MCB||03

15.7K 1.8K 76
                                    


"Ngapain lo disini?!" Tanya Rihan nyolot.

"Eh yang ada gue tanya, ngapain lo di rumah gue." Aska balik nanya yang tak kalah nyolotnya.

"Rumah? Oh lo yang tinggal di rumah berhantu ini."

Aska tentu saja bingung, rumah berhantu? Apakah ini rumah yang ada seperti di film-film?

"Ah lo kali hantu nya." Aska menggelengkan kepada dan mencoba berpikir positif.

Rihan mendelik kesal. "Enak aja, lo ngatain gue setan?!"

"Ngapain lo ngetuk pintu, kan ada bel bego!" Aska mengalihkan pembicaraan.

"Kalo ada cara susah ngapain pake cara yang gampang?" Jawab Rihan nyolot.

"Udah deh, lo mau ngapain kesini?" Aska mulai jengah dengan situasi ini.

"Gak disuruh masuk? Plis deh gue merinding banget ini."

Aska berdecak sebal, "Lebay lo, ayo masuk."

Akhirnya Rihan masuk kedalam rumah baru Aska dan duduk di sofa ruang tamu.

"Mau minum apa? Es teh? Es cincau? Es jeruk? Es mambo? Es teh anget?" Tanya Aska, udah kek kang es aja.

"Es teh anget itu yang kayak gimana? Baru denger gue."

"Yaudah gue mau es jeruk deh." Lanjut Rihan.

"Gak ada aer putih aja, itu mah cuma basa-basi." Tanpa mendengar persetujuan dari Rihan, Aska melenggang ke arah dapur dan membawakan segelas air untuk Rihan.

"Yaelah gue pikir beneran." Rihan mengerucutkan bibirnya sebal.

"Ini kue dari mama gue, noh rumahnya yang paling gede." Rihan menunjuk rumah yang dimaksud.

"Sombong lo, kerjaan molor doang juga."

"Eh lo tau darimana?" Tentu saja Rihan kaget.

"Emak lo banyak bacot."

"Bukan emak gue."

"Durhaka."

"Mau dibuka gak kue nya? Gue bantu." Rihan menyodorkan kotak kue itu pada Aska.

"Katanya mau bantu kenapa di ke gue'in." tanya Aska bingung.

"Bantu makan maksudnya." Ngomongnya tanpa ekspresi dan santuy.

"Niat mau ngasih apa kaga sih?!"

"Pelit lo, ini juga dari gue." Kenapa ni anak malah nyolot coba? Kan dia yang salah?!

"Yaudah nih makan dah."

"Oke makasih. Gue main dulu disini ya."

"Terserah."

Rihan ngangguk.

"Nama lo siapa? Kang molor?" Tanya Aska.

"Bukan goblok! Nama gue Rihan"

"Gue Aska salken ya, kita kayaknya seumuran." Aska menjabat tangan Rihan.

"Gue sma kelas 2, kalau lo?

"Eh sama anjir!"

"Tapi badan lo gede banget kayak yang udah kuliah." Rihan tuh bingung kenapa sih dia selalu telat berkembang? Bahkan sampe otaknya pun telat berkembang.

"Ah itu mah lo aja yang badannya kecil." Tuhkan...

"Gpp yang penting imut." Rihan mengerjap-ngerjapkan matanya di depan wajah Aska.

"Idih najis. Tapi kalo di liat-liat lo itu cantik kayak cewek, seriusan." Aska ngomong jujur loh ini.

Rihan cemberut tak terima."Gue cowok Aska ih jangan bilang gitu."

"Baperan lo. Eh itu kue udah abis aja."

"Gue bilangin tante Ara mampus lo." Ancam Aska.

Rihan menegang dan merinding. "Aska jangan dong plis jangan dibilangin, nanti gue gak di kasih uang jajan Ka astaga. Lo gak tau jadi gue gimana."

Rihan memeluk Aska supaya bisa dan percaya penderitaan yang ia alami, DRAMA ANJING DRAMA!!

"Gue gak bakal bilang.."

"Hah seriusan?!"

"....Tapi,"

"Tapi apaan dah, apa apa?! Pasti gue jabanin ayo sebutin!" Tanyanya sewot

"Gue punya tiga permintaan." Entah apa yang Aska pikirkan, tapi kayaknya seru juga jahilin ni bocah.

"Banyak amat, dua aja deh." di nego aja sayy.

"Gue tambahin nih banyak bacot."

Rihan cemberut lagi, "Yaudah apaan?"

Aska pura-pura berpikir. "Nanti aja deh, sekarang gue belum mau apa apa."

"Oh yaudah, gue pulang dulu ya. Awas aja kalo masih di laporin." Rihan menunjuk wajah Aska dan mamincingkan mata bulatnya.

"Iya iya ish gak percayaan." Rihan akhirnya mengangguk dan keluar dari rumah Aska.

"Dasar bego, mau aja gue kibulin."

"Tapi gak masalah deh, gue punya tiga permintaan. Cute juga sih tu bocah." monolog Aska.

●●●

Keesokan paginya, seperti biasa Rihan masih pacaran ama guling. Padahal ini udah jam 9, tapi tetep aja tuh bocah gak terganggu sama sekali.

Dan seperti biasa pula sang mama, Ara. Ngoceh gak jelas karena sifat langka anaknya itu, molor aja kerjaannya.

"Pah, kayaknya kita harus lakuin sesuatu deh supaya Rihan gak terus kayak gini, ada di rumah juga gak guna tuh curut." Oceh Ara pada suaminya, sedangkan dia sendiri sedang menonton drakor di laptopnya. Sekarang mereka ada diruang tamu sambil ngupi santuy.

Sang suami menghela nafasnya berat. "Sejauh ini Rihan punya temen gak? Temen deket? Pacar mungkin?"

"Boro-boro, keluar rumah aja males, apalagi nyari temen. Menurut dia, punya temen tuh ribet, apa apa harus diajak mending sendiri aja. Astaga tuh bocah nolep parah." Lagi-lagi ngumbar aib anak.

"Eh, semalem kan Rihan ke rumah sebelah, tetangga baru, pas ditanya ada orang ngga, dia bilang ada, Aska. Apa mungkin mereka temenan ya? Lama juga sih dia ke rumah itu." sambungnya tak kalah heboh.

"Anaknya pak Juan?"

"Loh papah kok tau? Tau darimana?"
Tanya Ara kaget, padahal ia belum cerita sama sekali.

"Iya kan dia pindah kesini buat kerjasama sama perusahaan papah,"  tutur Felix.

Ara ber-oh ria saja.

Tak lama muncul orang dengan piyama kusut, rambut acak acakan, dan mata yang masih terpejam, menuruni anak tangga satu persatu sambil perpegangan ke pegangan tangga takut ia jatuh karena matanya tertutup rapat.

"Eh buset, kamu lagi ngapain Rihan? Biasanya juga bangun tengah hari." tanya Felix.

"Bentar lagi pasti jatoh." komentar sang mama.

"Ishh Rihan laper mo makan, tapi Rihan juga ngantuk." setelah mengatakannya Rihan menguap dan langsung duduk di meja makan, dengan meletakan kepalanya diatas meja, sungguh sangat malas sekali.

"Makan...makan..."

"Maa..makann..."

Ucapnya sadar tak sadar.

"Anak kamu udah gila ma, masa makan sambil tidur," ucap Felix.

"Anak kamu juga, gausah gitu sama anak."

"Anak aku apa anak kamu?"

"Anak aku sama kamu."

"Emm anak kamu sama aku mungkin?"

"RIBET! ANAK KITA ITU PAH ASTAGA!" Akhirnya mereka berhenti berdebat.

_________________________________________




Cuma mau bilang, Rihan itu anak pungut

Ngga deng, becanda

My Cute Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang