CHAPTER 17 – SHE IS MINE
Beberapa hari setelah hari ulang tahunnya, Sakura merasa bahwa ada sesuatu yang mengganjal. Ia jarang sekali melihat sosok Sasuke yang mobilnya selalu melewati depan klinik. Begitu juga ketika ia sedang tidak sengaja berpapasan, Sasuke memasang wajah datar dengan aura dingin. Sebenarnya Sakura tidak perlu mengkhawatirkan soal itu. Lagi pula jika mengingat kejadian pagi itu, yang seharusnya menjauh adalah Sakura, bukan Sasuke. Namun entah mengapa, karena ia tidak menyusul Sasuke saat di hari ulang tahun dirinya sendiri, justru Sakura merasa sangat bersalah.
Bunga mawar yang terletak di atas meja sudut ruangan apartemen, kini tampak layu dan mengering. Beberapa kelopak telah jatuh berguguran ketika disentuh. Sakura duduk termenung menatap bunga mawar sambil membayangkan sesuatu. Ia kembali membukan dan membaca kartu ucapan yang masih terikat dengan tangkai-tangkai mawar tersebut.
Malam ketika sedang berjaga, sesosok pria datang ke klinik untuk mencari dokternya. Pria itu memakai hoodie berwarna abu-abu dengan celana skinny jeans yang dipadukan dengan sandal selop berwarna biru tua. Ia berjalan santai dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku hoodie bagian depan.
"C-san sedang memiliki urusan mendesak di rumah sakit, maka itu dia menitipkan obatnya kepadaku." Sakura merasa bahwa dirinya tidak percaya diri ketika dihadapkan kembali oleh Sasuke. Tanpa berkata apapun, Sasuke segera pergi setelah menerima obat yang dititipkan C ke Sakura.
"Sasuke...." Sakura memberanikan diri untuk memanggil Sasuke, hingga pria itu menghentikan langkahnya tanpa berbalik badan. "Maafkan aku karena tidak bertemu denganmu saat itu."
Sasuke masih terdiam dan tak mengeluarkan sepatah kata. Ketika ia melihat Gaara yang memasuki klinik dan akan menuju kepada Sakura, Sasuke segera pergi meninggalkan Sakura. Gaara yang berpapasan dengan Sasuke pun sempat mengobrol sekilas.
"Sasuke, aku telah menyatakan perasaanku kepada wanita yang aku suka," kata Gaara tanpa berbasa-basi.
"Lalu?"
"Tidak ada, aku hanya ingin mengatakan ini kepadamu bahwa aku sangat bahagia."
"Oh, selamat." Sasuke pun segera pergi meninggalkan Gaara.
Dari balik jendela kamar, Sasuke terus melihat keadaan klinik tempat di mana Sakura berada. Meski hanya bagian luar saja yang terlihat, Sasuke hanya ingin memastikan, berapa lama Gaara akan berada di dalam klinik. Meski Sasuke mengira bahwa Sakura telah membalas perasaan Gaara, ia sama sekali tidak peduli. Yang terpenting adalah bagaimana caranya bisa merebut hati Sakura kembali. Sakura bukan hanya seorang wanita yang sempurna, namun Sakura merupakan seseorang yang bisa menyempurnakan seluruh hidup Sasuke.
Sasuke benar-benar mulai tersadar bahwa ia tidak bisa jika terus hidup seperti ini tanpa cinta. Meski dahulu keegoisan yang menyebabkan perpisahan di antara mereka, Sasuke ingin mengulang dan memperbaikinya. Ia tersadar bahwa hidup seperti ini membuatnya tersiksa. Ia ingin segera lepas dari permainan, penderitaan dan sandiwara dunia yang menjijikkan ini. Sasuke tidak bisa membiarkan semua orang berlaku seenaknya. Ini merupakan sebuah ketidakadilan yang akan semakin memburuk jika dibiarkan begitu saja.
Pagi ini, Sasuke mencari jadwal penerbangan yang paling awal. Ia segera menuju ke Konoha dalam waktu 45 menit dengan menggunakan transportasi udara. Sesampainya di Konoha, ia mendatangi sebuah rumah besar milik keluarganya—kediaman Uchiha Fugaku. Suasananya masih sama seperti sebelumnya, tampak sepi dan tenang. Tak heran, karena memang penghuni utamanya hanya ada tiga orang.
"Aku menyetujui rencana Itachi," kata Sasuke yang masuk ke dalam ruangan Fugaku secara tiba-tiba. Fugaku dan Itachi yang melihat kedatangan Sasuke secara tiba-tiba, kemudian merasa heran dan sedikit tidak percaya. "Aku telah menemukan akar dari permasalahan ini. Mulai sekarang, biarkan aku yang akan menebas habis akarnya. Mengenai apa pun yang berkaitan dengan perusahaan, silakan kau urus, Itachi."
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE - SASUSAKU (COMPLETED)
FanfictionSetelah menjalani rumah tangganya selama 5 tahun, Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura akhirnya memutuskan untuk bercerai. Bukan tanpa alasan, Sakuralah yang melayangkan gugatannya terlebih dahulu. Meski penuh keraguan dan ketakutan, namun Sakura memanta...