai mengubah intonasi suaranya agar terdengar lebih lembut. "Biarkan aku menutup lukamu sekarang. Sebelum lukamu terinfeksi."
"Pergilah, aku baik-baik saja."
"Huh? Bukankah kau menyuruhku untuk datang ke sini dengan cepat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE - SASUSAKU (COMPLETED)
FanfictionSetelah menjalani rumah tangganya selama 5 tahun, Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura akhirnya memutuskan untuk bercerai. Bukan tanpa alasan, Sakuralah yang melayangkan gugatannya terlebih dahulu. Meski penuh keraguan dan ketakutan, namun Sakura memanta...