Pagi ini Rihan bangun tidur dengan keadaan badan yang seperti diremukan. Badannya sakit dan pegal, mungkin ini karena kemarin ia keluar rumah untuk pertama kalinya selama satu bulan ini. Otot-otot di tubuhnya mungkin shok karena selama ini Rihan tidak menggunakannya sama sekali.
Rihan tak tau kenapa ia bangun sepagi ini. Btw ini udah jam 9, yang berarti udah siang. Tetapi, berbeda dengan Rihan, ini tuh masih pagi tau gak!
Ceklekk...
Siapa itu yang keluar dari kamar mandi? Apakah itu hantu? Masa pagi ada hantu, yakan? Rihan berpura-pura tidur aja biar hantunya pergi.
Ternyata...
"Gue tau lo udah bangun curut."
Suara ini, Rihan kenal betul.
Aska.
"Lo kok ada di sini?!"
Aska sepertinya sudah mandi.
"Gue semalem nginep disini, pagi tadi minjem kamar mandi lo." Ucap Aska santai sambil menggosok-gosokan handuk kecil untuk mengurangi air di rambutnya yang basah.
"Itu handuk gue! Kenapa lo pake?!"
"Gue nemu di dalem." IYA JUGA! TAPI... yasudah lah.
"Ish itu kan punya gue!" Rihan tetap tak terima handuk kesayangannya di pake oleh Aska.
"Pelit amat sih, cuman handuk juga! Nih nih ambil, sana mandi. Lo bau." Aska melemparkan handuk yang basah itu tepat di wajah Aska sehingga yang dilempar pun tak tinggal diam.
"GUE GAK BAU YAH! SANA LO KELUAR! KELUAR GAK! KELUARRR!!!" Rihan mendorong Aska ke pintu supaya Aska keluar.
"Iya anjir ini mau keluar, gausah didorong napa! Woi lo budek?!" Ucapan Aska tak digubris oleh Rihan.
"Yaudah gue tunggu di bawah, karena gue juga mau numpang sarapan, wkwk." Ngelunjak bener.
"TERSERAHHH!!"
BRUKK....
Rihan membanting pintu kamarnya dan memungut handuk yang Aska pake tadi di lantai. "Astaga, handuk kesayangan gue."
"Aska sialan, basah jadinya arghhh!!!"
"Untung masih punya banyak hhe." Rihan membuka salah satu laci di lemarinya, dan terlihat disana banyak sekali handuk. Terutama handuk berwarna merah muda. Fyi, Rihan suka banget warna itu, GARIS KERAS!
●●●
Flashback on..
"Kalo gak ada nginep aja disini. Nanti tidurnya bareng Rihan."
"I-iya ma. Bentar Aska mau liat rumah dulu, kalo ayah gak ada Aska nginep disini. Ambil baju juga sekalian." Aska saat ini sangat mengharapkan ayahnya ada dirumah. Tapi jati kecilnya menolak akan mengharapkan itu. Entah kenapa?
"Iya. Mama tidur duluan ya, kalo mau tidur disini, langsung aja ke kamar Rihan. Jangan lupa juga kunci pintu rumah kamu." Aska hanya mengangguk dan tersenyum, sebelum akhirnya ia melenggang ke rumahnya.
Saat sampai di rumah.
JEDER!
Tidak ada siapa-siapa disini. Aska sudah mencari kesemua tempat terutama kamar sang ayah, tetapi tetap saja hasilnya nihil.
Aska tau ayahnya sangat gila kerja dan pekerja keras. Aska mengerti, ia memaklumi ayahnya yang seperti itu karena, ayahnya pun melakukan itu sampe gak pulang hanya karena dirinya. Ya, walaupun Aska harus kehilangan kasih sayang ayahnya. sudah ibunya, dan sekarang ayahnya.
Tapi Aska mencoba untuk menerima, dan mensyukuri semuanya.
Fiks ini mah harus nahan nafsu lagi, jangan maen nyosor aja. Kalo si Rihan yang duluan mah gak apa-apa.
"Anjir lah! Gue gak sukaaa, arghh!!"
Aska menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Oke, tenang. Kita bisa jalanin malam ini tanpa ada yang macem-.""Tidur doang. tutup mata, mimpi, bangun, pulang. Oke itu aja." Monolog Aska sambil menuju ke rumah Rihan, sebelumnya ia mengambil baju ganti dan tak lupa mengunci pintu rumahnya.
Saat sampai di kamar Rihan, Aska bingung mau tidur dimana. Lihat saja, Rihan tidur seperti anak kecil. Belum juga dua jam-an tidur, tapi kasurnya sudah berantakan seperti itu.
Kaki yang malang-melintang kemana-mana, selimut yang sudah tak ada di tempatnya, bantal dan guling yang menutupi wajahnya. Apakah ia nyaman tidur seperti itu?
Satu opini.
Kang molor mah bebas.
Aska jadi geleng-geleng kepala sendiri. Bagaimana bisa ia membayangkan akan tidur sekasur bareng Rihan kalau ternyata kenyataannya begini?
Tidak akan.
Aska melirik sekitar dan ini dia penyelamatnya.
Sofa.
Iya sofa. Aska akan tidur di sofa aja.
Setelah mengganti pakaian, Aska hendak mengambil satu bantal yang ada di kasur Rihan.
Saat mengambil bantal itu, Aska melihat wajah damai Rihan saat tidur. Lagi lagi bibir itu yang membuat iman Aska goyah. Ia sangat tergoda dengan bibir tipis merah muda itu.
Apakah benar ia gay?
Apakah Aska benar-benar belok?
Apakah ini bisa di sembuhkan?
Atau hanya Rihan yang bisa menyembuhkannya?
Aska tak masalah jika ia belok karena Rihan, ia tak menyesal.
Bagaimana pun cinta adalah cinta.
Cinta gak mandang apapun, dan Aska percaya dirinya ditakdirkan untuk Rihan.
Begitupun sebaliknya, Rihan diciptakan hanya untuk Aska.
Walaupun ini sudah melenceng dari kodrat mereka, tapi apalah daya manusia yang mempunyai hati.
Intinya, cinta tak harus sama. Kisah 'sepasang kekasih' itu berbeda-beda.
Aska mengecup pelan kening Rihan dan mengambil bantal itu.
Aska berbaring di sofa, dan mulai memejamkan matanya.
"Good night, Rihan."
_________________________________________
Part paling pendek:(
Makasih yang udah voment
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Boy ✓
Short Story"Lo kalo cinta sama orang mandang fisik gak?" "Nggak lah." "Buktinya?" "Gue cinta lo. Sedangkan fisik lo itu cowok, dan kita sama-sama cowok. Gak mandang fisik kan?" "Iya juga sih." "Yaudah, pacaran kuy!" "Gass." ____________________________________...