20. pathetic

282 55 32
                                        

Renjun menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah cepat. Dengan blazer sekolah yang ia sampirkan di lengan kanannya, laki-laki itu mencari kamar tempat Jaemin di rawat.

Setelah mendapat panggilan telepon dari ayahnya, Renjun segera pergi kerumah sakit tanpa pulang dulu kerumahnya hanya sekedar mengganti baju.

Tadinya Youra memaksa untuk ikut dengannya, namun Renjun melarang nya karena ia tahu bahwa Youra sedang tidak sehat. Ia tidak mau Youra bertambah sakit nantinya.

Renjun sampai dirumah sakit pukul tujuh malam, buru-buru ia berlari menuju kamar Jaemin di rawat.

Saat sampai, ia mendapati ibu dan ayahnya di depan kamar opname. Sementara ibu Jaemin, matanya tampak sembab karena terlalu lama menangis. Buru-buru Renjun menghampirinya.

"Ibu, ayah, J-jaemin--dia kenapa?" tanya Renjun khawatir.

Ibu nya menarik nafas pelan, ia menatap Renjun sendu. "Hanahaki disease, Jaemin mengidap penyakit itu."

Nafas Renjun tercekat untuk sepersekian detik. Ia terdiam, menatap ibu tirinya tidak percaya. "A-apa? T-tapi gimana bisa? Penyakit itu benar-benar ada?"

Ibu nya hanya menggeleng pelan. "Ibu juga nggak tahu karena selama ini Jaemin nggak pernah cerita. Tapi tadi dia tiba-tiba pingsan dan muntah darah."

Renjun merasa dadanya langsung terasa sesak. Matanya tiba-tiba menanas "Sekarang kondisi Jaemin gimana?" tanyanya.

"Jaemin lagi istirahat, tadi dia sempat kehabisan oksigen karena penyakitnya semakin parah." jelas Ibu nya pelan.

"Kamu masuk saja, biar ayah dan ibu tunggu di luar," ucap ayahnya. Ia menepuk bahu anak laki-lakinya dengan pelan.

Renjun menggangguk, kemudian membuka pintu kamar opname Jaemin perlahan.

Saat pintu terbuka, Renjun dapat melihat sosok Jaemin yang tengah terlelap di atas bangsal rumah sakit.

Renjun melangkah pelan mendekati Jaemin yang tengah tertidur. Wajahnya terlihat sangat pucat, sama seperti wajah Youra tadi. Namun Jaemin lebih pucat.

"Jaemin," panggil Renjun pelan. Ia duduk dikursi di samping tempat tidur.

Di tatap nya wajah Jaemin dalam-dalam. Ia tidak menyangka bahwa selama ini Jaemin mengidap penyakit hanahaki disease. Renjun kira penyakit itu tidak ada. Namun ternyata dia salah.

Renjun tidak bisa menyalahkan Jaemin karena tidak pernah memberi tahu nya. Ia tahu kalau Jaemin sangat tertutup pada semua orang.

Namun yang membuat Renjun bertanya-tanya adalah, siapa orang yang Jaemin suka hingga menyebabkan nya seperti ini?

Tatapan Renjun teralihkan pada sebuah buka hitam di atas nakas. Renjun langsung mengenalinya. Buku Hanahaki Disease yang ia beli beberapa waktu lalu di toko buku. Bagaimana Jaemin bisa mendapatkannya?

"Jaemin, kenapa kamu nggak pernah bilang dari dulu?" gumam Renjun pelan.

Bersamaan dengan itu, Renjun merasakan pergerakan pelan dari tangan Jaemin. Tidak lama kemudian Jaemin membuka matanya perlahan. ia sedikit kaget saat mendapati Renjun.

Hanahaki DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang