🌿lima belas🌿

21.9K 1.4K 44
                                    

Saya gak matre kok ,saya hanya memanfaatkan kekayaan seseorang dengan sebaik mungkin agar tidak sia-sia.

_Shaletta Diandrani_

Pasrah dan pasrah hanya itu yang bisa Letta lakukan sekarang. Ketika di suruh menjadi babu tanpa upah sedikitpun Letta harus mau. Katanya asisten, ini mah babu.

Bahkan ia juga harus menahan rasa lapar dan kantuk serta bosan yang menerjang karena faktor cape dengan pekerjaan yang diberikan Revan untuknya.

"Demi nilai semangat" gumam Letta menyemangati diri sendiri. Ia menatap arloji berwarna hitam dengan Glitter kuning di sisi benda itu yang melingkar di pergelangan tangan Letta. Ini sudah jam setengah tujuh malam dan dopret sialan ini masih mengurung Letta dengan setumpuk kertas yang harus dia pilah.

"Kamu lapar?" Setelah hampir tiga jam berkutat di depan laptop dengan dalih mengurus perusahaan, baru sekarang tunangan Letta ini mengeluarkan suara.

"Lapar lah pak, orang saya di jadiin babu tanpa upah, cape tau" Revan menilik Letta lewat ujung mata, ia dengan tiba-tiba membuat Letta hampir terjatuh karena mendekatkan wajahnya pada wajah Letta.

"Bukan babu sayang, asisten" Letta mendorong wajah Revan dengan setengah kasar, cuma setengah kok. Tapi mampu dan berhasil membuat Revan menjauh.

"Dih, sayang-sayang palelo peyang!" Letta mulai mengambil ponsel Revan, nyolong hotspot.

"Pak saya mau pesen makan, bayarin" Letta tersenyum mendengar deheman pelan dari Revan. Ia mulai memilih makanan di go-food, yang banyak. Revan gak bakalan bangkrut cuma buat bayarin makanan yang Letta pesan.

"Pak ini siapa? " Sambil menunggu pesanan makanannya, Letta mengutak-atik ponsel Revan. Laki-laki itu tidak peduli dia tetap melanjutkan pekerjaannya. Toh Letta sudah selesai mengerjakan apa yang dia suruh.

"Oh itu, tante saya. Mau saya cerita?" Letta mengangguk antusias, sedangkan Revan terlihat memajukan bibirnya.

"Cium saya dulu!" Letta mencium pipi Revan singkat.

"Bukan di situ sayang, di sini" Revan menunjuk bibirnya yang dibalas senyuman miring dari Letta.

"Cerita jangan bikin saya penasaran dong pak! Nanti lah cium di sana, belum muhrim" ujar Letta mendadak kesurupan hantu ustazah "wait! Pesanan saya udah dateng, minta duit" Revan menyerahkan dompetnya.

"Belajar jadi matre dimana?" Letta mengendikkan bahu acuh.

"Bukan matre cuma memanfaatkan kekayaan bapak, sebaik mungkin" bela Letta, tanpa menunggu balasan dari Revan, ia berlari menuju pagar kampus untuk menemui mas gofud, sumber tenaga untuk mengisi perut. Penerangan di sini lumayan cukup, tidak membuat Letta, ketakutan karena gelap.

"Ini pesannya dek!"pengantar makanan itu menyerahkan kresek pada Letta.

"Makasih bang!" Letta menyerahkan uang pesanan pada pengantar makanan itu sambil tersenyum sumringah. Bau dari makanan ini membuat pasukan yang ada diperut Letta meminta untuk diberi makan secepatnya.

"Bintang limanya jangan lupa" pesan pengantar makanan itu sembari memasang helmnya. Letta memberikan dua jempol lalu membawa dua kresek itu kemeja Revan.

Letta menuju dispenser, mencuci tangan di sana lalu membuka kresek yang sudah menampilkan ayam original dengan berbagai makanan yang juga original.

"Mulai cerita lah pak. Tante bapak kok kayak masih muda gitu dan dia kelihatan dekat sama kalian sampe-sampe photonya ada sama keluarga kalian"

Tadi, Letta membuka ponsel Revan dan menuju galeri melihat Iis galeri Revan yang hanya memuat photo pertunangannya dengan Letta dan photo keluarga mereka. Tapi satu sosok perempuan dengan baju yang lumayan mewah berdiri di dekat ibu Revan bersama Revan dan ayahnya. Sehingga keluarga kecil mereka tampak seperti kelebihan kapasitas.

"Tapi kamu lagi makan, makan gak boleh bicara!" Letta mendengus.

"Ya kan yang cerita bapak. Kalau bapak cerita saya suapin pakai sendok deh, tau yang gak suka jorok" Revan tersenyum dan menggeleng.

"Suapin pakai tangan kamu aja" Letta mengangguk dia mengambil daging ayam goreng lalu menyuapkan pada Revan dengan penuh kasih sayang yang setengah dipaksakan. Yakin setengah?

"Begini ceritanya. Namanya tante Amara dia anak pungut keluarga ibu saya. Sejak kecil kata mama sangat menyayangi tante Amara dan sebaliknya tante Amara juga sangat menyayangi mama"

"Kok bapak tau? Bukannya bapak belum lahir?"

"Itu cerita dari mama saya"

"oke lanjut"

"Sampai saya lahir dan tumbuh besar dia selalu ikut ambil bagian dalam mengurus saya termasuk mengatur hidup saya. Saya tidak pernah menyukai tante Amara dia menyebalkan" jelas Revan membuat Letta mengangguk mengerti.

"Oh gitu. Nih makan lagi, bapak pasti lapar kan?" Letta menyuapkan ayam bakar pada Revan yang sekarang sudah seperti bayi besar bagi Letta.

"Engh.. Letta bagaimana kalau hubungan kita di publikasikan saja" celetuk Revan tiba-tiba. Letta menghentikan kunyahannya dan menggeleng. Tidak!!! Masa depan Letta Alma tercemar, gosip gosip hangat dan panas atau mungkin sampai mendidih akan membuat hidup Letta tambah berat.

"Jangan deh pak. Kampus ini gak bolehin hubungan antara mahasiswa dengan dosennya bukan?" Revan mengangguk, kembali menerima suapan dari Letta.

"Benar apa yang kamu bilang. Tapi, saya bisa berhenti dari sini dan fokus pada perusahaan" Letta menatap dosennya. Ide bagus, kalau Revan fokus pada perusahaan apalagi yang di Amerika, kesempatan Letta untuk bebas bisa terlaksana.

"Boleh pak?" Revan menggeleng membuat senyuman Letta luntur seketika.

"Dih! Kebiasaan gak pernah serius. Php tross!" Sindir Letta. Ia meminggirkan bungkus nasi dan fokus pada lauk yang masih tersisa.

"Kita kan sudah serius"

"Dih, saya tampol mau pak?" Letta mengambil sambal lalu membukanya dengan gigi dan menuangkan sambal tersebut ke ayam bakar, Letta melirik pekerjaan yang Revan lakukan di laptopnya.

"Kamu suka pedes?"

"Suka, tapi gak dibolehin mama" Letta kembali menuangkan sambal pada ayamnya. Letta ini sebenarnya juga menyukai varian rasa yang tidak original, tapi dia memiliki penyakit yang rentan jika memakan makanan pedas, asam, atau makanan yang rasanya berlebihan.

"Oh, saya juga tidak di bolehkan tante Amara" Letta hanya diam. Bingung harus membalas seperti apa, yang dia tahu sekarang, tante Amara itu penting bagi Revan, walaupun bagi Revan tante Amara nya menyebalkan.
















Jangan lupa follow Wina komen tandain kalau typo dan taburin bintang sayang 🖤✨

Lettavan (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang