"Letta cuci muka dulu" Letta mengangguk dengan wajah sumringah, lumayan jalan-jalan liat pemandangan memanjakan mata dan batin, cogan kampus.
"Jangan lewat 3 menit" bangke! Kalau gitu gak usah nyuruh cuci muka, Letta harus pakai tenaga dalam dong.
"Iya iya pak, elah!" Letta berjalan keluar kelas. Ada mangsa empuk tuh.
"Nia sini lo" Nia seorang perempuan dengan jilbab yang setiap hari berwarna hitam dan bentuk yang berbeda-beda itu maju, mendekat pada Letta.
Sejujurnya, Letta juga bingung kenapa mahasiswa atau mahasiswi enggan berteman dengannya. Padahal Letta ini imut-imut gimana gitu.
"Minta air di botol itu dong Ya!" Nia mengulurkan botol minumnya takut-takut, ia pernah melihat Letta memukuli seorang laki-laki dan dari penampilan saja Letta sudah kelihatan tomboi, tidak ada yang berani dekat dengan Letta, kecuali Aldo.
Mereka beranggapan kalau Aldo di ancam oleh Letta sehingga mau berteman dengan perempuan itu. Nyatanya Letta sama sekali tidak memaksa, toh mereka juga sepupu.
"Makasih" Letta menyerahkan botol minum Nia dan kembali ke kelas dengan wajah yang lebih ceria juga segar.
"Cepat sekali, kamu cuci muka di mana?"
"Bapak kepo deh, mending ngajar sekarang pak! Durasi" ujar Letta bijak membuat para mahasiswa menghembuskan nafas kasar, seharusnya Letta lebih banyak mengajak dosen itu berbicara agar suasana kelas bisa lebih santai.
"Sekian materi dari saya, minggu depan ada kelas saya kan, bawa laptop" ucap Revan mengakhiri kelas hari ini.
---
"Come on come on come on baby~"
"Woy ngape lo? Turun!" Letta nyengir ia melepas lilitan tali beringin dari tangan dan pinggangnya. Ceritanya tadi sambil nungguin Aldo, main jadi Rapunzel. Princess yang rambutnya panjang itu loh.
"Pakein abangku sayang!" Aldo memakaikan helm dengan setengah hati, muka Letta minta ditampol.
"Bang minta duit dong!" Aldo memberikan dompetnya seperti biasa. Mulai melajukan motor, menunggu apa yang akan dibeli oleh sang sepupu laknat.
"BERHENTI!!"
Untung saja Aldo memakai helm jadi teriakan Letta tidak terlalu terdengar, ia berhenti di depan penjual pentol sudah dipastikan Letta ngidam pentol.
"25.000 bang bungkus!" Letta mulai memilih pentol, tahu isi, tempe tepung, dan kawan-kawan.
"Makasih bang nih 50.000 kembaliannya buat abang aja" Letta mengambil pesanan dan naik ke atas motor Aldo, ia memakan pentol sambil menikmati hembusan angin.
"Shal!"
"Paan?"
"Lo gak pengen rubah penampilan engh.. jadi lebih feminim lagi gitu!" Ucap Aldo takut-takut kalau Letta tersinggung, aslinya Letta tidak peduli.
"Akh-- maaf!" Ringis Aldo karena Letta memukul pundaknya.
"Gue ini feminim, masih bisa make makeup dan sebagainya. Ya... lo tau sendiri alasan gue gak mau pakai begituan, ribet" papar Letta.
"Tapi kalau lo gak urak-urakan pasti jadi primadona kampus" Letta terkekeh, ia sudah merasakan menjadi primadona SMA dan itu melelahkan. Setiap hari harus menolak laki-laki dan setiap hari harus diganggu dan loker penuh dengan cokelat dan bunga.
"Gak tertarik"
Jangan lupa follow Wina komen tandain kalau typo dan taburin bintang sayang 🖤✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Lettavan (Completed)
Romansa"Letta menikahlah dengan saya!" "bapak bercanda? obatnya habis?" •••••• Ini cerita klise antara Letta dan Revan yang judulnya Lettavan. Si dosen rese yang menjadikan mahasiswinya babu. Si mahasiswi bobrok yang mau mau saja disuruh oleh sang dosen.