Sekarang Revan sedang memperhatikan Letta yang dari tadi, naik turun tangga rumah mereka, mulai hari ini pasangan gaje ini resmi pindah.
"Uwaahhh sayang deh sama pak suami" Letta mencium pipi Revan singkat dan kembali lagi melihat rumah mereka sampai puas, Revan hanya tersenyum dan tidak lupa memvideokan momen ini.
Siapa tahu nanti anak mereka nanya, kelakuan ibunya kayak apa? Nah tuh video bisa digunakan.
"Udah cape?" Letta menggeleng, dia melirik kolam yang ada dibawah sana dari lantai dua rumah, astaga Letta tiba-tiba ingin berenang.
Letta melepas kemejanya, menyisakan tanktop hitam miliknya dan mulai mengambil ancang-ancang untuk turun dengan gaya free style alias lompat indah, Revan yang melihat itu sontak melotot dan langsung menuruni tangga, tidak... Revan tak sanggup jadi duda secepat ini, kalau Letta pergi Revan juga akan...
"Sayang!" Lirih Revan, Letta mengerjab. Pak suaminya ingin menangis? Letta mendekat dan mengusap air mata Revan yang berjongkok di pinggir kolam renang, hmm mau jahilin tapi takut Revan ngambek, jadilah Letta hanya diam dan tersenyum.
"Kenapa pak? Saya baik-baik aja, oh ya berenang bareng yuk!" Ajak Letta yang dibalas gelengan kuat dari Revan.
"Saya gak bisa berenang" Letta sontak menepuk keningnya pelan. Untuk apa rumah memiliki kolam renang kalau yang punya tidak bisa makai? Bagaimana kalau Revan jatuh dari lantai atas saat dia tidur berjalan? untung saja Revan tidak mempunyai kelainan itu kalau ada Letta pasti jadi janda dadakan, Letta belum siap.
"Nanti saya ajarin"
"Gak mau" Letta mengerling, menatap Revan dengan senyuman miring, Revan sontak bergidik ngeri dan lari sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
"Hei! Sayang welcome to me!" Letta mengendap, mencari dimana keberadaan si tua itu, ia pikir tubuh Revan tinggi karena rajin berenang, ternyata bukan itu.
Berbicara dengan tinggi badan, Letta juga heran kenapa dia yang sering berenang ini tidak tinggi-tinggi?
"Honey!" Revan belum juga muncul, Letta hanya terkekeh, dia masuk ke kamar mereka dan memakai bajunya lagi, saat dia keluar dari kamar mandi Revan juga tidak di sini.
Apakah pak suami Letta itu ngambek?
"Bodo amat" Letta memejamkan matanya, ngapain ngurusin bayi besar, Letta males.
"Kenapa kamu gak cari saya?"
Pucuk dicari ulatpun dapat, akhirnya si Revanjing itu datang juga.
"Hah, tidak mencari dari mana? Saya udah keliling rumah tapi bapak juga gak ada" gantian sekarang Letta yang dalam mode ngambek.
"Maafin saya" Letta mengerucutkan bibirnya, memalingkan wajah, yang penting tidak melihat wajah Revan yang sok polos itu.
"Hmmm, beliin martabat nanas yang gak gatel dulu dong" Revan mengangguk dia membuka aplikasi, mulai memesan makanan. Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang, Letta pun berhenti dari acara ngambeknya.
"Letta!"
"Hmm?" Gumam Letta tak bisa mbejawab karena mulutnya penuh dengan martabak.
"Saya kok ngerasa di tipu, seharusnya kan saya yang ngambek?"
"Derita lo!"
"Istri durhaka"
"Maafkan aku pak suami" Letta menyatukan tangannya, lalu duduk " jangan kutuk saya!!! Aaa... Tidak!!!!!" Revan menunjukkan ponsel.
"Kamu mau saya lempar pake ponsel?" Letta menggeleng, ancaman Revan bisa jadi kenyataan, Revan kan orang kaya kalau dia mau, handphone begitu bisa dia beli dengan pabriknya.
"Saya mau mandi dulu, kalau gofudnya datang, kamu ambil aja gak pa-pa?"
"Nggak pa-pa, nanti saya ambil" Letta berjalan ke luar rumah, mengambil ponsel dari tangan Revan untuk tahu informasi kedatangan martabak manis nanas tapi gak gatel kesukaannya.
"Isinya apa aja ya? Mau buka tapi takut" Letta yang ingin mengembalikan layar ponsel urung, dia takut mengecek ponsel Revan tanpa mendapat izin.
"Belum dateng?" Letta menggeleng dan melotot melihat rambut Revan yang masih basah, jadinya baju yang dia pakai ikut basah "kenapa?" Kening Revan berkerut melihat Letta yang melotot.
"Seharusnya bapak handukan dulu"
"Iya udah"
"Mana? Buktinya rambut bapak masih basah"
"Saya handukan di badan bukan di rambut"
"Loh? Maksud saya rambut bukan badan"
"Oi! Ributnya nanti dulu, kaki saya pegel nungguin kalian beres ribut"
Sontak Revan dan Letta menatap mamang gofud yang sudah memasang muka masam sambil menenteng kresek "iya iya makasih, bintang lima nya ngusul" Letta mengambil kresek dari tangan mamang gofud lalu kembali menghampiri Revan, tidak mempedulikan mamang gofud.
Gak penting juga, lagian cuma pemeran figuran.
"Udah?"
"Udah, ayok ribut lagi"
"Ngga ah , saya mager"
"Bapak pernah saya tonjok belum sih?"
"Belum"
"Pantesan, nanti aja kita gelut, saya laper, sebelum itu bawa ini ke balkon kita makan di atas aja" Revan mengangguk.
Sampai di balkon kamar, Letta menyuruh Revan duduk di atas kursi, perempuan itu mengambil handuk dan mulai mengeringkan rambut Revan.
"Suapin, pakai tangan coba, lebih romantis" Revan menurut, dia mencuci tangan lebih dulu, baru menyuapi Letta.
"Gimana? Enak?"
"Enak lah, orang kita beli"
"Rambut bapak udah panjang, gamau di potong?"
"Nanti aja sekalian pulang dari kantor"
"Oke"
Udah follow akun ini sama Ig Wina belum? Kalau belum di follow, minta follback bisa DM sayang🌿
Kasih tau cerita ini sama temen kamu, berbagi itu indah, pahala author bisa ke kalian loh, kata siapa? Gak tau, percaya aja ya! Gak percaya kita tawuran
Jangan lupa follow Wina dan taburin bintang sayang🖤✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Lettavan (Completed)
Romansa"Letta menikahlah dengan saya!" "bapak bercanda? obatnya habis?" •••••• Ini cerita klise antara Letta dan Revan yang judulnya Lettavan. Si dosen rese yang menjadikan mahasiswinya babu. Si mahasiswi bobrok yang mau mau saja disuruh oleh sang dosen.