❝Kamu membuat kebun bunga di paru-paru ku. Meskipun mereka cantik, tapi aku tidak bisa bernafas.❞
Apa kalian pernah mendengar tentang penyakit bernama Hanahaki disease?
Kalau iya, apa kalian percaya bahwa penyakit itu benar-benar ada di dunia nyat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari mulai sore, matahari mulai terbenam memancarkan semburat sinar jingganya di ufuk barat.
Setelah pulang sekolah, Youra tidak langsung pulang ke rumahnya. Gadis itu mampir terlebih dahulu di sebuah toko yang menjual buku-buku tua. Masa bodoh kalau orang tuanya akan mencarinya.
Ah, bahkan Youra sendiri tidak yakin kalau orang tuanya akan mencarinya.
Sudah lama sekali Youra tidak datang ke tempat ini. Biasanya dulu ia akan datang dua kali seminggu. Tapi semenjak ia menderita Hanahaki Disease, Youra jadi malas bepergian. Energinya cepat terkuras habis rasanya.
Tapi hari ini, Youra menyempatkan diri untuk mampir. Setidaknya untuk melepas lelah karena seharian belajar.
Kalau gadis-gadis yang lain akan pergi beramai-ramai ke cafe atau semacamnya, tapi Youra tidak. Gadis itu lebih suka pergi ke tempat yang tenang dan nyaman. Sendirian.
Contohnya toko buku yang sekarang Youra datangi. Saat ia masuk, bau khas buku-buku tua memasuki indra penciumannya.
Bau yang menenangkan. Begitu batin Youra.
"Selamat sore, sudah lama tidak bertemu," sapa seorang laki-laki paruh baya dengan senyum ramah. Ya, ia adalah pemilik toko buku.
Kim Dohwa, atau yang biasa Youra panggil dengan sebutan paman Kim itu sudah berumur enam puluh tahun. Rambutnya sudah hampir tertutupi uban dan wajahnya juga sudah keriput. Tapi Meskipun begitu, ia masih sigap dan juga cekatan.
Youra tersenyum hangat setelah membungkuk sopan, "paman apa kabar?"
"Paman baik-baik saja. Kamu sendiri?"
"Syukurlah, aku juga baik-baik saja, kok," Youra menarik senyum tipis.
"Kamu kemana saja? Sudah hampir tiga bulan tidak kesini lagi," tanya paman Kim.
"Ah, itu--paman tau sendiri kan kalau aku sudah kelas tiga, jadi aku lumayan sibuk," jawab Youra.
Dalam hati ia bingung. Sibuk apa memangnya? Selama ini ia sibuk dengan penyakitnya.
Setelah berbincang sedikit dengan pemilik toko, Youra berjalan menyusuri rak-rak buku yang tersusun rapi seperti biasa.
Tempat ini tidak terlalu ramai. Hanya beberapa orang saja yang mampir. Memangnya jaman sekarang masih ada orang-orang yang tertarik membeli buku tua?
Membaca buku pelajaran saja jarang.
Youra masih fokus mencari buku yang ia cari. Matanya menelisik satu persatu di setiap rak hingga--