🌿tiga puluh dua🌿

16K 1.1K 42
                                    

Karena hari ini Letta akan bertemu bidadari tak bersayap, sang idola. Letta tidak ingin mempermalukan Karina nanti saat berjalan bersamanya, Letta memakai baju yang lumayan dewasa bukan dalam artian kurang bahan kok. Letta hanya mengenakan kemeja motif bunga-bunga dipadukan dengan rok yang dia dapat dari ibu mertuanya, baju dewasa kan?

Sebagaimana seorang perempuan yang sudah menjadi istri dari pak Revano yang terhormat dan maha agung , Letta berinisiatif untuk menelepon sang suami yang menurutnya gila kerja, padahal Letta sudah berkali-kali menasehati Revan. Seperti ini...

"Pak jangan kerja terus, nanti bapak sakit yang repot kan saya" 

lihat! kurang peka apa lagi Letta dan jawaban Revan sungguh minta di bogem.

"Selagi saya masih bisa bekerja untuk apa istirahat?"   Kadang Letta bingung sendiri. Ini yang lebih pintar Letta atau dosennya sih?

Sambungan telepon Letta dengan sang suami  terhubung, Letta meletakkan layar ponsel ke telinga.

"Assalamualaikum pak"

"Waalaikumsalam sayang" Letta masih geli geli gimana gitu kalau di panggil sayang oleh Revan, bukan geli sih lebih tepatnya jijik. rasanya aneh, padahal kalau di kampus dosen kampret satu itu selalu menyuruh Letta kerja rodi.

Sayang dari mana?

"Pak saya izin mau pergi" Letta terdiam, mendengarkan helaan nafas berat dari Revan.

"Dibolehin gak sih?" Ketus Letta mulai kesal, percayalah di kacangin itu rasanya gak gurih.

"Hmmm, perginya mau ketemu siapa?" Letta mendengus, dasar pak suami kepo, untung bukan monyet Dora, kalau iya bersiaplah kata-kata mutiara berjenis hewan yang ada di kebun binatang akan terlontar dari bibir cipok-able Letta.

"Kakak bidadari, temen nya apk Revan!"

"Gak" Letta memicingkan matanya.

Apa Revan sedang menyembunyikan sesuatu?

Ayolah berikan Letta kekuatan untuk membaca mimik wajah seseorang atau membaca pikiran Revan lewat mata batinnya.

"Dih siapa yang minta persetujuan, saya minta izin. Bapak setuju atau enggak saya tetap berangkat, blee" Letta menjulurkan lidahnya lalu mematikan sambungan telepon sepihak lalu langsung mematikan ponsel, suami kepo Letta itu pasti akan kembali menjadi hacker dadakan, jika Letta tak cepat memutus koneksi.

Tapi siapa peduli?

Motor matic Scoopy dengan warna abu-abu milik Letta sudah sampai di tempat tujuan, untungnya rok dewasa milik Hana cukup panjang, hingga lutut. Sehingga angin semilir panas dari asap kendaraan tidak menembus kulit putihnya.

Begitu sampai ,Letta langsung menyapa "Hai, kak Karina!" Letta tersenyum sumringah saat melihat Karina tengah duduk di sudut cafe.

"Letta aku mau bicara" Letta mengangguk dan duduk di depan Karina. Mata Letta menilik sekitar, dari tadi perasaannya tidak enak.

Seperti ada seorang setan berwujud tante Amara dan benar saja wanita itu ada di sebelah meja mereka, Letta refleks memegangi dadanya yang ingin mengeluarkan organ dari dalam sana.

Bukan apa-apa, Letta cuma takut, kalau keluar jantungnya nanti. Apa yang mau dijual jika kondisi kehidupannya melarat, walaupun itu cuma bayangan Letta, tetap saja Letta ketakutan jika membayangkan hal itu akan terjadi.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Letta menatap Amara garang.

Bagaimana mau ramah? Kalian tentu masih ingat pertemuan pertama mereka bukan? Letta langsung ditampar, padahal gak tau apa-apa.

"Diam! Kamu akan tahu nan--" Letta tidak menggubris pandangannya tetap tertuju pada sang idola.

"Bilang aja kak"

"Ini permintaan, aku bakal balas apapun yang kamu inginkan kalau kamu mau turutin apa yang aku mau"

Letta mengangguk ragu, jangan sampai Karina minta jantung setelah di kasih hati  hmm kerjaan siapa tuh?

Gak tahu diri.

"Selama itu gak aneh Letta bakalan berusaha turutin kak" janji Letta dengan senyuman tipisnya.

Karina meremat ujung dress ketatnya. Jujur, Karina merasa bersalah jika harus mengatakan apa yang dia mau pada Letta, tapi keputusan Karina sudah bulat, dia tidak akan melepas apa yang sudah ia klaim sebagai miliknya.

"Aku mau cerita dulu" jadi ambigu yang dialog guys mau cerita--

"Boleh"

"Aku pacar Revan, tapi dulu"

"Bodo amat, jangan bicarain tuh orang deh kak. Letta gak suka topiknya, perasaan Letta jadi gak enak" Letta meminum jus buah naga yang ada didepannya.

"Tapi ini tentang Revano" Letta mendongak dan kembali meminum minumannya, menunggu kelanjutan dari cerita yang akan dibawakan oleh Karina.

"Ya bilang aja kak"

"Aku mau kamu pisah sama Revan dan aku yang akan gantiin kamu"

Uhuk uhuk

"Astagfirullah, keselek gue" Letta meminum air putih, demi menghilangkan rasa sakit yang mengganjal, ia menatap Karina lekat dan berdehem lalu mulai mendekatkan diri dengan Karina.

"Jaga bicara kamu!" Letta hanya melirik Amara sebentar, lalu fokus kembali pada Karina.

"Mau Letta jujur kak?" Karina mengangguk.

"Letta gak yakin cinta atau enggak sama pak Revan tapi satu hal yang perlu kakak tau, Letta gak akan lepasin pak Revan karena pernikahan buat Letta cuma sekali, kalau Letta jadi janda,ishhh.. Letta gak mau" mana mau Letta jadi janda muda, sebulan saja pernikahan mereka belum sampai, masa udah jadi janda, mana harus ngurus anak sendiri, Letta mana bisa.

Saat itu juga sebuah tangan kokoh dan besar yang sangat Letta kenali mengalung di leher  putih Letta."Makasih sayang" tanpa malu dengan orang sekitar, Revan mencium Letta.

Emosi Amara tidak terbendung "kamu gila Van? Di sini banyak orang!" Revan menatap Amara datar, apa-apaan tatapan sinis dan cicitannya itu?

"Kenapa tante marah? Kami sudah resmi menjadi suami istri" Revan menggenggam tangan Letta dan membawa wanitanya segera pergi dari dua wanita itu.

Sebelum pergi Revan dan Letta kompak berbalik dan berseru..

"Lebih baik kalian cek kondisi ke RSJ secepatnya, takutnya gila karena liat yang uwu uwu"













Jangan lupa follow Wina dan taburin bintang sayang 🖤✨

Lettavan (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang