🌿dua puluh dua🌿

17.4K 1.2K 23
                                    

Sumpah, dopret ngambek itu bikin dag dig dug serr.. salah salah nilai yang jadi taruhan

~Shaletta Diandrani~

Letta meringis ngilu saat mengingat pengakuan pranknya membuat Revan ngambek.

"Pak Andrian Revano!" Rengek Letta menarik baju Revan yang sama sekali tidak menggubrisnya dari tadi. Rasanya seperti anda menjadi iron man. Ah mantap.

"Pak saya minta maaf" Revan melepaskan tangan Letta dari ujung bajunya.

"Introspeksi!" Kata Revan sebelum pergi, menuju  ruangannya. Siapa coba yang tidak marah jika dibohongi seperti ini? Revan juga punya perasaan tau.

"Pak, akh-- kepala saya!" Letta terhuyung sambil meringis, Revan langsung berbalik dan menahan tubuh Letta yang hampir jatuh.

"Romantis ya pak?" Revan terdiam lalu mengembalikan tubuh Letta dan kembali menuju ruangannya.

Bruk

Letta jatuh, Revan tertawa "gak usah bohong, gak mempan" tidak mendengarkan jawaban dari mahasiswi mabalnya, Revan berbalik dan membelalakkan mata saat mengetahui Letta benar-benar pingsan dan kepalanya kembali bocor. Bocor darah bukan bocor gas kek ban kendaraan.

"Letta jangan becanda!!" Cicit Revan mengangkat tubuh Letta ke mobilnya dan langsung melajukan mobil ke rumah sakit terdekat.

"Bagaimana keadaan tunangan saya dok?" Tanya Revan dengan kekhawatiran yang saat ini tengah menguasainya. Rasa bersalahnya kembali hadir.  Letta ini suka sekali sepertinya menginjakkan kaki di rumah sakit dan bermalam di sana.

"Kondisi pasien tidak buruk. Pasien hanya butuh makanan, maag nya kembali kambuh, saya sarankan pasien jangan telat makan agar dia tidak kelelahan lagi" papar dokter itu menjelaskan.

"Jadi kepalanya yang berdarah karena apa pak?"

"Itu jahitannya terbuka karena pasien terjatuh atau terbentur sesuatu sebelum jatuh" Revan mengangguk paham, ia memesan makanan dan membongkarnya, sembari menunggu sang tunangan siuman, Revan makan lebih dulu.

"Pak Revan! Saya udah dimaafin?" Revan menoleh dan menyelesaikan acara makannya dengan minum. Laki-laki itu mencuci tangan lalu menyugar rambut , kembali membongkar kresek.

"Pak saya minta--"

"Belum lebaran" potong Revan menyendokkan bakso original kesuksesan Letta dan meniupnya sebelum menyuapi Letta.

"Pak saya udah di maafin kan?" Revan tidak menggubris, laki-laki itu kembali menyuapi Letta hingga baksonya habis.

"Pak!!"

•••

Mengumpulkan keberanian Letta datang ke rumah Revan. Dari informasi yang dia dapat, laki-laki itu sendirian di sini karena orang tuanya ke Amerika untuk mengurus bisnis keluarga.

Menarik nafas, Letta mulai menekan sambungan telepon "hmm?" Letta meringis, sakit hati dedek mas, baru tersambung, sudah hm yang keluar dari mulut Revan.

"Pak saya ada diluar rumah bapak, keluar ya pak"

"Males" balas Revan cuek.

"Pak saya beneran loh, saya ada di rumah bapak. Ini mendung pak, masa bapak tega biarin saya kehujanan, say--"

Panggilan diputus secara sepihak oleh Revan, nah kan minta di bacok, untung dosen. Untung Letta salah, kalau Letta gak salah, dia ogah ke sini.

Lettavan (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang