Pulang sekolah hari ini, Aska dan Rihan niatnya mau makan siang bareng. Tapi...."Aska kita mau makan siang dimana?" Tanya Rihan saat perjalanan menuju parkiran.
"Kayaknya di--" ucapan Aska terpotong karena..
"Hei, kalian mau makan siang bareng ya, ikut dong," ucap Shindy yang tiba-tiba datang dari belakang dan merangkul Aska dan Rihan.
"Lo nguping?"
"Heh! Gue punya kuping ya, jadi kedengeran." Shindy menjawab pertanyaan Rihan tadi.
"So' akrab banget sih lo! Sana pergi, ganggu orang aja." Aska melepaskan tangan Shindy dari bahunya, lalu melakukannya lagi dari bahu Rihan.
"Yaelah, gue tau kalian kaya. Pasti makanannya juga enak, iya kan?"
Rihan jadi kasian, apakah Shindy gak pernah makan enak atau gimana?
"Gak apa-apa Aska, ajak aja." Rihan mencoba membujuk Aska.
"Nah tuh, bener kata Rihan. Kita kan temenan gays, yaampun."
"Gak ah! Nanti dia ngerusuh lagi!!" Aska tetap saja menolak.
Rihan cemberut dan memajukan bibirnya gemas. "Yaudah gak jadi aja kalau gitu!"
Aska gelagapan. "Nah mampus kan, gue bilang juga apa, ajak gue aja," ucap Shindy tanpa dosa.
"Yaudah deh, ayo lah."
"Tapi lo jangan ngerusuh," sambung Aska tegas.
"Emang gue mau tawuran apa, ngerusuh."
"Nah gitu dong, ayo!" Rihan pun akhirnya ceria kembali.
●●●
Setelah sampai di Restaurant yang telah ditentukan akhirnya mereka duduk di meja yang telah dipesan Aska sebelumnya.
Tentu dengan Shindy, yang dari tadi ngoceh gak jelas. Saat menuju kesini pun dia tak henti-hentinya berdecak kagum, dari masuk mobil sampai keluar ia sangat senang sekali.
Ini contohnya.
"Waww... ini beneran tempat makan? Kok kayak istana aja. Gede banget," ucapnya sambil menganga tak percaya.
Padahal kan gue pesen tempat yang biasa aja -batin Aska
"Lo emang baru pertama kali ke tempat ginian?" Tanya Aska.
Shindy mengangguk. "Iya, biasanya gue kalo makan di warteg."
"Shindy kasian banget, yaudah pesen aja cepet." Rihan tuh gak tega liat Shindy yang kayaknya kurang berkecukupan kayak gini.
"Gak usah kasian, gue mah udah biasa." Shindy tersenyum dan Rihan pun ikut tersenyum.
"Lo juga makan Rihan, kata mama lo jarang makan akhir-akhir ini." Aska mengingatkan Rihan.
"Iya iya. Lo sekarang galak Ka, kayak mama gue."
Aska hanya tersenyum.
"Makan gak nih, woi!" Lupa kalo ada Shindy.
"Iya, ayo pesen." Ini Rihan yang ngomong.
●●●
Setelah makan-makan tadi, akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk pulang aja.
"Lo makan nya banyak banget, tapi tuh badan kayak triplek," ucap Aska yang sedang menyetir, dengan Rihan disampingnya, dan Shindy di kursi belakang.
"Yaelah, gue makan banyak juga sekarang doang, karena ada makanan. Kalo gak ada mah gue gak makan." Tutur Shindy.
"Emang lo jarang makan karena gak ada makanan?" Sekarang Rihan yang bertanya.
"Ya gitu deh," ucap Shindy seadanya.
"Rumah lo dimana? Gue anterin pulang." Tanya Aska.
"Bentar lagi nyampe."
Setelah beberapa saat, Shindy menginstruksikan Aska supaya berhenti.
"Ini rumah gue, berhenti."
"Yang mana rumah lo?" Tanya Aska penasaran.
"Rumah gue ada di dalem gang ini, mobil lo gak bakal bisa masuk."
"Oh gitu, yaudah Shindy kita pulang dulu, nanti kapan-kapan kita main ke rumah lo, dahh~" Rihan sepertinya sangat senang dengan kehadiran Shindy.
Shindy tersenyum dan keluar dari mobil Aska.
"Hati-hati dijalan, makasih makanannya," ucap Shindy yang diangguki Aska dan Rihan.
Shindy masuk ke gang itu, dan begitupun mobil Aska yang menjauhi tempat itu.
●●●
Akhirnya Aska dan Rihan sampai di rumah masing-masing sekitar jam 3 sore. Biasanya sekolah mereka pulang sore, tetapi tadi hari pertama sekolah, masih belum aktif belajar seperti biasa.
"Yaudah gue pulang dulu ya, salam buat mama. Kalo papah ada juga salamin," ucap Aska setelah selesai mengantarkan Rihan di depan rumahnya.
Rihan mengangguk gemas. "Kayaknya papah belum pulang deh, Ka. Yaudah nanti salamin ke mama aja."
Aska tersenyum, dan mengacak rambut Rihan gemas. "Besok berangkatnya bareng lagi, tapi jangan telat."
"Iya ih, kemarin mah gue diajak nonton drakor sama mama."
"Alesan aja."
Rihan tak terima dirinya di tuduh berbohong. "Nggak, gue gak bohong. Tanya mama aja kalo gak percaya."
Aska tertawa, ternyata Rihan lucu juga kalo lagi marah. " jangan marah. Lo nambah imut."
BLUSSHH....
Aska merona di kata imut kek gitu. "Gausah blushing di depan gue, biasanya juga pede lo!" Aska menarik hidung Rihan pelan.
"Udah ah sana pergi! Aska gak asik." Rihan mencak-mencak gak jelas dan meninggalkan Aska yang ngakak di mobilnya.
"Cute banget aslian, gue gak bohong kalo soal ginian mah."
Aska pun akhirnya pulang dan memarkirkan mobilnya di garasi.
"Ayah pulang gak ya?"
Aska membuka pintu, dan disana hening tak ada tanda-tanda kehidupan.
"Mungkin ayah WhatsApp gue?"
Aska pun merogoh ponsel nya yang ada di saku celana.
Ayah
Ka, kayaknya ayah malam ini gak pulang lagi, maafin ayah ya nak.
Ayah sayang Aska.
Sudah ia duga, emang ayahnya selalu kayak gini. Tapi, Aska tidak masalah kok, kalau itu demi kebaikannya sendiri.
Iya ayah gpp, Aska ngerti kok.
Aska juga sayang ayah, ayah jangan terlalu maksain ya kerjanya. Nanti ayah sakit.
Bagaimana pun Aska perlu kasih sayang orang tua, lama-lama ia akan menjadi seperti Rihan, nolep dan ati sosial. Tapi, untungnya ia punya tetangga yang sangat pengertian.
Sejenak Aska tersenyum akan semua perhatian yang diberikan keluarga Rihan.
"Gue beruntung banget. Rihan, gue gak tau apa perasaan ini nyata atau ngga, yang pasti gue suka sama lo---
--dalam artian yang spesial."
Semoga rasa ini segera berwarna, gak abu-abu kayak gini.
_________________________________________
Aska broken home or broken heart? Karena tak kunjung mendapat jawaban
Makasih yang udah voment
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Boy ✓
Short Story"Lo kalo cinta sama orang mandang fisik gak?" "Nggak lah." "Buktinya?" "Gue cinta lo. Sedangkan fisik lo itu cowok, dan kita sama-sama cowok. Gak mandang fisik kan?" "Iya juga sih." "Yaudah, pacaran kuy!" "Gass." ____________________________________...